Mengenal Tugu Kebangkitan Nasional di Solo, Gumpalan Tanah Penjuru Nusantara Ditanam pada Pelataran Tugu

Kamis, 19 Mei 2022 - 18:27 WIB
loading...
Mengenal Tugu Kebangkitan Nasional di Solo, Gumpalan Tanah Penjuru Nusantara Ditanam pada Pelataran Tugu
Tugu Kebangkitan Nasional (Tugu Lilin). Foto/Tangkap layar laman cagarbudaya.kemdikbud.go.id
A A A
JAKARTA - Tahun ini Hari Kebangkitan Nasional ( Harkitnas ) akan diperingati pada Jumat (20/5/2022). Adapun tema peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang ke-114 tahun ini adalah Ayo Bangkit Bersama.

Peringatan Harkitnas sendiri tidak lepas dari hari lahir organisasi Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908. Boedi Oetomo sendiri merupakan organisasi perjuangan dalam melawan penjajah Belanda dan menjadi pelopor kebangkitan nasional .

Boedi Oetomo dibentuk oleh dr Soetomo dan para mahasiswa STOVIA lainnya. Semangat Boedi Oetomo kemudian mendorong lahirnya berbagai organisasi yang turut berjuang di bidang politik melalui jalan diplomatis. Setelah adanya mereka, berbagai organisasi senada pun tumbuh subur di Indonesia.

Lahirnya Boedi Oetomo juga menjadi momen pembangunan dari Tugu Kebangkitan Nasional atau disebut juga Tugu Lilin yang saat ini berada di Surakarta atau Solo . Lokasinya berada di titik persimpangan antara Jalan Kebangkitan Nasional dan Jalan dr. Wahidin.

Tugu Kebangkitan Nasional lazim dikenal sebagai Tugu Lilin. Secara visual, perwujudan tugu tersebut merupakan replika lilin yang menyala sebagai simbol dari semangat yang menerangi.

Baca: Diperingati Setiap 20 Mei, Begini Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Wujud visual api, lilin, dan bagian lapik pada tugu ini merupakan perwujudan bentuk lingga-yoni yang berkembang pada masa Hindu-Buddha.

Mengutip dari laman Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya Kemendikbud, Tugu Kebangkitan Nasional dibangun dalam rangka memperingati 25 tahun berdirinya Boedi Oetomo. Pendirian awalnya dicetuskan perwakilan masyarakat Surakarta (Solo) saat mengikuti Kongres Indonesia Raya I pada tahun 1931 di Surabaya.

Menantu Paku Buwono PB X yang juga merupakan Wakil Ketua Boedi Oetomo KRT Woerjaningrat dipercaya menjadi ketua tim pembangunan tugu ini. Tim lalu membuat sayembara untuk mencari rancangan yang bisa dijadikan tanda pergerakan kebangsaan Indonesia.

Hingga akhirnya dipilih rancangan Ir. Soetedjo yang dinilai memenuhi harapan mengungkapkan cita-cita kebangsaan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Rancangan yang dibuat oleh Ir. Soetedjo adalah tugu berbentuk lilin yang akan dibangun di sebuah tanah lapang.

Tugu ini dibangun di Surakarta karena mendapatkan izin dan dukungan dari Pakubuwono X selaku penguasa Kasunanan Surakarta setelah sebelumnya gagal dibangun di beberapa kota seperti Batavia, Surabaya, dan Semarang.

Baca juga: Daftar Beasiswa ke Swedia yang Bisa Jadi Pilihan Studi S2

Peletakan batu pertama dilakukan pada awal Desember 1933 dan pembangunannya diserahkan kepada R.M. Sosrosaputro. Namun, pemerintah Hindia Belanda menolak pembangunan tugu tersebut. Residen Surakarta sempat menghambat pembangunan tugu ini. Bahkan, Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu Bonifacius Cornelis de Jonge mengundang Pakubuwono X untuk membicarakan masalah ini.

Pembangunan tugu selesai pada Oktober 1934 dan diberi nama "Toegoe peringatan pergerakan kebangsaan 1908-1933". Namun nama ini ditolak oleh pemerintah dan terancam akan dibongkar. Pakubuwono X kemudian ikut turun tangan agar mendapatkan izin dari pemerintah. Di akhir Januari 1935, Pakubuwono X datang ke Batavia untuk bertemu Gubernur Jenderal. Namun, usahanya ini menemui kegagalan.

Pada April 1935 residen Treur kembali mengancam akan membongkar tugu ini jika usulan teksnya yang berbunyi "Toegoe peringatan kemadjoean ra’jat 1908-1933" tidak diterima. Pada akhirnya, usulan dari Treur ini terpaksa diterima dan dituliskan pada prasasti di tugu.

Peletakan gumpalan tanah dari berbagai penjuru tanah di Nusantara juga dilakukan di pelataran tugu. Namun, masih ada perbedaan mengenai waktu penanaman tanah ini. Para anggota PPPKI yang tersebar di seluruh Nusantara itu datang ke Solo dengan membawa gumpalan tanah dari daerah mereka masing-masing.

Pada tahun 1948 Tugu Lilin dijadikan simbol peringatan Kebangunan Nasional (yang kemudian disebut Kebangkitan Nasional) yang pertama. Pada tahun 1953 Tugu Lilin dijadikan bagian dari logo Kota Surakarta.
(nz)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1185 seconds (0.1#10.140)