Ingin Tembus Ketatnya Seleksi Masuk Universitas Terbaik di AS dan Inggris, Ini Strateginya
loading...
A
A
A
Sejumlah universitas bergengsi di AS dan Inggris mulai dari Harvard hingga Oxford, Stanford hingga Cambridge telah memiliki reputasi keunggulan mereka.
Institusi-institusi ini mendominasi peringkat universitas top dunia berkat rekam jejak mereka dalam menyediakan pendidikan unggul bagi para mahasiswa dan masa depan profesional yang mengikutinya.
Saat mengumumkan angka rata-rata penerimaan mereka pada Ivy Day di akhir Maret lalu, 8 universitas Ivy League — Brown, Columbia, Cornell, Dartmouth, Harvard, Princeton, University of Pennsylvania, dan Yale — melaporkan tingkat penerimaan terendah dalam sejarah.
Tingkat penerimaan Harvard mengalami penurunan dari 4,9% pada 2020, lalu turun menjadi 3,4% pada 2021, dan kini makin turun menjadi 3,19% pada 2022, ini adalah rekor terendah sejak didirikan 386 tahun lalu.
Yale dan Brown juga melaporkan rekor tingkat penerimaan yang rendah dengan angka 4,6% dan 5.4%, sementara Universitas Columbia tidak berubah dari tingkat penerimaan 3,7% tahun lalu, yang merupakan rekor terendahnya pada saat itu.
Hanya Dartmouth yang naik tipis dari tahun lalu di kisaran 6,24%. Tiga sekolah Ivy League memilih untuk tidak mengumumkan tingkat penerimaan tahun ini. Princeton, University of Pennsylvania, dan Cornell mengatakan mereka berharap bisa menghilangkan tekanan pada mahasiswa yang disebabkan tingkat penerimaan satu digit.
Bukan hanya perguruan tinggi Ivy League yang saat ini menjadi semakin ketat persaingannya. Universitas top lainnya di AS dan Inggris tahun ini, seperti MIT, Stanford, Oxford, University College of London, UC Berkeley, California Institute of Technology (Cal-Tech) juga melaporkan rekor tingkat penerimaan yang rendah.
Di tiap universitas umumnya hanya terdapat sekitar 10% mahasiswa internasional di sebagian besar universitas top ini. Sehingga, berdasarkan data-data tersebut, dapat disimpulkan bahwa peluang pelajar Asia Tenggara termasuk Indonesia cukup kecil.
Untuk mengantisipasi tingginya tekanan dan ketatnya persaingan dalam proses seleksi, calon mahasiswa perlu mempersiapkan diri semaksimal mungkin, jauh sebelum waktu pendaftaran dibuka untuk memanfaatkan peluang yang semakin kecil ini.
"Crimson Education adalah perusahaan pendukung penerimaan di dunia yang memandu siswa melalui setiap aspek strategi aplikasi AS dan/atau Inggris — termasuk mengidentifikasi universitas yang paling sesuai, dukungan pembuatan esai pribadi yang menarik, bimbingan mengikuti SAT/ACT dan bimbingan tes standar lainnya, bimbingan pemilihan pengayaan akademik yang tepat sehingga profil calon mahasiswa lebih menarik, dan persiapan wawancara,” papar Vanya Sunanto.
Institusi-institusi ini mendominasi peringkat universitas top dunia berkat rekam jejak mereka dalam menyediakan pendidikan unggul bagi para mahasiswa dan masa depan profesional yang mengikutinya.
Saat mengumumkan angka rata-rata penerimaan mereka pada Ivy Day di akhir Maret lalu, 8 universitas Ivy League — Brown, Columbia, Cornell, Dartmouth, Harvard, Princeton, University of Pennsylvania, dan Yale — melaporkan tingkat penerimaan terendah dalam sejarah.
Tingkat penerimaan Harvard mengalami penurunan dari 4,9% pada 2020, lalu turun menjadi 3,4% pada 2021, dan kini makin turun menjadi 3,19% pada 2022, ini adalah rekor terendah sejak didirikan 386 tahun lalu.
Yale dan Brown juga melaporkan rekor tingkat penerimaan yang rendah dengan angka 4,6% dan 5.4%, sementara Universitas Columbia tidak berubah dari tingkat penerimaan 3,7% tahun lalu, yang merupakan rekor terendahnya pada saat itu.
Hanya Dartmouth yang naik tipis dari tahun lalu di kisaran 6,24%. Tiga sekolah Ivy League memilih untuk tidak mengumumkan tingkat penerimaan tahun ini. Princeton, University of Pennsylvania, dan Cornell mengatakan mereka berharap bisa menghilangkan tekanan pada mahasiswa yang disebabkan tingkat penerimaan satu digit.
Bukan hanya perguruan tinggi Ivy League yang saat ini menjadi semakin ketat persaingannya. Universitas top lainnya di AS dan Inggris tahun ini, seperti MIT, Stanford, Oxford, University College of London, UC Berkeley, California Institute of Technology (Cal-Tech) juga melaporkan rekor tingkat penerimaan yang rendah.
Di tiap universitas umumnya hanya terdapat sekitar 10% mahasiswa internasional di sebagian besar universitas top ini. Sehingga, berdasarkan data-data tersebut, dapat disimpulkan bahwa peluang pelajar Asia Tenggara termasuk Indonesia cukup kecil.
Untuk mengantisipasi tingginya tekanan dan ketatnya persaingan dalam proses seleksi, calon mahasiswa perlu mempersiapkan diri semaksimal mungkin, jauh sebelum waktu pendaftaran dibuka untuk memanfaatkan peluang yang semakin kecil ini.
"Crimson Education adalah perusahaan pendukung penerimaan di dunia yang memandu siswa melalui setiap aspek strategi aplikasi AS dan/atau Inggris — termasuk mengidentifikasi universitas yang paling sesuai, dukungan pembuatan esai pribadi yang menarik, bimbingan mengikuti SAT/ACT dan bimbingan tes standar lainnya, bimbingan pemilihan pengayaan akademik yang tepat sehingga profil calon mahasiswa lebih menarik, dan persiapan wawancara,” papar Vanya Sunanto.