4 Sekolah Bisnis di Indonesia Telah Terakreditasi AACSB
loading...
A
A
A
JAKARTA - Empat Perguruan Tinggi di Indonesia saat ini telah mendapatkan akreditasi dari lembaga akreditasi internasional khusus sekolah bisnis, The Association to Advance Collegiate Schools of Business (AACSB) dari Amerika Serikat.
Keempat perguruan tinggi tersebut adalah:
1. Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada
2. Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung
3. Sekolah Bisnis BINUS University
4. Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia.
Dengan demikian, keempat kampus ini sudah menjadi bagian dari 862 sekolah bisnis di dunia yang sudah terakreditasi AACSB International yang tersebar di 56 negara. Lembaga AACSB sendiri memiliki 1.774 member sekolah bisnis yang belum kesemuanya memperoleh akreditasi.
“Jaringan anggota AACSB ada 1.774. Di Indonesia UGM sebagai member pertama. Setelahnya ada ITB dan Binus. UI baru mendapatkan akreditasi seminggu yang lalu,” kata Executive Vice President The AACSB International Geoff Perry, dikutip dari laman UGM, Rabu (9/11/2022).
Baca juga: Mahasiswa IPB Buat Tabir Surya dari Tumbuhan Endemik Kalimantan Barat
Geoff Perry mengatakan, tidak mudah mendapatkan akreditasi dari lembaga AACSB. Ia menyebutkan, UGM memerlukan waktu tujuh tahun untuk mendapatkan akreditasi pada 2014 lalu. Menurutnya, waktu pendaftaran hingga proses untuk mendapatkan akreditasi selama 5 hingga 7 tahun menjadi sesuatu hal yang wajar.
“Rata-rata sekolah bisnis dimanapun memerlukan waktu yang sama untuk mendapatkan akreditasi AACSB. Sekolah bisnis di Amerika, Eropa dan Asia Pasifik, mereka memerlukan proses perbaikan selama lima tahun terlebih dahulu dan dua tahun kemudian proses mendapatkan akreditasi,” paparnya.
Lamanya proses penilaian untuk mendapatkan akreditasi, kata Geoff, dikarenakan lembaga AACSB sangat menekankan pada upaya perbaikan berkelanjutan yang dilakukan setiap sekolah bisnis dalam aspek pendidikan, riset dan pengabdian kepada masyarakat.
Namun begitu, riset yang dihasilkan oleh setiap sekolah bisnis diharuskan bisa memberi dampak yang lebih luas bagi masyarakat serta profil para pengajarnya yang mayoritas minimal sudah berpendidikan doktor. “Riset bukan semata hanya keperluan riset tapi yang berdampak pada masyarakat, pemerintah dan dunia bisnis. Lalu, staf pengajar ahli yang sudah bergelar doktor merupakan hal yang lumrah dari setiap sekolah bisnis di dunia,” katanya.
Baca juga: 6 Sekolah Kedinasan Pariwisata Terbaik di Indonesia
Keempat perguruan tinggi tersebut adalah:
1. Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada
2. Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung
3. Sekolah Bisnis BINUS University
4. Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia.
Dengan demikian, keempat kampus ini sudah menjadi bagian dari 862 sekolah bisnis di dunia yang sudah terakreditasi AACSB International yang tersebar di 56 negara. Lembaga AACSB sendiri memiliki 1.774 member sekolah bisnis yang belum kesemuanya memperoleh akreditasi.
“Jaringan anggota AACSB ada 1.774. Di Indonesia UGM sebagai member pertama. Setelahnya ada ITB dan Binus. UI baru mendapatkan akreditasi seminggu yang lalu,” kata Executive Vice President The AACSB International Geoff Perry, dikutip dari laman UGM, Rabu (9/11/2022).
Baca juga: Mahasiswa IPB Buat Tabir Surya dari Tumbuhan Endemik Kalimantan Barat
Geoff Perry mengatakan, tidak mudah mendapatkan akreditasi dari lembaga AACSB. Ia menyebutkan, UGM memerlukan waktu tujuh tahun untuk mendapatkan akreditasi pada 2014 lalu. Menurutnya, waktu pendaftaran hingga proses untuk mendapatkan akreditasi selama 5 hingga 7 tahun menjadi sesuatu hal yang wajar.
“Rata-rata sekolah bisnis dimanapun memerlukan waktu yang sama untuk mendapatkan akreditasi AACSB. Sekolah bisnis di Amerika, Eropa dan Asia Pasifik, mereka memerlukan proses perbaikan selama lima tahun terlebih dahulu dan dua tahun kemudian proses mendapatkan akreditasi,” paparnya.
Lamanya proses penilaian untuk mendapatkan akreditasi, kata Geoff, dikarenakan lembaga AACSB sangat menekankan pada upaya perbaikan berkelanjutan yang dilakukan setiap sekolah bisnis dalam aspek pendidikan, riset dan pengabdian kepada masyarakat.
Namun begitu, riset yang dihasilkan oleh setiap sekolah bisnis diharuskan bisa memberi dampak yang lebih luas bagi masyarakat serta profil para pengajarnya yang mayoritas minimal sudah berpendidikan doktor. “Riset bukan semata hanya keperluan riset tapi yang berdampak pada masyarakat, pemerintah dan dunia bisnis. Lalu, staf pengajar ahli yang sudah bergelar doktor merupakan hal yang lumrah dari setiap sekolah bisnis di dunia,” katanya.
Baca juga: 6 Sekolah Kedinasan Pariwisata Terbaik di Indonesia