Mahasiswa FTUI Raih Top Three Winners di Ajang Pertamuda Seed and Scale 2021

Kamis, 07 Oktober 2021 - 19:36 WIB
Teknologi ini merupakan pengembangan dari teknologi plasma yang tidak menghasilkan residu dan mengonsumsi energi 2,5 kali lebih rendah dibandingkan dengan Proses Haber-Bosch (proses konvensional).

Dengan penggunaan daya energi yang lebih rendah, maka alat Tekpang dapat menghasilkan biaya produksi pupuk yang lebih murah. Dengan ukuran yang tidak terlalu besar dan teknologi yang terbilang sederhana, mesin Tekpang dapat dengan mudah didistribusikan ke petani-petani kecil di desa.

“Kami berharap dengan adanya teknologi ini, para petani di daerah dapat memproduksi sendiri pupuk, sehingga biaya produksi pupuk menjadi lebih rendah, dan ide bisnis ini dapat mempunyai efek domino untuk memecahkan masalah-masalah sosial lainnya seperti kemiskinan,” ujar Muhammad.

“Ide Tekpang berangkat dari kepedulian kami akan semakin berkurangnya penggunaan pupuk organik di kalangan petani yang kini justru beralih menggunakan pupuk kimia, ditambah dengan kelangkaan pasokan bahan baku pupuk akibat pandemi Covid-19 yang berimbas pada kenaikan harga produk pertanian. Hal ini akan memicu terjadinya inflasi ekonomi ke depannya dan menurunnya minat masyarakat untuk berinovasi dan berproduksi pada sektor pertanian. Hal ini tentu akan berakibat buruk pada ketahanan pangan nasional Indonesia,” kata Luqman.

Strategi penjualan yang diusulkan, lanjut dia, yaitu melalui sistem langsung dan tidak langsung. Penjualan dengan metode tidak langsung dilakukan melalui laman, marketplace, dan media sosial. Metode langsung dilakukan dengan direct selling ke konsumen, seperti ke pemerintah daerah, serta pengusaha agrobisnis dan hidroponik.

"Tantangan terbesar kami adalah bagaimana bisa membuat sebuah inovasi teknologi menjadi sebuah bisnis yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga bermanfaat bagi sosial. Untuk bisa menaklukan tantangan tersebut adalah melakukan pengembangan dan evaluasi baik dari segi teknologi maupun target pasar sehingga tujuan penggunaan alat tepat sasaran,” kata Savira.

Prof. Dr. Ir. Nelson Saksono, M.T., pakar FTUI di bidang intensifikasi proses, mengatakan, alat pembuatan pupuk cair nitrat dari udara ini dikembangkan dari hasil penelitian bersama mahasiswa selama dua tahun terakhir. Akhirnya mendapatkan prototipe alat yang tidak saja efektif cara kerjanya, biaya pembuatan dan operasionalnya juga murah dan ramah lingkungan.

"Hasil uji produk yang unggul serta melihat peluang inovasi bisnis yang menjanjikan menjadi modal tim Tekpang FTUI dalam kompetisi ini. Semoga dengan prestasi yang sangat membanggakan ini, akan terbuka peluang komersialisasi alat ini untuk mendukung program ketahanan pangan nasional.” pungkasnya.
(mpw)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More