Teliti Kiprah dan Pemikiran Gus Dur, Mahasiswa UIN Jakarta Raih Beasiswa

Senin, 03 Mei 2021 - 07:34 WIB
“Ada tasawufnya Gusdur, ini menarik dan bikin penasaran seperti apa elaborasi dimensi tasawufnya. Lalu, humor Gus Dur dilihat dari semiotika. Ini humor, tapi diteliti serius. Lalu hal baru, melihatnya dari ilmu kepustakaan,” ungkapnya.



Menanggapi pemberian beasiswa ini, Rektor UIN Jakarta Prof. Dr. Hj. Amany Lubis mengapresiasi FAH dan Wahid Foundation yang telah bekerjasama memberikan beasiswa. Ia berharap beasiswa ini bisa makin memacu mahasiswa melakukan riset lebih serius.

Gusdur Sosok Fenomenal

Pemberian beasiswa sendiri dilakukan berbarengan dengan kuliah umum yang disampaikan Profesor George Quinn dari Australian National University. Pakar bahasa dan sastra Jawa asal Australia sekaligus penulis buku Bandit Saints of Java ini menuturkan Gus Dur merupakan sosok luar biasa dalam kehidupan masyarakat Muslim Jawa dan Indonesia.

Selain pernah memimpin salah satu organisasi Islam terbesar Nahdlatul Ulama dan Presiden RI 1999-2001, Gus Dur juga dinilai banyak kalangan Muslim tanah air sebagai sosok dengan banyak keistimewaan dan keunikan. Selain karya yang merangkum pemikirannya, berbagai karya lain juga banyak mengeksplorasi keistimewaan dan keunikan sosoknya.

Ia mencontohkan bagaimana dengan keunikannya, Gus Dur diasosiakan sebagai sosok Nabi Khidr di masa modern. Pemikiran dan aksi politiknya yang sulit diramalkan makin memperkuat pengasosiasian dirinya dengan Nabi Khidr yang digambarkan literatur Islam memiliki sikap dan perbuatan yang sulit ditebak.

Lebih dari itu, keunikannya juga diyakini menegaskan kepandaiannya, termasuk kepandaian berpolitik. “Bahkan menurut Profesor Greg Feally, keberhasilannya menjadi Presiden RI membuktikan dirinya pandai berpolitik dengan berbagai siasat dan akrobat politik yang tak bisa diramalkan, seperti halnya Nabi Khidr,” tambahnya.

Sementara itu, Rektor Amany menambahkan, Gus Dur merupakan sosok fenomenal dengan kiprah dan pemikirannya. Salahsatu yang diingatnya adalah saat Gus Dur meminta Profesor Nabilah Lubis, ibunya, menyampaikan ceramah dalam kegiatan Nuzulul Quran di Mesjid Istiqlal.

Hal itu, sambungnya, mengubah kebiasaan pada masa-masa sebelumnya dimana penceramah biasanya merupakan ulama laki-laki. “Sampai sekarang belum terulang lagi Nuzulul Quran dengan penceramah perempuan,” terangnya.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More