Minat Baca Tulis Siswa Mulai Pudar, Jabar Gandeng Budayawan hingga Praktisi Literasi
loading...
A
A
A
MAJALENGKA - Dinas Pendidikan ( Disdik ) Provinsi Jawa Barat terus berupaya menumbuhkan minat baca dan tulis di kalangan siswa SMA/SMK/SLB di Jabar yang kini berangsur pudar.
Salah satu upaya yang dilakukan, yakni menggandeng budayawan lokal hingga praktisi literasi. Kolaborasi yang digagas Cabang Dinas Pendidikan (Cadisdik) Wilayah IX Jabar tersebut diharapkan mampu menumbuhkan kembali budaya literasi siswa di tengah gempuran media sosial (medsos) yang banyak menghadirkan konten-konten visual.
Kepala Kantor Cadisdik Wilayah IX Jabar, Dewi Nurhulaela mengatakan, budaya membaca dan menulis di kalangan siswa cenderung terkikis di tengah era digital saat ini. Padahal, budaya literasi sangat erat kaitannya dengan pelajar yang dituntut membaca, menulis, hingga mendengar untuk mengembangkan wawasan.
Namun, seiring kemajuan teknologi, hal yang bersifat visual kini lebih digandrungi dibandingkan membaca atau menulis. Berkaca dari fenomena tersebut, maka pihaknya melibatkan budayawan lokal yang dan praktisi literasi untuk menumbuhkan semangat literasi peserta didik.
Dewi menjelaskan, tujuan menggandeng budayawan maupun praktisi literasi tersebut agar lingkungan pendidikan menjadi basis strategis untuk mengembangkan budaya membaca dan menulis, seperti yang telah dilaksanakan SMAN 1 Maja, Kabupaten Majalengka.
"Karena budayawan itu memiliki ciri dan karakter saat mengekspresikan ide dan gagasannya. Ini nilai jualnya, sehingga siswa tidak jenuh serta bosan dalam menerima penyampaian materinya," jelas Dewi, Jumat (4/11/2022).
Bahkan, lanjut Dewi, SMAN 1 Maja kini menjadi sekolah pilot project dalam upaya mengobarkan semangat literasi. Pihaknya berharap, program serupa dapat diikuti sekolah lainnya.
"Kita harapkan nantinya pola dan strategi semacam ini dapat ditiru dan diikuti oleh sekolah lainnya karena selain di SMAN 1 Maja ini beberapa sekolah lainnya juga memiliki program gerakan literasi di sekolah," katanya.
Dalam program literasi tersebut, lanjut Dewi, peserta didik mengikuti sejumlah kegiatan secara berkala. Peserta didik mulai kelas X hingga XII memiliki forum sekaligus menjadi agen untuk menularkan semangat literasi kepada rekan-rekannya di sekolah.
Adapun program literasi yang digulirkan meliputi harian, mingguan, bulanan, dan semesteran. Untuk program harian, peserta didik membaca buku-buku 15 menit sebelum pelajaran dimulai dan menjadwalkan kegiatan literasi bagi setiap kelas di Pojok Literasi.
"Program mingguan, menjadwalkan kegiatan literasi bagi setiap kelas di lapangan secara massal. Sedangkan Program bulanan mengadakan kegiatan membaca buku di dalam kelas masing-masing dan menuliskannya dalam pohon literasi," paparnya.
"Nah untuk program semesteran, mengadakan lomba membuat pohon literasi antar kelas, mengadakan kegiatan bedah buku atau talk show dengan menampilkan nara sumber penulis dan sekaligus budayawan lokal," Sambung Dewi.
Dengan hadirnya program tersebut, tambah Dewi, kini banyak peserta didik yang mulai mengobarkan semangat literasi. Bahkan, sejumlah karya pun hadir, seperti majalah dengan nama "Jejak" dan "Dingdong Magazine" yang mengupas seluk beluk Majalengka dimana semua karya tulis yang dimuat hasil karya peserta didik.
"Seiring berjalannya waktu dan terus belajar, saya yakin pasti karya-karya kedepan akan semakin jauh lebih baik dan bermanfaat," harap Dewi.
Budayawan sekaligus penulis asal Majalengka, Oom Somara de Uci menuturkan banyak manfaat yang diperoleh melalui membaca dan menulis. Dengan gelar membaca, maka wawasan dan pengetahuan akan semakin luas.
"Menulis juga akan membuat ilmu pengetahuan kita semakin bertambah, karena orang menulis pasti rajin membaca. Oleh karena itu, mari kita tumbuhkan budaya membaca dan menulis dinkalangan pelajar dan itu mutlak dilakukan tanpa alasan apapun," katanya.
Sementara itu, Kepala Disdik Jabar, Dedi Supandi mengatakan, peserta didik sebagai generasi penerus bangsa tidak hanya dituntut pintar dalam bidang pelajaran. Di sisi lain, diperlukan kemampuan berpikir kritis guna membantu dalam mengambil keputusan.
"Agar terwujudnya sebuah bangsa yang maju, maka secara historis itu harus didukung dengan tingkat literasi yang tinggi. Itu merupakan salah satu faktornya. Karena melalui semangat literasi itu dapat mengasah kemampuan dalam menangkap dan memahami informasi," kata Dedi.
