Keren! Dosen UPER Ini Raih Gelar S3 Jurnalistik dari Amerika dengan IPK Sempurna
loading...
A
A
A
JAKARTA - Fitria Andayani, dosen Jurusan Komunikasi, Universitas Pertamina (UPER) Jakarta ini, mampu menamatkan pendidikan doktoralnya dalam waktu kurang dari 3 tahun dengan nilai sempurna atau IPK 4.00.
Tidak tanggung-tanggung, gelar doktor di bidang jurnalistik diperolehnya dari kampus jurnalistik tertua di dunia dan paling bergengsi di Amerika, Missouri School of Journalism, pada 15 Mei 2022.
Wanita asal Bukittingi, Sumatera Barat ini, menjadi satu dari sedikit peneliti Indonesia yang konsisten mendalami ilmu ini hingga ke jenjang S3 di bidang jurnalistik.
“Saya tertarik mengeluti bidang ini sejak kecil karena saya sangat suka menulis dan membaca koran. Saya juga terinspirasi cerita Roehana Koeddoes, jurnalis perempuan pertama di Indonesia asal Minang,” ujarnya, Selasa (19/7/2022).
Dengan prestasinya itu, Fitria diundang menjadi bagian dari Kappa Tau Alpha, komunitas kehormatan di bidang jurnalistik dan komunikasi massa di Amerika. Hanya 10 persen dari lulusan jurnalistik Amerika yang diundang untuk bergabung di komunitas tersebut.
Seperti mahasiswa S3 pada umumnya, perjalanan studi doktoralnya pun tidak mulus sesuai harapan. Banyak hambatan yang harus dilalui. Bahkan, peraih beasiswa FulbrightDikti ini hampir menyerah.
"Tapi saya ingat janji saya dengan diri sendiri untuk berkomitmen dengan setiap keputusan yang dipilih dalam hidup. Sehingga saya berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan studi ini tepat waktu dengan nilai yang baik. Dukungan yang diberikan oleh teman-teman, keluarga, dan para dosen membantu saya untuk mencapai hasil yang terbaik,” kisahnya.
Komitmen Fitria di bidang jurnalistik memang tak perlu diragukan. Kariernya sebagai dosen dan peneliti di bidang ini dimulai dengan menamatkan pendidikan sarjananya di sekolah jurnalistik terbaik di Indonesia, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran.
Tidak tanggung-tanggung, gelar doktor di bidang jurnalistik diperolehnya dari kampus jurnalistik tertua di dunia dan paling bergengsi di Amerika, Missouri School of Journalism, pada 15 Mei 2022.
Wanita asal Bukittingi, Sumatera Barat ini, menjadi satu dari sedikit peneliti Indonesia yang konsisten mendalami ilmu ini hingga ke jenjang S3 di bidang jurnalistik.
“Saya tertarik mengeluti bidang ini sejak kecil karena saya sangat suka menulis dan membaca koran. Saya juga terinspirasi cerita Roehana Koeddoes, jurnalis perempuan pertama di Indonesia asal Minang,” ujarnya, Selasa (19/7/2022).
Dengan prestasinya itu, Fitria diundang menjadi bagian dari Kappa Tau Alpha, komunitas kehormatan di bidang jurnalistik dan komunikasi massa di Amerika. Hanya 10 persen dari lulusan jurnalistik Amerika yang diundang untuk bergabung di komunitas tersebut.
Seperti mahasiswa S3 pada umumnya, perjalanan studi doktoralnya pun tidak mulus sesuai harapan. Banyak hambatan yang harus dilalui. Bahkan, peraih beasiswa FulbrightDikti ini hampir menyerah.
"Tapi saya ingat janji saya dengan diri sendiri untuk berkomitmen dengan setiap keputusan yang dipilih dalam hidup. Sehingga saya berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan studi ini tepat waktu dengan nilai yang baik. Dukungan yang diberikan oleh teman-teman, keluarga, dan para dosen membantu saya untuk mencapai hasil yang terbaik,” kisahnya.
Komitmen Fitria di bidang jurnalistik memang tak perlu diragukan. Kariernya sebagai dosen dan peneliti di bidang ini dimulai dengan menamatkan pendidikan sarjananya di sekolah jurnalistik terbaik di Indonesia, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran.