Tumbuhkan Jiwa Bisnis Mahasiswa, Kemendikbud Gelar Program Wirausaha Merdeka 2022
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebagai upaya untuk menghasilkan mahasiswa yang mampu menjalankan dan mengembangkan potensi kewirausahaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) gelar Program Wirausaha Merdeka 2022.
Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek, Sri Gunani Partiwi mengatakan, Indonesia memiliki potensi sumber daya alam (SDA) yang kaya, sehingga diperlukan pengusaha yang lahir dari generasi Indonesia.
“Saya yakin kemampuan wirausaha dapat dipelajari, dan melalui Wirausaha Merdeka inilah sarana yang kami sediakan untuk menciptakan jiwa wirausaha bagi adik-adik di perguruan tinggi,” ujar Sri dalam Webinar Silaturahmi Merdeka Belajar yang diselenggarakan secara daring dan tayang langsung di YouTube Kemendikbud, Kamis (3/11/2022).
Program ini memberikan peluang bagi seluruh mahasiswa dan perguruan tinggi yang berpotensi menyelenggarakan Program Wirausaha Merdeka. Mereka diharapkan dapat turut berpartisipasi dalam Wirausaha Merdeka.
“Kami mengajak perguruan tinggi yang memiliki kapasitas dan program-program yang baik untuk bisa diakses oleh adik-adik mahasiswa kita melalui Wirausaha Merdeka ini,” imbuh Sri.
Untuk dapat berpartisipasi dalam program ini, perguruan tinggi pelaksana diharapkan mempunyai kapasitas yang cukup untuk melaksanakan program tersebut. “Misalnya, perguruan tinggi mempunyai lembaga atau inkubator serta rekam jejak pengalaman dalam mengelola kewirausahaan,” tuturnya.
Selain itu, Sri mengatakan bahwa perguruan tinggi harus memiliki dan menyusun program untuk bimbingan kewirausahaan dalam bentuk proposal sesuai dengan ketentuan. Perguruan tinggi yang akan menjadi penyelenggara juga harus memiliki kesiapan dalam bentuk program.
Dengan demikian, lanjut Sri, nantinya program Wirausaha Merdeka diharapkan dapat diakses oleh mahasiswa seluruh Indonesia yang ingin belajar wirausaha.
“Jadi harus bersedia, tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi memang untuk membuka peluang bagi adik-adik dari perguruan tinggi lain untuk bisa ikut belajar di program Wirausaha Merdeka,” ujar Sri.
Lebih lanjut, Sri menyampaikan bahwa Wirausaha Merdeka menjadi bagian dari Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) sehingga dalam pelaksanaannya akan dikonversi ke dalam satu semester dan diakui setara dengan 20 SKS.
Hingga saat ini, sebanyak 17 perguruan tinggi di Indonesia telah melaksanakan Program Wirausaha Merdeka yang diikuti oleh lebih dari 11.000 mahasiswa. Bryan Erfanda Putra, salah satu tim wirausaha Merdeka membagikan cerita menarik dari salah satu perguruan tinggi pelaksana Wirausaha Merdeka.
Berkunjung ke Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Bryan melihat mahasiswa peserta Wirausaha Merdeka sangat antusias mengikuti program tersebut.
“Saat itu UMS bermitra dengan UKM yang mengelola perikanan. Adik-adik mahasiswa mengikuti program ini langsung dengan praktik mengolah ikan hingga menjual produknya. Itu menjadi salah satu hal yang luar biasa dari implementasi Program Wirausaha Merdeka,” ujar Bryan dengan antusias.
Kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan saat penyelenggaraan Wirausaha Merdeka menjadi hal yang penting, salah satunya dengan melakukan pendekatan kepada praktisi di dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
“Melalui praktisi, maka adik-adik mahasiswa bisa mendapatkan pengetahuan dan ilmu yang luar biasa. Mereka juga bisa langsung praktek didampingi mentornya,” imbuh Bryan.
Dukungan dan kolaborasi dengan pemerintah daerah (Pemda) juga menjadi keharusan dalam melaksanakan Wirausaha Merdeka. Manfaat tersebut, kata Bryan, akan dirasakan para mahasiswa setelah menjadi wirausahawan.
“Beberapa mahasiswa sudah ada yang mempunyai usaha dan mendaftarkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), logo halal atas usahanya. Luar biasa sekali capaiannya adik-adik kita,” tutur Bryan.
Ke depan, kolaborasi akan dilakukan dengan lebih banyak perguruan tinggi. Masyarakat dapat melihat dan memantau Program Wirausaha Merdeka melalui laman wirausahamerdeka.id atau media sosial @wirausahamerdeka.
“Bagi perguruan tinggi yang telah memiliki program wirausaha, silakan dipersiapkan dan disusun proposalnya, sehingga saat ada waktu pendaftaran bisa segera mengikuti,” ajak Bryan.
Dalam kesempatan yang sama, Ida Bagus Agung Gunarthawa, salah satu mentor Wirausaha Merdeka menyampaikan apresiasi kepada Kemendikbudristek atas program visioner tersebut.
Menurutnya, program Wirausaha Merdeka sangat dibutuhkan dalam menyambut bonus demografi di Indonesia. “Kita harus mendukung bersama program ini. Karena program ini sangat visioner dan sangat dibutuhkan dalam menyambut bonus demografi yang tidak boleh disia-siakan,” tuturnya.
Sebagai mentor Wirausaha Merdeka, Ida Bagus menuturkan, peran mentor sangat signifikan dalam membangun karakter dan kompetensi mahasiswa, serta memperbaiki kelemahan-kelemahan yang dimiliki mahasiswa.
“Untuk membangun jiwa wirausaha ini, mental mereka harus siap dulu. Oleh karena itu, beberapa modulasi yang kami berikan salah satunya tentang design thinking, selanjutnya dibawa kepada yang sifatnya teknikal,” tutur Ida Bagus.
Sementara itu, salah satu mahasiswa yang mengikuti Program Wirausaha Merdeka, Fuji Lestari Arsyad dari Universitas Muhammadiyah Makassar menceritakan pengalaman selama mengikuti program ini.
“Dalam program ini, kita tidak hanya belajar berbicara mengenai teori saja, di sini kami juga diberikan pengalaman dengan melakukan sesuatu hal baru yang dapat diimplementasikan secara langsung dalam kegiatan bisnis,” ujar Fuji Lestari.
Selain itu, dengan adanya program ini, kata Fuji Lestari, mahasiswa memiliki semangat keberanian, dan kemandirian untuk mengambil keputusan dalam jiwa kreativitas dan berinovasi. “Di sini, kami juga mampu membangun jejaring informasi antara mahasiswa dan lembaga terkait dengan bidang kewirausahaan,” ungkapnya.
Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek, Sri Gunani Partiwi mengatakan, Indonesia memiliki potensi sumber daya alam (SDA) yang kaya, sehingga diperlukan pengusaha yang lahir dari generasi Indonesia.
“Saya yakin kemampuan wirausaha dapat dipelajari, dan melalui Wirausaha Merdeka inilah sarana yang kami sediakan untuk menciptakan jiwa wirausaha bagi adik-adik di perguruan tinggi,” ujar Sri dalam Webinar Silaturahmi Merdeka Belajar yang diselenggarakan secara daring dan tayang langsung di YouTube Kemendikbud, Kamis (3/11/2022).
Program ini memberikan peluang bagi seluruh mahasiswa dan perguruan tinggi yang berpotensi menyelenggarakan Program Wirausaha Merdeka. Mereka diharapkan dapat turut berpartisipasi dalam Wirausaha Merdeka.
“Kami mengajak perguruan tinggi yang memiliki kapasitas dan program-program yang baik untuk bisa diakses oleh adik-adik mahasiswa kita melalui Wirausaha Merdeka ini,” imbuh Sri.
Untuk dapat berpartisipasi dalam program ini, perguruan tinggi pelaksana diharapkan mempunyai kapasitas yang cukup untuk melaksanakan program tersebut. “Misalnya, perguruan tinggi mempunyai lembaga atau inkubator serta rekam jejak pengalaman dalam mengelola kewirausahaan,” tuturnya.
Selain itu, Sri mengatakan bahwa perguruan tinggi harus memiliki dan menyusun program untuk bimbingan kewirausahaan dalam bentuk proposal sesuai dengan ketentuan. Perguruan tinggi yang akan menjadi penyelenggara juga harus memiliki kesiapan dalam bentuk program.
Dengan demikian, lanjut Sri, nantinya program Wirausaha Merdeka diharapkan dapat diakses oleh mahasiswa seluruh Indonesia yang ingin belajar wirausaha.
“Jadi harus bersedia, tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi memang untuk membuka peluang bagi adik-adik dari perguruan tinggi lain untuk bisa ikut belajar di program Wirausaha Merdeka,” ujar Sri.