Lihat Juga: Ciptakan Ruang Digital Bersih, Pelajar dan Generasi Muda Harus Dijauhkan dari Judi Online
Salah satu upaya yang dilakukan, yakni menggandeng budayawan lokal hingga praktisi literasi. Kolaborasi yang digagas Cabang Dinas Pendidikan (Cadisdik) Wilayah IX Jabar tersebut diharapkan mampu menumbuhkan kembali budaya literasi siswa di tengah gempuran media sosial (medsos) yang banyak menghadirkan konten-konten visual.
Kepala Kantor Cadisdik Wilayah IX Jabar, Dewi Nurhulaela mengatakan, budaya membaca dan menulis di kalangan siswa cenderung terkikis di tengah era digital saat ini. Padahal, budaya literasi sangat erat kaitannya dengan pelajar yang dituntut membaca, menulis, hingga mendengar untuk mengembangkan wawasan.
Namun, seiring kemajuan teknologi, hal yang bersifat visual kini lebih digandrungi dibandingkan membaca atau menulis. Berkaca dari fenomena tersebut, maka pihaknya melibatkan budayawan lokal yang dan praktisi literasi untuk menumbuhkan semangat literasi peserta didik.
Dewi menjelaskan, tujuan menggandeng budayawan maupun praktisi literasi tersebut agar lingkungan pendidikan menjadi basis strategis untuk mengembangkan budaya membaca dan menulis, seperti yang telah dilaksanakan SMAN 1 Maja, Kabupaten Majalengka.
"Karena budayawan itu memiliki ciri dan karakter saat mengekspresikan ide dan gagasannya. Ini nilai jualnya, sehingga siswa tidak jenuh serta bosan dalam menerima penyampaian materinya," jelas Dewi, Jumat (4/11/2022).
Bahkan, lanjut Dewi, SMAN 1 Maja kini menjadi sekolah pilot project dalam upaya mengobarkan semangat literasi. Pihaknya berharap, program serupa dapat diikuti sekolah lainnya.
"Kita harapkan nantinya pola dan strategi semacam ini dapat ditiru dan diikuti oleh sekolah lainnya karena selain di SMAN 1 Maja ini beberapa sekolah lainnya juga memiliki program gerakan literasi di sekolah," katanya.
Dalam program literasi tersebut, lanjut Dewi, peserta didik mengikuti sejumlah kegiatan secara berkala. Peserta didik mulai kelas X hingga XII memiliki forum sekaligus menjadi agen untuk menularkan semangat literasi kepada rekan-rekannya di sekolah.
Adapun program literasi yang digulirkan meliputi harian, mingguan, bulanan, dan semesteran. Untuk program harian, peserta didik membaca buku-buku 15 menit sebelum pelajaran dimulai dan menjadwalkan kegiatan literasi bagi setiap kelas di Pojok Literasi.
"Program mingguan, menjadwalkan kegiatan literasi bagi setiap kelas di lapangan secara massal. Sedangkan Program bulanan mengadakan kegiatan membaca buku di dalam kelas masing-masing dan menuliskannya dalam pohon literasi," paparnya.
"Nah untuk program semesteran, mengadakan lomba membuat pohon literasi antar kelas, mengadakan kegiatan bedah buku atau talk show dengan menampilkan nara sumber penulis dan sekaligus budayawan lokal," Sambung Dewi.
Dengan hadirnya program tersebut, tambah Dewi, kini banyak peserta didik yang mulai mengobarkan semangat literasi. Bahkan, sejumlah karya pun hadir, seperti majalah dengan nama "Jejak" dan "Dingdong Magazine" yang mengupas seluk beluk Majalengka dimana semua karya tulis yang dimuat hasil karya peserta didik.
"Seiring berjalannya waktu dan terus belajar, saya yakin pasti karya-karya kedepan akan semakin jauh lebih baik dan bermanfaat," harap Dewi.
Budayawan sekaligus penulis asal Majalengka, Oom Somara de Uci menuturkan banyak manfaat yang diperoleh melalui membaca dan menulis. Dengan gelar membaca, maka wawasan dan pengetahuan akan semakin luas.
"Menulis juga akan membuat ilmu pengetahuan kita semakin bertambah, karena orang menulis pasti rajin membaca. Oleh karena itu, mari kita tumbuhkan budaya membaca dan menulis dinkalangan pelajar dan itu mutlak dilakukan tanpa alasan apapun," katanya.
Sementara itu, Kepala Disdik Jabar, Dedi Supandi mengatakan, peserta didik sebagai generasi penerus bangsa tidak hanya dituntut pintar dalam bidang pelajaran. Di sisi lain, diperlukan kemampuan berpikir kritis guna membantu dalam mengambil keputusan.
"Agar terwujudnya sebuah bangsa yang maju, maka secara historis itu harus didukung dengan tingkat literasi yang tinggi. Itu merupakan salah satu faktornya. Karena melalui semangat literasi itu dapat mengasah kemampuan dalam menangkap dan memahami informasi," kata Dedi.
Lihat Juga: Ciptakan Ruang Digital Bersih, Pelajar dan Generasi Muda Harus Dijauhkan dari Judi Online
(mpw)