Aplikasi Bacara, Inovasi Mahasiswa untuk Bantu Komunikasi Teman Tuli dan Teman Bisu
Senin, 18 Oktober 2021 - 19:14 WIB
Dengan Bacara masyarakat bisa mengarahkan kamera ke teman tuli atau teman bisu yang menggunakan bahasa isyarat. Melalui program yang berbasis machine learning, artificial intelligence dan cloud computing maka Bacara akan menghasilkan text translasi dan juga suara sebagai output/hasil translasi bahasa isyarat.
Dia menjelaskan, tim mahasiswa pengembang Bacara sebelumnya adalah peserta program Bangkit 2021 yang diinisasi Google untuk melatih mahasiswa di bidang pembelajaran machine learning, cloud computing dan android mobile development.
Inovasi tim mahasiswa, terangnya, ini telah mendapatkan suntikan dana senilai Rp70 juta dari dunia usaha serta Rp46 juta dari platform Kedaireka yang merupakan program matching fund Kemendikbudrsistek sehingga dia berharap inovasi ini bisa dihilirisasi menjadi produk yang berguna di masyarakat.
Tim menargetkan sekitar November dan Desember aplikasi ini bisa diuji coba untuk melihat tanggapan masyarakat secara langsung. Masukan dari pengguna ini pun bisa menjadi bahan evaluasi sehingga bisa memperbaiki apa yang salah dan memenuhi apa kebutuhan pengguna secara komprehensif.
Dia menjelaskan, untuk proses pengetesan ini ditargetkan sekitar 20 pengguna aktif aplikasi dari teman tuli dan teman bisu, instansi pendidikan SLB 10 pengguna, komunitas 10 pengguna, juga ke kursus bahasa isyarat, pemerintah dan juga 60 pengguna dari masyarakat umum.
"Jadi kenapa masyarakat umum ini banyak karena kami ingin memperkecil jarak komunikasi antara teman dengar dengan teman tuli dan teman bisu," katanya.
Ujicoba ini penting sehingga ketika aplikasi ini resmi diluncurkan maka Bacara bisa lebih mudah digunakan dan lebih memenuhi kebutuhan masyarakat pula.
Dia menjelaskan, timnya juga mendapat mentoring secara langsung dari 2 ahli dari Google. Dimana mereka diajarkan bagaimana praktik baik di Industri untuk diterapkan di kampus dan mentoring secara khusus untuk pengembangan Bacara ini.
Maclaurin menyatakan, bagi mahasiswa pengembangan Bacara ini merupakan salah satu implementasi program Kampus Merdeka agar lebih mahasiswa bisa merasakan pengalaman bekerja di luar kampus dan siap bekerja di dunia industri nantinya.
"Mereka mengumpulkan data, membuat aplikasi dan ujungnya kami harap bisa mendapatkan hak kekayaan intelektual," harapnya.
Dia menjelaskan, tim mahasiswa pengembang Bacara sebelumnya adalah peserta program Bangkit 2021 yang diinisasi Google untuk melatih mahasiswa di bidang pembelajaran machine learning, cloud computing dan android mobile development.
Inovasi tim mahasiswa, terangnya, ini telah mendapatkan suntikan dana senilai Rp70 juta dari dunia usaha serta Rp46 juta dari platform Kedaireka yang merupakan program matching fund Kemendikbudrsistek sehingga dia berharap inovasi ini bisa dihilirisasi menjadi produk yang berguna di masyarakat.
Tim menargetkan sekitar November dan Desember aplikasi ini bisa diuji coba untuk melihat tanggapan masyarakat secara langsung. Masukan dari pengguna ini pun bisa menjadi bahan evaluasi sehingga bisa memperbaiki apa yang salah dan memenuhi apa kebutuhan pengguna secara komprehensif.
Dia menjelaskan, untuk proses pengetesan ini ditargetkan sekitar 20 pengguna aktif aplikasi dari teman tuli dan teman bisu, instansi pendidikan SLB 10 pengguna, komunitas 10 pengguna, juga ke kursus bahasa isyarat, pemerintah dan juga 60 pengguna dari masyarakat umum.
"Jadi kenapa masyarakat umum ini banyak karena kami ingin memperkecil jarak komunikasi antara teman dengar dengan teman tuli dan teman bisu," katanya.
Ujicoba ini penting sehingga ketika aplikasi ini resmi diluncurkan maka Bacara bisa lebih mudah digunakan dan lebih memenuhi kebutuhan masyarakat pula.
Dia menjelaskan, timnya juga mendapat mentoring secara langsung dari 2 ahli dari Google. Dimana mereka diajarkan bagaimana praktik baik di Industri untuk diterapkan di kampus dan mentoring secara khusus untuk pengembangan Bacara ini.
Maclaurin menyatakan, bagi mahasiswa pengembangan Bacara ini merupakan salah satu implementasi program Kampus Merdeka agar lebih mahasiswa bisa merasakan pengalaman bekerja di luar kampus dan siap bekerja di dunia industri nantinya.
"Mereka mengumpulkan data, membuat aplikasi dan ujungnya kami harap bisa mendapatkan hak kekayaan intelektual," harapnya.
tulis komentar anda