Diapresiasi, Puisi Esai Masuk Kamus Besar Bahasa Indonsia
Sabtu, 02 Mei 2020 - 22:09 WIB
Puisi esai menjadi gerakan karena kalangan penulis berniat membawa puisi kembali tengah gelanggang. "Bahasa puisi esai sederhana. Isi yang dikandung umumnya soal isi yang sedang bergetar di publik luas," katanya.
Sejak terbitnya buku Atas Nama Cinta 2012, kata Denny, gerakan puisi esai meluas. Di tahun 2017, misalnya, 178 penulis dari 34 provinsi di seluruh Indonesia menuliskan local wisdom 34 provinsi dalam 34 buku puisi esai.
"Aneka kisah sebenarnya yang penting di provinsi itu direkam dalam puisi esai. Dengan membaca 34 buku puisi esai dari 34 provinsi, kita menyelami kekayaan budaya Indonesia, dari Aceh hingga Papua," urainya.
Di tahun 2018, puisi esai juga meluas ke Asia Tenggara. Komunitas puisi esai menyeleggarakan lomba menulis puisi esai se-Asia Tenggara tentang isu sosial di negara masing-masing.
"Kisah soal hubungan Indonesia dan Malaysia sebagai misal, soal 'Ganyang Malaysia' era Soekarno terekam di sana. Juga soal isu perebutan property right Indonesia soal batik, lagu, dan lain lain, muncul dalam puisi esai," tuturnya.
Di tahun 2020, ketika Covid-19 menyerang, 60 penulis puisi esai dari lima pulau besar Indonesia, ditambah negara Asia Tenggara dan Australia menulis jeritan batin masyarakat dalam bentuk puisi esai mini.
"Ada kisah relawan Covid-19 yang berbakti. Ia malah tertular dan mati. Ada kisah pedagang keliling yang kelaparan. Ia pun tak peduli pembatasan sosial dan tetap berdagang," tuturnya.( )
Denny menambahkan, puisi esai menjadi hidup karena dengan bahasa yang mudah, merekam isu yang memang sentral dalam kehidupan sehari-hari. Panitia di KBBI merekam dinamika puisi esai itu.
Menurut Denny JA, selaku penggagas, puisi esai kini bukan saja menjadi kata baru dalam kamus. Puisi esai pun diakui sebagai ragam sastra baru.
"Ragam sastra pun kini bertambah. Dulu hanya ada puisi, prosa, drama, prosa liris. Kini ditambah satu lagi, puisi esai. Kini puisi esai berevolusi ke tahap lebih tinggi: Film Puisi Esai. Sedang disusun 34 skenario film yang keseluruhannya berdasarkan puisi esai," tuturnya.
Sejak terbitnya buku Atas Nama Cinta 2012, kata Denny, gerakan puisi esai meluas. Di tahun 2017, misalnya, 178 penulis dari 34 provinsi di seluruh Indonesia menuliskan local wisdom 34 provinsi dalam 34 buku puisi esai.
"Aneka kisah sebenarnya yang penting di provinsi itu direkam dalam puisi esai. Dengan membaca 34 buku puisi esai dari 34 provinsi, kita menyelami kekayaan budaya Indonesia, dari Aceh hingga Papua," urainya.
Di tahun 2018, puisi esai juga meluas ke Asia Tenggara. Komunitas puisi esai menyeleggarakan lomba menulis puisi esai se-Asia Tenggara tentang isu sosial di negara masing-masing.
"Kisah soal hubungan Indonesia dan Malaysia sebagai misal, soal 'Ganyang Malaysia' era Soekarno terekam di sana. Juga soal isu perebutan property right Indonesia soal batik, lagu, dan lain lain, muncul dalam puisi esai," tuturnya.
Di tahun 2020, ketika Covid-19 menyerang, 60 penulis puisi esai dari lima pulau besar Indonesia, ditambah negara Asia Tenggara dan Australia menulis jeritan batin masyarakat dalam bentuk puisi esai mini.
"Ada kisah relawan Covid-19 yang berbakti. Ia malah tertular dan mati. Ada kisah pedagang keliling yang kelaparan. Ia pun tak peduli pembatasan sosial dan tetap berdagang," tuturnya.( )
Denny menambahkan, puisi esai menjadi hidup karena dengan bahasa yang mudah, merekam isu yang memang sentral dalam kehidupan sehari-hari. Panitia di KBBI merekam dinamika puisi esai itu.
Menurut Denny JA, selaku penggagas, puisi esai kini bukan saja menjadi kata baru dalam kamus. Puisi esai pun diakui sebagai ragam sastra baru.
"Ragam sastra pun kini bertambah. Dulu hanya ada puisi, prosa, drama, prosa liris. Kini ditambah satu lagi, puisi esai. Kini puisi esai berevolusi ke tahap lebih tinggi: Film Puisi Esai. Sedang disusun 34 skenario film yang keseluruhannya berdasarkan puisi esai," tuturnya.
tulis komentar anda