Ketika Mas Menteri Semangati Para Pelaku Program Penggerak di Sulut
loading...
A
A
A
TOMOHON - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ( Mendikbudristek ) Nadiem Makarim menyemangati para pelaku Program Guru Penggerak (PGP), Sekolah Penggerak, dan Program Organisasi Penggerak (POP) di Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Menurutnya, mereka adalah ujung tombak transformasi pendidikan melalui Merdeka Belajar.
"Ujung tombak perubahan semuanya ada di tangan Bapak/Ibu, bukan di tangan pemerintah, tapi di masing-masing sekolah," kata Nadiem Makarim dalam Dialog Mendikbud bersama Komunitas Penggerak Provinsi Sulawesi Utara di SMP Lokon St Nikolaus Kota Tomohon, Jumat (6/1/2023).
Mas Menteri, sapaan akrab Mendikbudristek, memandang guru penggerak, kepala sekolah penggerak, dan organisasi penggerak adalah orang hebat karena berani berinovasi, idealis dan selalu memprioritaskan murid. Karena itu, menurutnya, tujuan dari Program Guru Penggerak adalah menjadikan guru sebagai pemimpin transformasi pendidikan.
Baca juga: Mendikbudristek: Merdeka Belajar Bukan Kebijakan tapi Gerakan
Karena itu, keberadaan guru penggerak tidak akan bermakna besar bagi daerah, jika kepala daerah tidak mengangkat mereka menjadi kepala sekolah atau pengawas. Menurutnya, guru-guru penggerak ini mampu memberikan perubahan besar bagi dunia pendidikan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Mendikbudristek Nomor 40 Tahun 2021 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah.
"Ini adalah hak bagi setiap guru penggerak untuk menjadi kepala sekolah maupun pengawas. Kita berikan mereka posisi sebagai pemimpin supaya bisa membuktikan dan mendorong gerakan transformasi pendidikan," ujar Mas Menteri.
Sementara itu, Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kota Tomohon, Vandy Rory mengapresiasi Kemendikbudristek yang telah meluncurkan Program Organisasi Penggerak (POP). Menurutnya, POP sangat relevan untuk kemajuan pendidikan di Indonesia. "Terima kasih telah memberikan kesempatan kepada kami untuk berbagi praktik baik dengan sekolah-sekolah di bawah binaan kami. Melalui program ini, kami bisa melaksanakan dan menerapkan program literasi, numerasi, dan karakter," katanya.
Hal yang sama juga disampaikan Ketua IGI Kabupaten Minahasa, Rikhardson Moroki. Menurutnya, POP berdampak sangat besar, tidak hanya bagi organisasi tetapi juga sekolah. "Melalui POP banyak sekolah yang terbantu, banyak sekolah yang mendapatkan perhatian, sehingga dapat bergerak bersama-sama dengan program-program strategis yang diterapkan oleh Kemendikbudristek," katanya.
Hingga saat ini, IGI telah memberikan pendidikan dan pelatihan literasi dan numerasi serta penguatan kompetensi guru dan kepala sekolah di 100 sekolah di Sulawesi Utara. Khusus di Kota Tomohon, terdapat 15 sekolah dasar yang telah menerima manfaat dari program IGI.
Saat ini, IGI memiliki sekitar 67 kanal pelatihan yang aktif meningkatkan kompetensi guru dengan semangat sharing and growing together. "Tujuan mencerdaskan bangsa dari organisasi penggerak pendidikan ini semakin mantap setelah terdaftar dalam POP yang dicanangkan dan diinisiasi oleh Kemendikbudristek," kata Rikhardson.
"Ujung tombak perubahan semuanya ada di tangan Bapak/Ibu, bukan di tangan pemerintah, tapi di masing-masing sekolah," kata Nadiem Makarim dalam Dialog Mendikbud bersama Komunitas Penggerak Provinsi Sulawesi Utara di SMP Lokon St Nikolaus Kota Tomohon, Jumat (6/1/2023).
Mas Menteri, sapaan akrab Mendikbudristek, memandang guru penggerak, kepala sekolah penggerak, dan organisasi penggerak adalah orang hebat karena berani berinovasi, idealis dan selalu memprioritaskan murid. Karena itu, menurutnya, tujuan dari Program Guru Penggerak adalah menjadikan guru sebagai pemimpin transformasi pendidikan.
Baca juga: Mendikbudristek: Merdeka Belajar Bukan Kebijakan tapi Gerakan
Karena itu, keberadaan guru penggerak tidak akan bermakna besar bagi daerah, jika kepala daerah tidak mengangkat mereka menjadi kepala sekolah atau pengawas. Menurutnya, guru-guru penggerak ini mampu memberikan perubahan besar bagi dunia pendidikan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Mendikbudristek Nomor 40 Tahun 2021 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah.
"Ini adalah hak bagi setiap guru penggerak untuk menjadi kepala sekolah maupun pengawas. Kita berikan mereka posisi sebagai pemimpin supaya bisa membuktikan dan mendorong gerakan transformasi pendidikan," ujar Mas Menteri.
Sementara itu, Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kota Tomohon, Vandy Rory mengapresiasi Kemendikbudristek yang telah meluncurkan Program Organisasi Penggerak (POP). Menurutnya, POP sangat relevan untuk kemajuan pendidikan di Indonesia. "Terima kasih telah memberikan kesempatan kepada kami untuk berbagi praktik baik dengan sekolah-sekolah di bawah binaan kami. Melalui program ini, kami bisa melaksanakan dan menerapkan program literasi, numerasi, dan karakter," katanya.
Hal yang sama juga disampaikan Ketua IGI Kabupaten Minahasa, Rikhardson Moroki. Menurutnya, POP berdampak sangat besar, tidak hanya bagi organisasi tetapi juga sekolah. "Melalui POP banyak sekolah yang terbantu, banyak sekolah yang mendapatkan perhatian, sehingga dapat bergerak bersama-sama dengan program-program strategis yang diterapkan oleh Kemendikbudristek," katanya.
Hingga saat ini, IGI telah memberikan pendidikan dan pelatihan literasi dan numerasi serta penguatan kompetensi guru dan kepala sekolah di 100 sekolah di Sulawesi Utara. Khusus di Kota Tomohon, terdapat 15 sekolah dasar yang telah menerima manfaat dari program IGI.
Saat ini, IGI memiliki sekitar 67 kanal pelatihan yang aktif meningkatkan kompetensi guru dengan semangat sharing and growing together. "Tujuan mencerdaskan bangsa dari organisasi penggerak pendidikan ini semakin mantap setelah terdaftar dalam POP yang dicanangkan dan diinisiasi oleh Kemendikbudristek," kata Rikhardson.
(abd)