66 Ribu Anak Putus Sekolah dan Pengangguran Dipoles Jadi SDM Siap Kerja
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan program penguatan angkatan kerja muda dengan bekal pendidikan dan keterampilan. Dua program yang disinergikan dengan dunia usaha dan industri itu adalah kecakapan kerja dan kecakapan wirausaha. Kedua program tersebut ditargetkan menyerap 66 ribu sumber daya manusia (SDM) terampil yang siap kerja.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud Wikan Sakarinto mengatakan, dalam program penguatan ini Direktorat Kursus dan Pelatihan akan mengawinkan satuan pendidikan penyelengara kursus dan pelatihan dengan dunia usaha dan industri, UMKM, masyarakat perbankan dan para wirusahawan.
Artinya, ujar Wikan, sama dengan strategi pada pendidikan formal (vokasi), Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) juga link and match dengan industri, dunia kerja dan dunia usaha. Prinsipnya, link and match lebih memastikan kesesuaian dan daya serap lulusan di dunia kerja. Sehingga lulusan akan segera memiliki kemandirian untuk mencapai kehidupan yang lebih mapan.
(Baca: Serikat Pekerja Nasional Akui Corona Bikin Pengangguran Makin Banyak)
Program Kecakapan Kerja (PKK) menyasar 50 ribu orang, sedangkan Program Kecakapan Wirausaha (PKW) diberikan untuk 16.676 orang. PKK diperuntukkan bagi usia 15-30 tahun dengan prioritas 15-25 tahun, anak usia sekolah yang tidak sekolah (ATS), lulus tidak melanjutkan sekolah, peserta paket C serta pengangguran .
PKW diperuntukkan bagi usia 15-30 tahun dengan prioritas 15-25 tahun putus sekolah atau lulus tidak melanjutkan, belum memiliki pekerjaan tetap, dan dari keluarga kurang mampu. Dalam PKW, peserta dilatih dan didekatkan dengan berbagai skema dukungan agar mereka mampu mengembangkan bisnis yang diharapkan akan terus berkembang, mendapatkan modal rintisan usaha dan mampu menyerap tenaga kerja di bidang nonformal.
Dengan adanya sinergi melaui kedua program ini diharapkan dunia usaha mampu menjamin keterserapan lulusan di dunia kerja serta membantu terwujudnya lulusan merintis usaha sendiri. ”Totalnya di 2020 ini diharapkan akan segera tercipta 66.000 SDM terampil dan berdaya mandiri, dihasilkan dari PKK dan PKW ini” ujarnya.
(Baca: Akibat Pandemi, Kondisi Ekonomi Indonesia Mundur 35 Tahun)
Plt. Direktur Kursus dan Pelatihan Kemendikbud Wartanto menyampaikan syarat LKP atau lembaga penyedia jasa kursus dan pelatihan lain, misalnya SMK dan kampus vokasi, yaitu wajib memiliki laboratorium dan bengkel terapan. Lembaga terpilih juga dipastikan hanya yang sudah link and match dengan dunia industri dan dunia kerja.
Skema link and match dimulai dari penyusunan materi pelatihan, atau kurikulum. Kurikulum harus sesuai dengan kebutuhan kerja karena disusun bersama, akan menghasilkan SDM trampil yang harapannya langsung diserap dunia kerja.
Lihat Juga: Kolaborasi Kemendikbud, KemenPPA, dan Tanoto Foundation untuk Tingkatkan Kemandirian Anak
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud Wikan Sakarinto mengatakan, dalam program penguatan ini Direktorat Kursus dan Pelatihan akan mengawinkan satuan pendidikan penyelengara kursus dan pelatihan dengan dunia usaha dan industri, UMKM, masyarakat perbankan dan para wirusahawan.
Artinya, ujar Wikan, sama dengan strategi pada pendidikan formal (vokasi), Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) juga link and match dengan industri, dunia kerja dan dunia usaha. Prinsipnya, link and match lebih memastikan kesesuaian dan daya serap lulusan di dunia kerja. Sehingga lulusan akan segera memiliki kemandirian untuk mencapai kehidupan yang lebih mapan.
(Baca: Serikat Pekerja Nasional Akui Corona Bikin Pengangguran Makin Banyak)
Program Kecakapan Kerja (PKK) menyasar 50 ribu orang, sedangkan Program Kecakapan Wirausaha (PKW) diberikan untuk 16.676 orang. PKK diperuntukkan bagi usia 15-30 tahun dengan prioritas 15-25 tahun, anak usia sekolah yang tidak sekolah (ATS), lulus tidak melanjutkan sekolah, peserta paket C serta pengangguran .
PKW diperuntukkan bagi usia 15-30 tahun dengan prioritas 15-25 tahun putus sekolah atau lulus tidak melanjutkan, belum memiliki pekerjaan tetap, dan dari keluarga kurang mampu. Dalam PKW, peserta dilatih dan didekatkan dengan berbagai skema dukungan agar mereka mampu mengembangkan bisnis yang diharapkan akan terus berkembang, mendapatkan modal rintisan usaha dan mampu menyerap tenaga kerja di bidang nonformal.
Dengan adanya sinergi melaui kedua program ini diharapkan dunia usaha mampu menjamin keterserapan lulusan di dunia kerja serta membantu terwujudnya lulusan merintis usaha sendiri. ”Totalnya di 2020 ini diharapkan akan segera tercipta 66.000 SDM terampil dan berdaya mandiri, dihasilkan dari PKK dan PKW ini” ujarnya.
(Baca: Akibat Pandemi, Kondisi Ekonomi Indonesia Mundur 35 Tahun)
Plt. Direktur Kursus dan Pelatihan Kemendikbud Wartanto menyampaikan syarat LKP atau lembaga penyedia jasa kursus dan pelatihan lain, misalnya SMK dan kampus vokasi, yaitu wajib memiliki laboratorium dan bengkel terapan. Lembaga terpilih juga dipastikan hanya yang sudah link and match dengan dunia industri dan dunia kerja.
Skema link and match dimulai dari penyusunan materi pelatihan, atau kurikulum. Kurikulum harus sesuai dengan kebutuhan kerja karena disusun bersama, akan menghasilkan SDM trampil yang harapannya langsung diserap dunia kerja.
Lihat Juga: Kolaborasi Kemendikbud, KemenPPA, dan Tanoto Foundation untuk Tingkatkan Kemandirian Anak
(muh)