Bagaimana Cara Terbaik untuk Memimpin Generasi Z?

Jum'at, 11 Februari 2022 - 00:01 WIB
2. Bertanya dan Mendengarkan

Pemimpin yang baik dan bijak akan menanyakan bagaimana tim bisa melakukan pekerjaan dengan lebih baik, kemudian mendengarkan aspirasi anggota tim. Meskipun kedengarannya cukup sederhana. Tetapi efek dari pendekatan ini bisa sangat kuat.

Orang yang ditanya dan kemudian didengarkan akan merasa lebih dihargai. Ketika orang merasa lebih dihargai, maka kepercayaan dirinya meningkat dan bisa lebih lancar dalam menyampaikan ide-ide. Bukankah pemimpin juga membutuhkan ide-ide yang bisa membuat perusahaan lebih kompetitif.

3. Menjadi Pemimpin Rendah Hati

Kualitas para pemimpin hebat yang kita kenal selama ini sering dikaitkan dengan sifat visioner, berani, dan karismatik. Tapi ternyata ada fakta di lapangan yang menunjukkan hal lain, seperti yang ditulis oleh Dan Cable dalam artikel How Humble Leadership Really Works.

Begitu juga dalam sebuah survei terhadap 105 perusahaan perangkat lunak dan perangkat keras komputer yang diterbitkan dalam Journal of Management mengungkapkan bahwa kerendahan hati para CEO menghasilkan kinerja tim kepemimpinan yang lebih tinggi, peningkatan kolaborasi dan kerja sama, serta fleksibilitas dalam mengembangkan strategi.

Humble Leadership sebagai Gaya Kepemimpinan yang Baru

Humble leadership memang menjadi tren kepemimpinan di era saat ini. Mengapa kerendahan hati menjadi kualitas yang begitu penting? Para pemimpin yang rendah hati memahami bahwa mereka bukanlah orang yang paling hebat. Pemimpin yang hebat akan mendorong orang lain untuk berbicara dan menghormati perbedaan pendapat.

Apakah Anda familiar dengan momen seperti ini? Seorang manajer mengadakan tanya jawab kinerja mingguan, setelah itu memeriksa daftar masalah, keluhan, dan kesalahan. Posisinya berdiri di depan staf dengan clipboard dan pena, yang secara otomatis akan mengintimidasi. Meskipun niatnya untuk bisa tampil lebih tegas, tapi ternyata hal seperti ini tidak menginspirasi perubahan.

Jenis kepemimpinan top-down seperti itu bisa dikatakan sudah ketinggalan zaman, dan, yang lebih penting, justru kontraproduktif. Memang tidak ada yang keliru dengan sikap fokus pada pengendalian dan tujuan akhir.

Tapi, pemimpin yang berdampak adalah yang memperhatikan peningkatan kapasitas orang-orangnya, khususnya adalah generasi Z yang masih muda. Kuncinya adalah membantu orang merasa memiliki tujuan dan termotivasi sehingga mereka dapat membawa diri mereka yang terbaik untuk bekerja.

Tantangan yang terjadi tentang manajemen SDM akan selalu muncul seiring dengan perkembangan dunia kerja dan peradaban manusia secara umum. Bagaimana dengan keadaan di tempat Anda sekarang?

Penulis Artikel:

Team Universitas Bakrie
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More