Untar Sediakan Layanan Psikososial Bagi Anak Penyintas Korban Gempa Cianjur
loading...
A
A
A
Baca juga: Berbagi Kasih Melalui Aksi Natal, UPH Apresiasi 314 Tenaga Outsourcing
Tim psikososial turut memberikan dukungan selama anak-anak menggambar hal yang tidak disukai sebagai salah satu bentuk dukungan verbal terhadap perasaan takut yang mereka miliki. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar anak memiliki pola pikir bahwa memiliki ketakutan merupakan hal yang wajar dialami oleh semua manusia.
Setelah anak-anak menyelesaikan gambarnya, tim psikososial bersama PMI membagikan cemilan sebagai tanda apresiasi kepada anak-anak karena sudah berani menuangkan ketakutan yang dimilikinya. Kegiatan menggambar ini juga diselingi dengan aktivitas lain yang bertujuan untuk menghibur dan mengasah keberanian anak-anak untuk tampil dan berekspresi di depan umum.
Kegiatan yang dilakukan yaitu bermain permainan konsentrasi seperti tepuk sesuai hitungan, dan juga bernyanyi bersama. Pada saat bernyanyi juga disertai dengan lirik yang dapat mengedukasi anak-anak terkait perilaku tanggap bencana gempa dan mencuci tangan.
"Berdasarkan hasil gambar anak-anak penyintas gempa yang telah terkumpul, ternyata terdapat gambar yang menunjukkan bahwa anak memiliki ketakutan akan gempa yang sebelumnya terjadi, dengan divisualisasikan melalui gambar rumah yang runtuh. Tidak hanya ketakutan akan gempa yang dialami sebelumnya, ternyata beberapa anak penyintas gempa menuangkan ketakutannya dengan menggambar gunung meletus," jelasnya.
Di samping itu, hasil gambar anak-anak yang terkumpul menunjukan bahwa mayoritas ketakutan yang dirasakan yaitu ketakutan akan hantu. Anak-anak menuangkan rasa takut terhadap hantu dengan menggambar hantu yang terkenal di kalangan masyarakat Indonesia yaitu “pocong” dan “kuntilanak”.
Lihat Juga: Mengenal Post-concert Depression, Perasaan Hampa yang Muncul usai Nonton Konser dan Cara Mengatasinya
Tim psikososial turut memberikan dukungan selama anak-anak menggambar hal yang tidak disukai sebagai salah satu bentuk dukungan verbal terhadap perasaan takut yang mereka miliki. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar anak memiliki pola pikir bahwa memiliki ketakutan merupakan hal yang wajar dialami oleh semua manusia.
Setelah anak-anak menyelesaikan gambarnya, tim psikososial bersama PMI membagikan cemilan sebagai tanda apresiasi kepada anak-anak karena sudah berani menuangkan ketakutan yang dimilikinya. Kegiatan menggambar ini juga diselingi dengan aktivitas lain yang bertujuan untuk menghibur dan mengasah keberanian anak-anak untuk tampil dan berekspresi di depan umum.
Kegiatan yang dilakukan yaitu bermain permainan konsentrasi seperti tepuk sesuai hitungan, dan juga bernyanyi bersama. Pada saat bernyanyi juga disertai dengan lirik yang dapat mengedukasi anak-anak terkait perilaku tanggap bencana gempa dan mencuci tangan.
"Berdasarkan hasil gambar anak-anak penyintas gempa yang telah terkumpul, ternyata terdapat gambar yang menunjukkan bahwa anak memiliki ketakutan akan gempa yang sebelumnya terjadi, dengan divisualisasikan melalui gambar rumah yang runtuh. Tidak hanya ketakutan akan gempa yang dialami sebelumnya, ternyata beberapa anak penyintas gempa menuangkan ketakutannya dengan menggambar gunung meletus," jelasnya.
Di samping itu, hasil gambar anak-anak yang terkumpul menunjukan bahwa mayoritas ketakutan yang dirasakan yaitu ketakutan akan hantu. Anak-anak menuangkan rasa takut terhadap hantu dengan menggambar hantu yang terkenal di kalangan masyarakat Indonesia yaitu “pocong” dan “kuntilanak”.
Lihat Juga: Mengenal Post-concert Depression, Perasaan Hampa yang Muncul usai Nonton Konser dan Cara Mengatasinya
(nnz)