Lebih lanjut, Sri menyampaikan bahwa Wirausaha Merdeka menjadi bagian dari Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) sehingga dalam pelaksanaannya akan dikonversi ke dalam satu semester dan diakui setara dengan 20 SKS.
Hingga saat ini, sebanyak 17 perguruan tinggi di Indonesia telah melaksanakan Program Wirausaha Merdeka yang diikuti oleh lebih dari 11.000 mahasiswa. Bryan Erfanda Putra, salah satu tim wirausaha Merdeka membagikan cerita menarik dari salah satu perguruan tinggi pelaksana Wirausaha Merdeka.
Berkunjung ke Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Bryan melihat mahasiswa peserta Wirausaha Merdeka sangat antusias mengikuti program tersebut.
“Saat itu UMS bermitra dengan UKM yang mengelola perikanan. Adik-adik mahasiswa mengikuti program ini langsung dengan praktik mengolah ikan hingga menjual produknya. Itu menjadi salah satu hal yang luar biasa dari implementasi Program Wirausaha Merdeka,” ujar Bryan dengan antusias.
Kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan saat penyelenggaraan Wirausaha Merdeka menjadi hal yang penting, salah satunya dengan melakukan pendekatan kepada praktisi di dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
“Melalui praktisi, maka adik-adik mahasiswa bisa mendapatkan pengetahuan dan ilmu yang luar biasa. Mereka juga bisa langsung praktek didampingi mentornya,” imbuh Bryan.
Dukungan dan kolaborasi dengan pemerintah daerah (Pemda) juga menjadi keharusan dalam melaksanakan Wirausaha Merdeka. Manfaat tersebut, kata Bryan, akan dirasakan para mahasiswa setelah menjadi wirausahawan.
“Beberapa mahasiswa sudah ada yang mempunyai usaha dan mendaftarkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), logo halal atas usahanya. Luar biasa sekali capaiannya adik-adik kita,” tutur Bryan.
Ke depan, kolaborasi akan dilakukan dengan lebih banyak perguruan tinggi. Masyarakat dapat melihat dan memantau Program Wirausaha Merdeka melalui laman wirausahamerdeka.id atau media sosial @wirausahamerdeka.
“Bagi perguruan tinggi yang telah memiliki program wirausaha, silakan dipersiapkan dan disusun proposalnya, sehingga saat ada waktu pendaftaran bisa segera mengikuti,” ajak Bryan.
Dalam kesempatan yang sama, Ida Bagus Agung Gunarthawa, salah satu mentor Wirausaha Merdeka menyampaikan apresiasi kepada Kemendikbudristek atas program visioner tersebut.
Menurutnya, program Wirausaha Merdeka sangat dibutuhkan dalam menyambut bonus demografi di Indonesia. “Kita harus mendukung bersama program ini. Karena program ini sangat visioner dan sangat dibutuhkan dalam menyambut bonus demografi yang tidak boleh disia-siakan,” tuturnya.
Sebagai mentor Wirausaha Merdeka, Ida Bagus menuturkan, peran mentor sangat signifikan dalam membangun karakter dan kompetensi mahasiswa, serta memperbaiki kelemahan-kelemahan yang dimiliki mahasiswa.
“Untuk membangun jiwa wirausaha ini, mental mereka harus siap dulu. Oleh karena itu, beberapa modulasi yang kami berikan salah satunya tentang design thinking, selanjutnya dibawa kepada yang sifatnya teknikal,” tutur Ida Bagus.
Sementara itu, salah satu mahasiswa yang mengikuti Program Wirausaha Merdeka, Fuji Lestari Arsyad dari Universitas Muhammadiyah Makassar menceritakan pengalaman selama mengikuti program ini.
“Dalam program ini, kita tidak hanya belajar berbicara mengenai teori saja, di sini kami juga diberikan pengalaman dengan melakukan sesuatu hal baru yang dapat diimplementasikan secara langsung dalam kegiatan bisnis,” ujar Fuji Lestari.
Selain itu, dengan adanya program ini, kata Fuji Lestari, mahasiswa memiliki semangat keberanian, dan kemandirian untuk mengambil keputusan dalam jiwa kreativitas dan berinovasi. “Di sini, kami juga mampu membangun jejaring informasi antara mahasiswa dan lembaga terkait dengan bidang kewirausahaan,” ungkapnya.
(mpw)