Cerita Dokter Dhani, Survivor Kanker Penerima Beasiswa LPDP ke Jerman
Jum'at, 20 Oktober 2023 - 10:09 WIB
“Karena kalau misalkan diamputasi, mungkin aktivitas akan terbatas. Tapi saya yakin menyelamatkan satu nyawa ya, ini (kaki) nanti akan bisa digantikan dibandingkan harus mempertahankan satu kaki dan belum tentu terselamatkan juga,” katanya, dikutip dari laman LPDP, Jumat (20/10/2023).
Akhirnya pada 2008, Dhani harus berpisah dengan kaki kanannya. Mulai paha bagian atas hingga ujung kaki harus dikorbankan untuk menghentikan ganasnya sel jahat itu. Kemoterapi dilakukan setelahnya untuk memastikan sel kanker benar-benar hilang dari tubuh Dhani.
Pasca amputasi Dhani pun kemana-mana harus berkursi roda. Orang tuanya setia menemani masa-masa pertama Dhani yang sulit itu. Berangsur saat tubuh mulai bugar dan berisi kembali, dia mulai belajar berjalan menggunakan tongkat kaki.
Baginya, saat berusia 14 tahun itu adalah ujian besar baik fisik dan psikis karena terpaksa mengarungi masa-masa remaja dengan menjadi penyandang disabilitas.
Baca juga: Kisah Arip Muttaqien, Alumni Generasi Pertama Beasiswa LPDP Kini Berkarier di Sekretariat ASEAN
"Umur (baru) 14 tahun, minder pasti ada. Secara pribadi awalnya masih belum siap, tapi hidup harus terus berjalan dan ini adalah ujian yang akan membuat saya lebih kuat", kata anak pertama dari empat bersaudara ini.
Saat proses amputasi dan penyembuhan di tahun 2008 itu, dia harus melewatkan Ujian Nasional tingkat SMP. Namun tak kenal menyerah, Dhani pun mengulang kelas 9 agar bisa mengikuti ujian dengan baik.
Hari-hari dengan hidup barunya terus berjalan dengan luar biasa. Prestasi akademiknya muncul saat nilainya di SMA menjadi yang tertinggi dan berhak mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur undangan. Sayangnya saat mengambil jurusan kedokteran umum di jalur undangan tersebut, ia belum berhasil.
Akhirnya pada 2008, Dhani harus berpisah dengan kaki kanannya. Mulai paha bagian atas hingga ujung kaki harus dikorbankan untuk menghentikan ganasnya sel jahat itu. Kemoterapi dilakukan setelahnya untuk memastikan sel kanker benar-benar hilang dari tubuh Dhani.
Masa Remaja, Beradaptasi dengan Satu Kaki
Pasca amputasi Dhani pun kemana-mana harus berkursi roda. Orang tuanya setia menemani masa-masa pertama Dhani yang sulit itu. Berangsur saat tubuh mulai bugar dan berisi kembali, dia mulai belajar berjalan menggunakan tongkat kaki.
Baginya, saat berusia 14 tahun itu adalah ujian besar baik fisik dan psikis karena terpaksa mengarungi masa-masa remaja dengan menjadi penyandang disabilitas.
Baca juga: Kisah Arip Muttaqien, Alumni Generasi Pertama Beasiswa LPDP Kini Berkarier di Sekretariat ASEAN
"Umur (baru) 14 tahun, minder pasti ada. Secara pribadi awalnya masih belum siap, tapi hidup harus terus berjalan dan ini adalah ujian yang akan membuat saya lebih kuat", kata anak pertama dari empat bersaudara ini.
Saat proses amputasi dan penyembuhan di tahun 2008 itu, dia harus melewatkan Ujian Nasional tingkat SMP. Namun tak kenal menyerah, Dhani pun mengulang kelas 9 agar bisa mengikuti ujian dengan baik.
Masuk Unpad Jurusan Dokter Gigi
Hari-hari dengan hidup barunya terus berjalan dengan luar biasa. Prestasi akademiknya muncul saat nilainya di SMA menjadi yang tertinggi dan berhak mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur undangan. Sayangnya saat mengambil jurusan kedokteran umum di jalur undangan tersebut, ia belum berhasil.
Lihat Juga :
tulis komentar anda