Rachmad Gobel: Selain di Bidang Pendidikan, Santri Bisa Berkontribusi di Industri

Selasa, 30 Agustus 2022 - 12:53 WIB
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, M.A., mengatakan bahwa sarung merupakan simbol perlawanan kepada para penjajah karena keberadaannya telah ada sejak zaman penjajahan.

Sarung memiliki simbol kesederhanaan. Kesederhanaan ini terwujud dalam cara seseorang berpikir, bersikap bergaul, berbicara, berpolitik, dan berekonomi. Tidak hanya itu, Prof. Said juga mengatakan sarung dapat menjadi jembatan untuk memperkokoh tali persaudaraan serta menjadi salah satu bentuk budaya yang menjadi identitas Indonesia di kancah internasional.

Selain pertunjukan monolog, acara ini juga dimeriahkan dengan penampilan “Tawashow”, santri berpuisi, dan santri bercerita yang diiringi musik dan lagu dari kelompok musik santri, Ki Ageng Ganjur.

Lebih dari 400 peserta yang berasal dari santri, mahasiswa, dan kalangan umum hadir dalam acara yang berlangsung selama 4 jam tersebut. Kegiatan ini juga disiarkan melalui kanal Youtube Makara Art Center UI.

Dr. Rachmad Gobel mengapresiasi penuh kegiatan ini, dan mencontohkan bahwa sarung yang merupakan ciri khas santri, jika dikelola dengan baik akan menjadi komoditas yang tidak hanya diminati di pasar domestik, tetapi juga pasar global.

“Ibarat sapu lidi, jika disatukan akan menjadi kekuatan yang besar. Tentu hal ini juga dapat diterapkan dalam industri sarung. Jika setiap pesantren memiliki koperasi yang mengelola produksi sarung, apabila koperasi-koperasi tersebut disatukan, tentu akan berdampak besar pada ekonomi Indonesia,” kata Dr. Rachmad.

Kontribusi para santri diperlukan bagi kemajuan Indonesia. Menurut perwakilan dari Jejaring Duniasantri, Halim Pohan, kegiatan yang diselenggarakan oleh UI pada hari ini merupakan langkah awal sebagai pintu pembuka untuk melakukan gerakan bersama para santri.

Ada tiga gerakan yang dilakukan para santri demi meningkatkan kualitas diri, yaitu pengembangan literasi; pengembangan keahlian (hard/soft skill) untuk bersaing di dunia industri; dan pengembangan kemandirian ekonomi santri yang salah satunya melalui perluasan komoditas sarung.

“Jejaring Duniasantri yang baru berdiri tiga tahun lalu, tepatnya 17 Agustus 2019, akan terus berupaya menjaga, merawat, dan menggerakkan dunia santri,” kata Halim dalam sambutannya.
(mpw)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More