Membanggakan, 2 Murid SMP Cikal Amri Setu Borong 13 Medali di WSC Yale University
Jum'at, 02 Desember 2022 - 08:00 WIB
Baca juga: Siswa Madrasah Borong 9 Medali di Ajang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia 2022
Sebagai Kepala Sekolah SMP-SMA Cikal Amri Setu, Izza Dinillah, M,Ed mengucapkan apresiasi tertingginya kepada Btari dan Audrey atas pencapaian 13 medali yang diraih. Bagi Izza, semuanya bermula dari kekuatan motivasi dalam diri yang merefleksikan kompetensi 5 Bintang Cikal dalam diri murid.
“Selamat untuk Btari dan Audrey yang telah berhasil meraih prestasi membanggakan untuk Cikal dan juga Indonesia. Semuanya banyak dipengaruhi oleh motivasi anak-anak karena keikutsertaan dalam kompetisi pelajar dunia ini merupakan inisiatif dari anak-anak, maka otomatis mereka berkomitmen untuk berusaha meraih tujuan terbaik. Bagi kami, sebagai pendidik dan sekolah, ini adalah hal yang paling berpengaruh terhadap prestasi yang mereka raih.” ucap Izza dengan penuh bangga.
Perjalanan Aubrey dan Btari melangkah sampai tahap akhir dan meraih medali World Scholar’s Cup Tournament of Champions merupakan sebuah proses yang penuh dengan cerita, Aubrey dan Btari berhasil sampai di titik ini setelah melalui Regional Round di Jakarta, dan Global Round di Vietnam.
Di Tournament of Champions (TOC), Devi Natalia Susanti, Koordinator WSC Cikal Amri Setu, Guru Pendamping dan Fasilitator Audrey dan Btari menyebutkan, secara total terdapat lebih dari 1600 pelajar dari 45 negara dengan bentuk kompetisi yang sama yakni team debate, collaborative writing, challenge, dan scholar's bowl.
“Untuk TOC sendiri total peserta sekitar 1500 - 1600 peserta dari 45 negara, untuk kompetisi masih sama seperti World Scholar's Cup di regional round maupun global round, ada team debate, collaborative writing, challenge, dan scholar's bowl. Selain itu juga ada kegiatan non-akademik seperti scavenger hunt, lalu ada juga culture fair (masing-masing sekolah dari negara-negara dunia yang berpartisipasi membuka booth untuk menunjukkan budaya negara mereka atau kekhasan negara tersebut, dan juga scholar's ball dimana anak-anak bisa bersosialisai dengan akademisi lainnya.” cerita Devi.
Sebagai Kepala Sekolah SMP-SMA Cikal Amri Setu, Izza Dinillah, M,Ed mengucapkan apresiasi tertingginya kepada Btari dan Audrey atas pencapaian 13 medali yang diraih. Bagi Izza, semuanya bermula dari kekuatan motivasi dalam diri yang merefleksikan kompetensi 5 Bintang Cikal dalam diri murid.
“Selamat untuk Btari dan Audrey yang telah berhasil meraih prestasi membanggakan untuk Cikal dan juga Indonesia. Semuanya banyak dipengaruhi oleh motivasi anak-anak karena keikutsertaan dalam kompetisi pelajar dunia ini merupakan inisiatif dari anak-anak, maka otomatis mereka berkomitmen untuk berusaha meraih tujuan terbaik. Bagi kami, sebagai pendidik dan sekolah, ini adalah hal yang paling berpengaruh terhadap prestasi yang mereka raih.” ucap Izza dengan penuh bangga.
Perjalanan Aubrey dan Btari melangkah sampai tahap akhir dan meraih medali World Scholar’s Cup Tournament of Champions merupakan sebuah proses yang penuh dengan cerita, Aubrey dan Btari berhasil sampai di titik ini setelah melalui Regional Round di Jakarta, dan Global Round di Vietnam.
Di Tournament of Champions (TOC), Devi Natalia Susanti, Koordinator WSC Cikal Amri Setu, Guru Pendamping dan Fasilitator Audrey dan Btari menyebutkan, secara total terdapat lebih dari 1600 pelajar dari 45 negara dengan bentuk kompetisi yang sama yakni team debate, collaborative writing, challenge, dan scholar's bowl.
“Untuk TOC sendiri total peserta sekitar 1500 - 1600 peserta dari 45 negara, untuk kompetisi masih sama seperti World Scholar's Cup di regional round maupun global round, ada team debate, collaborative writing, challenge, dan scholar's bowl. Selain itu juga ada kegiatan non-akademik seperti scavenger hunt, lalu ada juga culture fair (masing-masing sekolah dari negara-negara dunia yang berpartisipasi membuka booth untuk menunjukkan budaya negara mereka atau kekhasan negara tersebut, dan juga scholar's ball dimana anak-anak bisa bersosialisai dengan akademisi lainnya.” cerita Devi.
(nnz)
tulis komentar anda