7 Mitos Tentang Pesantren. Benarkah?

Senin, 26 Desember 2022 - 12:02 WIB
loading...
7 Mitos Tentang Pesantren. Benarkah?
Pondok Pesantren Modern Al Umanaa Sukabumi. Al Umanaa membuka open house setiap hari dari pukul 08.00 - 17.00.
A A A
JAKARTA - Memilih institusi pendidikan yang tepat untuk anak tentu adalah impian semua orang tua. Berbagai langkah ditempuh demi menggali informasi serinci mungkin terkait sekolah yang diincar. Bagi Anda yang hendak memasukkan anak ke jenjang sekolah menengah, tentu mengharapkan anak tumbuh menjadi pribadi yang lebih dewasa dan mandiri. Pesantren, menjadi salah satu pilihan yang bisa dipertimbangkan.

Namun, santer beredar kabar dari mulut ke mulut, 7 hal yang menunjukkan citra buruk pesantren. Apa sajakah itu?

1. Pesantren itu jorok
Hal ini tidak jarang terungkap oleh Sebagian masyarakat. Bahkan sampai ada pameo “Belum santri kalau belum gudikan”. Gudikan, penyakit kulit yang menimbulkan gatal-gatal atau dalam bahasa medisnya disebut scabies seakan-akan menjadi penyakit langganan bagi santri di pondok pesantren.

Hal ini mengindikasikan minimnya kualitas kebersihan di pondok tersebut. Sungguh miris. Pondok Pesantren Modern Al Umanaa, pesantren yang berlokasi di dekat pusat Kota Sukabumi, justru menjunjung tinggi nilai kebersihan dalam setiap aspeknya. Baik kebersihan diri maupun lingkungan. Dalam pengawalan kesehatan dan kebersihan diri, santri dicek secara rutin dari ujung kaki
hingga ujung rambut. Peraturan dan sistem pondok mengatur penggantian seprai, penjemuran kasur, hingga pengecekan barang-barang pribadi santri. Dalam pengawalan kebersihan dan kerapian asrama pun, Al Umanaa menggunakan sistem pengecekan berbasis IT yang hasil dan evaluasi penilaiannya dapat ditindaklanjuti setiap hari dan menjadi dasar pemberian apresiasi dan konsekuensi pekanan.

Bahkan, Pondok Pesantren Modern Al Umanaa sudah memiliki sistem pengelolaan sampah yang bertanggung jawab, sehingga santri sudah terbiasa dalam hal pemilahan sampah.

2. Pesantren itu tidak up to date
Pembatasan pesantren terhadap akses informasi dan komunikasi secara bebas menjadikan citra pesantren seakan-akan kudet (kurang update). Padahal, tingginya arus informasi di era saat ini menjadikan besarnya peluang adanya kabut-kabut informasi yang justru menyesatkan generasi muda kita saat ini. Informasi penting terkait krisis ekonomi global justru malah luput diketahui para generasi muda karena tenggelam dengan informasi tak penting lainnya.

Oleh karena itu Pondok Pesantren Modern Al Umanaa memfasilitasi santri dengan koran, siaran radio internal terkait pembahasan isu terkini, serta koleksi buku-buku berkualitas untuk meningkatkan wawasan santri. Santri pun dipenuhi dengan informasi isu terkini melalui studi kasus dalam pembelajaran di kelas, maupun dalam pengarahan rutin santri pada khutbah, tausiyah, dan
sejenisnya.

3.Pesantren itu kuno, gagap teknologi (gaptek)
Pesantren seringkali diidentikan dengan metode pendidikan yang konservatif (kuno). Salah satunya dilihat dari fasilitas dan mata pelajaran yang ada. Ketika pesantren tidak tampak memiliki fasilitas canggih, mata pelajaran seputar programming, serta pembatasan penggunaan gawai dan internet, seakan-akan santri akan tumbuh menjadi pribadi yang gagap teknologi.

Pada kenyataannya, Pondok Pesantren Modern Al Umanaa mengajarkan santri untuk memanfaatkan berbagai kecanggihan teknologi saat ini dengan bijak dan bermanfaat, seperti penggunaan e-money dalam berbelanja di dalam pondok, bahkan sistem poin kedisiplinan, kebersihan, dan berbagai sistem lainnya sudah terdigitalisasi.

Santri pun dibekali berbagai keterampilan agar mampu menjawab tantangan di zamannya nanti seperti kemampuan problem solving, creativity, critical thinking, collaboration, communication, dan lainnya. Selain itu, Pondok Pesantren Modern Al Umanaa juga memiliki tenaga pengajar yang mumpuni dalam bidang teknologi, seperti Institut Teknologi Bandung.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1110 seconds (0.1#10.140)