Kemendikbudristek Gencarkan Program Anti Perundungan di Sekolah
Jum'at, 24 Februari 2023 - 16:38 WIB
JAKARTA - Kemendikbudristek berkomitmen menghapus 3 dosa besar di dunia pendidikan yaitu intoleransi, perundungan , dan kekerasan seksual. Terkait perundungan, Kemendikbudristek melakukan program pencegahan perundungan berbasis sekolah atau dikenal dengan Roots.
Program Roots ini dilakukan Kemendikbudristek bekerja sama dengan United Nations Children’s Fund (UNICEF) serta berkolaborasi dengan Direktorat SMP, SMA, SMK, dan dinas pendidikan yang telah dilaksanakan rutin dalam dua tahun terakhir.
Sejak 2021, program ini telah melakukan pendampingan kepada 7.369 sekolah jenjang Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan di 489 kabupaten/ kota di 34 provinsi di Indonesia.
Program Roots juga telah melatih 4.517 fasilitator guru anti-perundungan di jenjang SMP, dan 9.273 guru pada jenjang SMA dan juga SMK.
Baca juga: Kemendikbudristek Dorong Percepatan Penyaluran Dana BOSP 2023
Kepala Pusat Pendidikan Karakter (Puspeka) Kemendikbudristek, Rusprita Putri Utami menjelaskan, program Roots Anti-Perundungan Kemendikbudristek bertujuan untuk memberdayakan peran siswa di sekolah sebagai agen perubahan untuk menyebarluaskan pesan dan perilaku baik di lingkungan sekolah, khususnya kepada teman sebaya.
“Melalui program Roots, Kemendikbudristek terus mendorong lahirnya siswa agen perubahan. Harapannya setelah mendapatkan materi dari modul pembelajaran saat Roots, mereka akan mampu menjadi penggerak upaya-upaya pencegahan terjadinya perundungan atau kekerasan di sekolah,” katanya, melalui siaran pers, Jumat (24/2/2023).
Siswa agen perubahan adalah 30 siswa paling berpengaruh di sekolahnya yang dipilih oleh siswa-siswi lain berdasarkan teori jejaring sosial. Berdasarkan data hasil monitoring program Roots tahun 2021, telah terbentuk 43.442 agen perubahan.
“Program Roots tahun 2022 juga telah kita perluas dan telah melahirkan lebih banyak agen perubahan anti perundungan. Tentu harapannya, Roots di tahun-tahun mendatang akan menghasilkan semakin banyak lagi siswa agen perubahan yang dapat turut menyuarakan pesan anti-perundungan,” tandas Rusprita.
Baca juga: Pendidikan Vokasi Tak Banyak Diminati Orang Tua Siswa, Ini Penyebabnya
Program Roots ini dilakukan Kemendikbudristek bekerja sama dengan United Nations Children’s Fund (UNICEF) serta berkolaborasi dengan Direktorat SMP, SMA, SMK, dan dinas pendidikan yang telah dilaksanakan rutin dalam dua tahun terakhir.
Sejak 2021, program ini telah melakukan pendampingan kepada 7.369 sekolah jenjang Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan di 489 kabupaten/ kota di 34 provinsi di Indonesia.
Program Roots juga telah melatih 4.517 fasilitator guru anti-perundungan di jenjang SMP, dan 9.273 guru pada jenjang SMA dan juga SMK.
Baca juga: Kemendikbudristek Dorong Percepatan Penyaluran Dana BOSP 2023
Kepala Pusat Pendidikan Karakter (Puspeka) Kemendikbudristek, Rusprita Putri Utami menjelaskan, program Roots Anti-Perundungan Kemendikbudristek bertujuan untuk memberdayakan peran siswa di sekolah sebagai agen perubahan untuk menyebarluaskan pesan dan perilaku baik di lingkungan sekolah, khususnya kepada teman sebaya.
“Melalui program Roots, Kemendikbudristek terus mendorong lahirnya siswa agen perubahan. Harapannya setelah mendapatkan materi dari modul pembelajaran saat Roots, mereka akan mampu menjadi penggerak upaya-upaya pencegahan terjadinya perundungan atau kekerasan di sekolah,” katanya, melalui siaran pers, Jumat (24/2/2023).
Siswa agen perubahan adalah 30 siswa paling berpengaruh di sekolahnya yang dipilih oleh siswa-siswi lain berdasarkan teori jejaring sosial. Berdasarkan data hasil monitoring program Roots tahun 2021, telah terbentuk 43.442 agen perubahan.
“Program Roots tahun 2022 juga telah kita perluas dan telah melahirkan lebih banyak agen perubahan anti perundungan. Tentu harapannya, Roots di tahun-tahun mendatang akan menghasilkan semakin banyak lagi siswa agen perubahan yang dapat turut menyuarakan pesan anti-perundungan,” tandas Rusprita.
Baca juga: Pendidikan Vokasi Tak Banyak Diminati Orang Tua Siswa, Ini Penyebabnya
Lihat Juga :
tulis komentar anda