Temui Anggota Dewan, Mahasiswa Doktoral di London Dorong Riset Berbasis STEM
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mahasiswa doktoral Indonesia di London, Inggris bertemu dengan sejumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dalam pertemuan tersebut, mahasiswa berharap MPR mendorong pemerintah lebih serius mewujudkan riset berbasis Science, Technology, Engineering dan Mathematics ( STEM ).
Hal tersebut disampaikan Dyah Adi Sriwahyuni, Pengurus Doctoral Epistemic of Indonesian in the United Kingdom (Doctrine-UK) yang merupakan organisasi mahasiswa doktoral Indonesia se Inggris Raya.
"Kebutuhan lulusan bidang STEM di dunia industri dan teknologi terus meningkat, kita harus siapkan periset muda di bidang STEM untuk mencapai generasi emas 2045,” ujar Dyah di KBRI London, Kamis pagi waktu Indonesia (21/7/2022).
Permintaan dunia kerja terhadap tenaga terampil di bidang STEM pun terus meningkat tiap tahun. Riset National Science Foundation Amerika Serikat menyatakan di masa mendatang, sebanyak 80 persen pekerjaan memerlukan kompetensi STEM.
“Teknologi berkembang demikian pesat, termasuk penemuan kecerdasan buatan. Pemerintah perlu mendorong pelajar hingga periset muda untuk meningkatkan keahlian di bidang STEM,” ucap Dyah yang merupakan mahasiswa doktoral di Queen Mary University of London.
Pengembangan STEM dapat dimulai dari mendorong sekolah menerapkan pembelajaran berbasis proyek (project based learning). Pelajar dan mahasiswa yang menguasai bidang tersebut kelak terlatih memecahkan masalah secara kreatif dan inovatif.
Alirman Sori, Anggota DPD/MPR yang hadir dalam diskusi tersebut mengatakan keterampilan bidang sains dan teknologi amat penting untuk membangun generasi emas tahun 2045.
“Riset bisa menjadi tulang punggung kemajuan suatu bangsa. Inggris dan negara-negara maju di Eropa bisa menjadi negara kuat karena memiliki riset yang mumpuni,” ujar senator dari Sumatera Barat tersebut.
Oleh sebab itu, MPR mendorong pemerintah meningkatkan anggaran riset dan mengumpulkan talenta-talenta muda yang sudah merampungkan studi di luar negeri.
“Setelah selesai kuliah, bangun ekosistem riset di Indonesia. Berkolaborasilah dengan universitas dan jejaring di luar negeri untuk kepentingan masyarakat,” ujarnya.
Sofyan Tan, senator lain yang hadir dalam diskusi tersebut, mengatakan parlemen telah mendorong pemerintah memajukan riset di tanah air. Antara lain melalui pengesahan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
“Regulasi ini mengamanatkan pemerintah untuk mengembangkan riset di bidang sains dan teknologi yang strategis. Aturan ini akan menjadikan program riset dan pembangunan lebih efektif dan efisien,” ujar Anggota Komisi X DPR yang membidangi pendidikan tersebut.
Sedangkan, Departemen Pendidikan Inggris akan menggelontorkan 179 juta poundsterling atau sekitar Rp3,2 triliun untuk mendukung 2.200 mahasiswa menekuni bidang STEM di 40 universitas di Inggris tahun depan.
Selain itu mereka juga akan mendorong pelajar, terutama perempuan untuk fokus di bidang STEM dan memberikan pendampingan karier di bidang tersebut. Ini adalah upaya pemerintah Inggris untuk menepati komitmen mereka meningkatkan dana riset sebesar 2,4 persen dari Produk Domestik Bruto pada 2027.
Hal tersebut disampaikan Dyah Adi Sriwahyuni, Pengurus Doctoral Epistemic of Indonesian in the United Kingdom (Doctrine-UK) yang merupakan organisasi mahasiswa doktoral Indonesia se Inggris Raya.
"Kebutuhan lulusan bidang STEM di dunia industri dan teknologi terus meningkat, kita harus siapkan periset muda di bidang STEM untuk mencapai generasi emas 2045,” ujar Dyah di KBRI London, Kamis pagi waktu Indonesia (21/7/2022).
Permintaan dunia kerja terhadap tenaga terampil di bidang STEM pun terus meningkat tiap tahun. Riset National Science Foundation Amerika Serikat menyatakan di masa mendatang, sebanyak 80 persen pekerjaan memerlukan kompetensi STEM.
“Teknologi berkembang demikian pesat, termasuk penemuan kecerdasan buatan. Pemerintah perlu mendorong pelajar hingga periset muda untuk meningkatkan keahlian di bidang STEM,” ucap Dyah yang merupakan mahasiswa doktoral di Queen Mary University of London.
Pengembangan STEM dapat dimulai dari mendorong sekolah menerapkan pembelajaran berbasis proyek (project based learning). Pelajar dan mahasiswa yang menguasai bidang tersebut kelak terlatih memecahkan masalah secara kreatif dan inovatif.
Alirman Sori, Anggota DPD/MPR yang hadir dalam diskusi tersebut mengatakan keterampilan bidang sains dan teknologi amat penting untuk membangun generasi emas tahun 2045.
“Riset bisa menjadi tulang punggung kemajuan suatu bangsa. Inggris dan negara-negara maju di Eropa bisa menjadi negara kuat karena memiliki riset yang mumpuni,” ujar senator dari Sumatera Barat tersebut.
Oleh sebab itu, MPR mendorong pemerintah meningkatkan anggaran riset dan mengumpulkan talenta-talenta muda yang sudah merampungkan studi di luar negeri.
“Setelah selesai kuliah, bangun ekosistem riset di Indonesia. Berkolaborasilah dengan universitas dan jejaring di luar negeri untuk kepentingan masyarakat,” ujarnya.
Sofyan Tan, senator lain yang hadir dalam diskusi tersebut, mengatakan parlemen telah mendorong pemerintah memajukan riset di tanah air. Antara lain melalui pengesahan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
“Regulasi ini mengamanatkan pemerintah untuk mengembangkan riset di bidang sains dan teknologi yang strategis. Aturan ini akan menjadikan program riset dan pembangunan lebih efektif dan efisien,” ujar Anggota Komisi X DPR yang membidangi pendidikan tersebut.
Sedangkan, Departemen Pendidikan Inggris akan menggelontorkan 179 juta poundsterling atau sekitar Rp3,2 triliun untuk mendukung 2.200 mahasiswa menekuni bidang STEM di 40 universitas di Inggris tahun depan.
Selain itu mereka juga akan mendorong pelajar, terutama perempuan untuk fokus di bidang STEM dan memberikan pendampingan karier di bidang tersebut. Ini adalah upaya pemerintah Inggris untuk menepati komitmen mereka meningkatkan dana riset sebesar 2,4 persen dari Produk Domestik Bruto pada 2027.
(mpw)