Mahasiswa ITERA Teliti Kulit Pisang dan Serabut Kelapa untuk Filtrasi Air
loading...
A
A
A
JAKARTA - Meskipun pandemi dimana perkuliahan dilakukan terbatas namun mahasiswa tidak henti berinovasi. Gagasan yang diciptakan pun diharapkan mampu menjadi solusi di tengah masyarakat.
Hal inilah yang dilakukan tim mahasiswa dari Institut Teknologi Sumatera (ITERA) yang mengangkat penelitian tentang pemanfaatan limbah kulit pisang dan serabut kelapa sebagai media filtrasi air, guna mengurangi zat berbahaya yang terkandung.
Tim ITERA beranggotakan Abdul Khanafy dan Dina Fauzizah Rabathi Al Choil dari Program Studi Teknik Pertambangan. Mereka meraih prestasi juara III dalam ajang lomba karya tulis ilmiah mahasiswa se-Sumatera, Gebyar Kimia Iron 2022 yang diadakan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Kimia Universitas Jambi.
Abdul Khanafy menyebut, penelitiannya bertajuk rancang bangun desain teknologi filtrasi air menggunakan karbon aktif nanomaterial musa paradisiaca dan cocofiber guna mengurangi zat berbahaya pada air. Mereka mencoba memecahkan permasalahan pencemaran air yang terjadi di Sungai Way Belau, hingga Pulau Pasaran, Bandar Lampung.
Baca: Mahasiswa UNY Gagas Maze Of History Agar Pembelajaran Sejarah Semakin Menarik
Lebih lanjut, Abdul Khanafy menyebut, penelitian yang dilakukan selain didasari dari permasalahan pencemaran air sungai yang disebabkan oleh perilaku masyarakat sekitar, juga didorong banyaknya limbah kulit pisang dan serabut kelapa yang tidak termanfaatkan dengan baik.
“Masyarakat Pulau Pasaran banyak mengeluhkan air Sungai Way Belau tercemar akibat aktivitas masyarakat yang umumnya berprofesi sebagai nelayan dan pedagang. Hal ini membuat ketersediaan air bersih sangat dibutuhkan,” katanya melansir laman ITERA, Rabu (9/3/2022).
“Penelitian yang dilakukan selain didasari dari permasalahan pencemaran air sungai yang disebabkan oleh perilaku masyarakat sekitar, juga didorong banyaknya limbah kulit pisang dan serabut kelapa yang tidak termanfaatkan dengan baik," lanjutnya.
Untuk itu, Abdul Khanafy dan Dina Fauzizah dengan dibimbing oleh dosen Prodi Teknik Pertambangan, Alio Jasipto memilih meneliti potensi limbah kulit pisang serta serabut kelapa dari sisa pedagang yang dibuang, untuk dijadikan sebagai alat filtrasi air.
Penelitian dilakukan secara studi pustaka dan studi lapangan dengan mengolah limbah kulit pisang dan serabut kelapa menjadi karbon aktif. Selanjutnya, karbon aktif tersebut dipadukan dengan desain alat filtrasi air yang dirancang menggunakan 3D desain dengan printer desain serta menggunakan filamen sebagai prototype dasar sebelum diterapkan secara langsung.
Baca juga: Cegah Penularan Covid-19, Unpad akan Gelar Wisuda Secara Hybrid
Dina Fauzizah menyebut, untuk melakukan penelitian tersebut tahapan yang dilakukan adalah mencari data secara langsung berupa obeservasi. Selanjutnya juga melakukan presentasi sekaligus pematangan materi untuk memprediksi pertanyaan yang akan diajukan juri.
Atas prestasi yang diperoleh, Abdul Khanafy dan Dina Fauzizah mendorong agar mahasiswa ITERA tidak tinggal diam, ketika melihat adanya sebuah masalah di lingkungan sekitar.
“Cobalah mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah yang ada dengan teori yang tepat yang memang kita dapatkan di bangku perkuliahan,” ujar Dina.
