Pacu Penelitian Interdisipilin, UT Gelar Konferensi Internasional ICoMUS 2022
loading...
A
A
A
"Jadi kita berpikir simultan. Kita ciptakan kesempatan untuk melakukan penelitian kolaborasi multidisiplin tapi kita juga memikirkan wadah untuk mendiseminasikan hasil riset tersebut," imbuhnya.
Baca juga: 6 Kampus yang Menyediakan Program Fast Track, dari UGM hingga ITB
Sementara itu, Kepala Unit Pengembangan Pembelajaran Dalam Jaringan Indonesia (PPDJI) Universitas Terbuka Prof. Dr. Paulina Pannen, M.Ls yang menjadi keynote speaker dalam ICoMUS mengatakan, penelitian lintas bidang ilmu itu sebenarnya bukan barang baru. Melainkan sudah digaungkan sejak lama oleh Plato. Di Indonesia, penelitian kolaboratif mulai muncul sejak era 80-an dengan adanya program Penelitian Kerja Sama Antar Perguruan Tinggi (PEKERTI) juga program Riset Unggulan Terpadu.
Kini, tambahnya, dengan adanya Revolusi Industri 4.0 ketika mesin dan manusia sudah tidak mempunyai batas lagi, civitas akademika pun menyadari bahwa satu masalah itu tidak bisa diselesaikan dengan satu disiplin ilmu saja melainkan memerlukan multidisiplin.
Merebaknya pandemi Covid-19, katanya, semestinya juga semakin mendorong penelitian kolaboratif. Sebab berkaca pada penanganan Covid-19 yang tidak hanya mengandalkan pada vaksin. Namun juga dengan hadirnya solusi pada pemanfaatan alat kesehatan, gaya hidup, dan lainnya.
Baca juga: 6 Kampus yang Menyediakan Program Fast Track, dari UGM hingga ITB
Sementara itu, Kepala Unit Pengembangan Pembelajaran Dalam Jaringan Indonesia (PPDJI) Universitas Terbuka Prof. Dr. Paulina Pannen, M.Ls yang menjadi keynote speaker dalam ICoMUS mengatakan, penelitian lintas bidang ilmu itu sebenarnya bukan barang baru. Melainkan sudah digaungkan sejak lama oleh Plato. Di Indonesia, penelitian kolaboratif mulai muncul sejak era 80-an dengan adanya program Penelitian Kerja Sama Antar Perguruan Tinggi (PEKERTI) juga program Riset Unggulan Terpadu.
Kini, tambahnya, dengan adanya Revolusi Industri 4.0 ketika mesin dan manusia sudah tidak mempunyai batas lagi, civitas akademika pun menyadari bahwa satu masalah itu tidak bisa diselesaikan dengan satu disiplin ilmu saja melainkan memerlukan multidisiplin.
Merebaknya pandemi Covid-19, katanya, semestinya juga semakin mendorong penelitian kolaboratif. Sebab berkaca pada penanganan Covid-19 yang tidak hanya mengandalkan pada vaksin. Namun juga dengan hadirnya solusi pada pemanfaatan alat kesehatan, gaya hidup, dan lainnya.
(nnz)