Rapor Langganan Merah dan IPK 2,6 di ITB, Kini Bisa Jadi Dosen di Nottingham Inggris
Senin, 13 September 2021 - 06:09 WIB
"Jadi bukan saya yang merencanakan untuk menjadi akademisi seperti sekarang, mengingat saya bukan tipikal orang yang dari awal bakal terlihat jadi akademisi karena waktu SMA rapot saya banyak merah, waktu kuliah di ITB pun telat lulusnya dengan IPK yang tak sampai 2,7," kata Bagus Putra, Minggu (12/8/2021).
Ketika menjadi mahasiswa di ITB, Bagus juga bercerita jika dirinya terbentur berbagai problem untuk dapat meraih impian di dunia kerja. Terlebih saat itu dirinya merasa persaingan semakin ketat, dengan minimnya nilai akademik yang ia peroleh.
Saat itu ia juga tersadar, kondisi ekonomi yang pas-pas-an dari keluarganya sehingga ia justru memutuskan untuk melamar di berbagai kampus luar negeri untuk menggali potensi diri agar tidak tertinggal.
Dari beragam kampus yang ia lamar, salah seorang profesor di National Taiwan University menanggapi lamaran program S2 Bagus dengan baik untuk meraih gelar S2 dan S3 dengan jurusan Mekanika Terapan.
"Iya memang saat saya mendapat nilai yang jelek itu justru memaksa diri untuk pergi ke luar negeri. Dan waktu itu saya juga bukan dari keluarga dengan ekonomi berlebih saya punya tekanan untuk mendapat pekerjaan bagus dan kompetensi lebih. Dan saat itu saya memilih untuk mendalami Sains dengan melamar program S2 ke luar negeri sampai akhirnya ditanggapi professor di National Taiwan University," terang Bagus.
Bagus mengakui, rendahnya IPK membuatnya cukup kesulitan untuk mendapatkan beasiswa yang bagi sejumlah mahasiswa master dan doktoral bisa digunakan untuk kebutuhan hidupnya.
Perjuangannya pun terus berlanjut untuk bertahan hidup di negeri orang setelah menjadi mahasiswa master Fisika Terapan di Taiwan. Bahkan ia rela menjadi sales pompa air untuk membantu menambah biaya hidup di sana, lewat relasi yang ia bangun.
"Karena saya bukan dari kalangan mahasiswa yang cemerlang dan saya harus menghidupi diri sendiri sehingga saat kuliah di Taiwan saya sambil jadi sales pompa begitu,"ungkap Bagus.
Dirinya berpesan kepada mahasiswa yang memiliki mimpi untuk kuliah ke luar negeri agar bisa mengembangkan kompetensinya dengan berani keluar dari zona nyaman.
Salah satu yang dicontohkan Bagus adalah, bagaimana para mahasiswa atau calon mahasiswa yang ingin berkuliah ke luar negeri agar bisa mengubah mindset bahwa ilmu harus didapatkan dengan satu jurusan.
Ketika menjadi mahasiswa di ITB, Bagus juga bercerita jika dirinya terbentur berbagai problem untuk dapat meraih impian di dunia kerja. Terlebih saat itu dirinya merasa persaingan semakin ketat, dengan minimnya nilai akademik yang ia peroleh.
Saat itu ia juga tersadar, kondisi ekonomi yang pas-pas-an dari keluarganya sehingga ia justru memutuskan untuk melamar di berbagai kampus luar negeri untuk menggali potensi diri agar tidak tertinggal.
Dari beragam kampus yang ia lamar, salah seorang profesor di National Taiwan University menanggapi lamaran program S2 Bagus dengan baik untuk meraih gelar S2 dan S3 dengan jurusan Mekanika Terapan.
"Iya memang saat saya mendapat nilai yang jelek itu justru memaksa diri untuk pergi ke luar negeri. Dan waktu itu saya juga bukan dari keluarga dengan ekonomi berlebih saya punya tekanan untuk mendapat pekerjaan bagus dan kompetensi lebih. Dan saat itu saya memilih untuk mendalami Sains dengan melamar program S2 ke luar negeri sampai akhirnya ditanggapi professor di National Taiwan University," terang Bagus.
Bagus mengakui, rendahnya IPK membuatnya cukup kesulitan untuk mendapatkan beasiswa yang bagi sejumlah mahasiswa master dan doktoral bisa digunakan untuk kebutuhan hidupnya.
Perjuangannya pun terus berlanjut untuk bertahan hidup di negeri orang setelah menjadi mahasiswa master Fisika Terapan di Taiwan. Bahkan ia rela menjadi sales pompa air untuk membantu menambah biaya hidup di sana, lewat relasi yang ia bangun.
"Karena saya bukan dari kalangan mahasiswa yang cemerlang dan saya harus menghidupi diri sendiri sehingga saat kuliah di Taiwan saya sambil jadi sales pompa begitu,"ungkap Bagus.
Dirinya berpesan kepada mahasiswa yang memiliki mimpi untuk kuliah ke luar negeri agar bisa mengembangkan kompetensinya dengan berani keluar dari zona nyaman.
Salah satu yang dicontohkan Bagus adalah, bagaimana para mahasiswa atau calon mahasiswa yang ingin berkuliah ke luar negeri agar bisa mengubah mindset bahwa ilmu harus didapatkan dengan satu jurusan.
tulis komentar anda