Mereka berharap sebagai generasi penerus bangsa mahasiswa dapat turut menyelesaikan permasalahan yang ada dengan baik dan benar serta mengikuti seluruh aturan dari pemerintah, lingkungan, dan menjaga alam.
Hal inilah yang dilakukan tim mahasiswa dari Institut Teknologi Sumatera (ITERA) yang mengangkat penelitian tentang pemanfaatan limbah kulit pisang dan serabut kelapa sebagai media filtrasi air, guna mengurangi zat berbahaya yang terkandung.
Tim ITERA beranggotakan Abdul Khanafy dan Dina Fauzizah Rabathi Al Choil dari Program Studi Teknik Pertambangan. Mereka meraih prestasi juara III dalam ajang lomba karya tulis ilmiah mahasiswa se-Sumatera, Gebyar Kimia Iron 2022 yang diadakan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Kimia Universitas Jambi.
Abdul Khanafy menyebut, penelitiannya bertajuk rancang bangun desain teknologi filtrasi air menggunakan karbon aktif nanomaterial musa paradisiaca dan cocofiber guna mengurangi zat berbahaya pada air. Mereka mencoba memecahkan permasalahan pencemaran air yang terjadi di Sungai Way Belau, hingga Pulau Pasaran, Bandar Lampung.
Baca: Mahasiswa UNY Gagas Maze Of History Agar Pembelajaran Sejarah Semakin Menarik
Lebih lanjut, Abdul Khanafy menyebut, penelitian yang dilakukan selain didasari dari permasalahan pencemaran air sungai yang disebabkan oleh perilaku masyarakat sekitar, juga didorong banyaknya limbah kulit pisang dan serabut kelapa yang tidak termanfaatkan dengan baik.
“Masyarakat Pulau Pasaran banyak mengeluhkan air Sungai Way Belau tercemar akibat aktivitas masyarakat yang umumnya berprofesi sebagai nelayan dan pedagang. Hal ini membuat ketersediaan air bersih sangat dibutuhkan,” katanya melansir laman ITERA, Rabu (9/3/2022).
“Penelitian yang dilakukan selain didasari dari permasalahan pencemaran air sungai yang disebabkan oleh perilaku masyarakat sekitar, juga didorong banyaknya limbah kulit pisang dan serabut kelapa yang tidak termanfaatkan dengan baik," lanjutnya.
Untuk itu, Abdul Khanafy dan Dina Fauzizah dengan dibimbing oleh dosen Prodi Teknik Pertambangan, Alio Jasipto memilih meneliti potensi limbah kulit pisang serta serabut kelapa dari sisa pedagang yang dibuang, untuk dijadikan sebagai alat filtrasi air.
Penelitian dilakukan secara studi pustaka dan studi lapangan dengan mengolah limbah kulit pisang dan serabut kelapa menjadi karbon aktif. Selanjutnya, karbon aktif tersebut dipadukan dengan desain alat filtrasi air yang dirancang menggunakan 3D desain dengan printer desain serta menggunakan filamen sebagai prototype dasar sebelum diterapkan secara langsung.
Baca juga: Cegah Penularan Covid-19, Unpad akan Gelar Wisuda Secara Hybrid
Dina Fauzizah menyebut, untuk melakukan penelitian tersebut tahapan yang dilakukan adalah mencari data secara langsung berupa obeservasi. Selanjutnya juga melakukan presentasi sekaligus pematangan materi untuk memprediksi pertanyaan yang akan diajukan juri.
Atas prestasi yang diperoleh, Abdul Khanafy dan Dina Fauzizah mendorong agar mahasiswa ITERA tidak tinggal diam, ketika melihat adanya sebuah masalah di lingkungan sekitar.
“Cobalah mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah yang ada dengan teori yang tepat yang memang kita dapatkan di bangku perkuliahan,” ujar Dina.
Mereka berharap sebagai generasi penerus bangsa mahasiswa dapat turut menyelesaikan permasalahan yang ada dengan baik dan benar serta mengikuti seluruh aturan dari pemerintah, lingkungan, dan menjaga alam.
(nz)