Siapkan SDM Handal, 2 Instansi Ini Dirikan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kerja ke Jepang

Senin, 11 Juli 2022 - 15:44 WIB
loading...
Siapkan SDM Handal,...
Yayasan Bakti Asih Bandung kolaborasi dengan PT Indonesia Research Institute Japan-Jakarta, terkait pendirian LPK ke Jepang. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Bekerja di Jepang , mungkin sudah tidak asing lagi untuk masyarakat Indonesia. Pasalnya, setiap tahun, selalu ada yang berangkat untuk bekerja di negeri Sakura itu.

Untuk mewujudkan hal tersebut, Yayasan Bakti Asih Bandung melakukan kerja sama dengan PT Indonesia Research Institute Japan-Jakarta, terkait pendirian Lembaga Pelatihan Kerja (LPK).



Keduanya menandatangani nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) pada Selasa (28/6) di kantor PT Indonesia Research Institute Japan-Jakarta di Wisma Keiai, Sudirman, Jakarta Pusat.

Sebagai penyelenggara pendidikan, Yayasan Bakti Asih Bandung, telah berdiri sejak 1994 dalam menyelenggarakan pendidikan dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. Selain kegiatan pendidikan, yayasan ini memiliki kegiatan pelatihan dan penelitian, untuk pengembangan sumber daya manusia dan sumber daya lain yang berkemampuan akademis di bidang analis.

Sementara, PT Indonesia Research Institute Japan-Jakarta, yang berdiri pada 2011 di Shibuya, Jepang adalah perusahaan yang bergerak di bidang usaha jasa konsultasi manajamen, penyediaan sumber daya manusia dan manajemen fungsi sumber daya manusia.



Dalam perjanjian ini, Yayasan Bakti Asih Bandung berkeinginan melakukan kerja sama dalam pelaksanaan pendirian LPK. Di antaranya, mulai dari pendidikan, marketing bahasa dan budaya Jepang yang secara bersama dilaksanakan oleh keduanya.

Ruang lingkup kerja sama keduanya meliputi pembuatan kurikulum, perekrutan guru Bahasa native Jepang dan guru budaya Jepang. Pendirian LPK bahasa Jepang dan pelatihan kerja ini untuk mempersiapkan tenaga kerja yang handal, khususnya ke Jepang.

Dikutip dari berbagai sumber, besaran rata-rata gaji magang di Jepang berkisar 80.000 - 120.000 yen per bulan. Jika di rupiahkan dengan kurs Juli 2022, pemagang akan mendapat sekitar Rp9 juta-Rp14 juta setiap bulan.

Tak hanya ilmu skill dan pembelajaran sikap (attitude), pemagang di Jepang juga mendapat uang saku bulanan plus tunjangan yang cukup besar.

Rencananya, untuk tahap pertama, LPK binaan Yayasan Bakti Asih Bandung ini, bakal memberangkatkan sebanyak 20 orang pemagang asal Indonesia pada Oktober 2022.

Ini bagian dari program pemagangan sebagai salah satu strategi meningkatkan kompetensi dan pengalaman bagi angkatan kerja muda.

Ketua Yayasan Bakti Asih Bandung, Hendra Garnida, menyambut baik perjanjian kerja sama dengan Albertus Prasetyo Heru Nugroho, CEO PT Indonesia Research Institute Japan-Jakarta.

“Rumah kami di Indonesia, dia (Albertus Prasetyo Heru Nugroho) di Jepang. Dia datang ke Indonesia, mengajak dan menemui kami serta datang ke tempat kami, Yayasan Bakti Asih. Mungkin melihat potensi saudara kami yang ada di Jepang, mengapa tidak kami tunjukkan lewat kerja sama,” ujar Hendra Garnida.

Begitu pula dengan PT Indonesia Research Institute Japan-Jakarta. “Kami lembaga konsultan. Kami bawa investor-investor di Jepang untuk berinvestasi di Indonesia. Prinsip dalam bisnis ada tiga: uang, barang, dan orang. Yang kita bawa, kebanyakan adalah di finance atau uangnya. Setelah tahun 2017/2018, karena ada pabrik-pabrik, investor, kan punya unit usaha. Mereka kekurangan tenaga kerja,” jelas CEO PT Indonesia Research Institute Japan-Jakarta Albertus Prasetyo Heru Nugroho.

Diakui Albertus, total kekurangan tenaga kerja di Jepang mencapai 4 juta. Dalam pandangan dan analisa Albertus, negara maju (seperti Jepang) punya masalah dengan penduduk. Mulai menua dan kurang tenaga kerja.

“Kita bisa sebenarnya jadi negara yang bisa memasok SDM ke negara-negara itu, tapi kita harus bekali mereka dengan suatu pengetahuan dasar dan sikap dasar (attitude), sehingga mereka bisa berkembang,” papar Albertus.

Ditambahkan Albertus, dahulu, di Jepang, sempat banyak diisi orang-orang (pemagang) dari China.

“Tapi, sekarang diisi Vietnam, jumlahnya sampai 370 ribu orang dalam 10 tahun ini. Kenapa nggak kami isi 1 juta orang Indonesia. Setelah bertemu beliau (Hendra Garnida), dan dia punya lembaga pendidikan, kami matching,” kata Albertus.

Di satu sisi, lanjutnya, selain memiliki institusi pendidikan dan keuangan-perbankan, Hendra Garnida dan Yayasan Bakti Bandung, juga punya keinginan agar siswa didiknya ini punya tempat bekerja. Kebetulan, kata Hendra Garnida, Mendikbudristek Nadiem Makarim mencanangkan program ‘Merdeka Belajar’.

“Siswa nggak cuma diharapkan belajar saja, tapi juga setiap bulan kami bawa investor pengusaha. Kami juga sehari-hari bertemu investor yang ingin berinvestasi untuk diversifikasi portfolio bisnis mereka. Salah satunya ke Indonesia. Jadilah gayung bersambut. Kami tak ingin anak-anak (magang) kita sekadar robot mereka. Anak-anak ini nanti akan jadi tombak mereka berinvestasi di Indonesia. Mimpinya ke sana,” sambung Albertus.

Senada dengan Albertus, pihak Yayasan Bakti Asih Bandung bersama Hendra Garnida, pun tak hanya sekadar bermain bisnis saja dalam project kerja sama ini namun bagaimana ingin mencerdaskan bangsa Indonesia.

“Bukan hanya itu, berikutnya bekerja ke mana? Ya, kiblatnya ke Jepang. Terlebih, kalau bicara soal pendidikan, apa lagi global, value addict bertambah. Apa lagi dengan program pemerintah soal dukungan vokasi dan keterampilan, jangan sampai kalah bersaing dengan orang-orang di luar (Negara),” imbuh Hendra.
(mpw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3415 seconds (0.1#10.140)