Beri Analisis Situasi Isu Resesi 2023, Mahasiswa UPH Raih Prestasi di PNMHII

Senin, 09 Januari 2023 - 14:58 WIB
Dua mahasiswa UPH berhasil mendapatkan juara 3 dalam kompetisi Paper Presentation (PP) pada agenda rutin tahunan Pertemuan Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia
JAKARTA - September 2022, Bank Dunia (World Bank) mengumumkan adanya risiko resesi global pada 2023 yang dipicu oleh kenaikan suku bunga bank sentral seluruh dunia secara bersamaan sebagai respons terhadap inflasi.

Menyikapi hal ini, mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional (Prodi HI) Universitas Pelita Harapan (UPH) menyusun sebuah karya tulis Ilmiah berjudul 'Balance of Power: Dampak Geopolitik Terhadap Kekelaman Ekonomi 2023'.

Dalam karya tulisnya, Gloria Miracle Melody Imanuel dan Hanna Angel Roring, mahasiswa jurusan HI UPH angkatan 2021, membuat analisis terhadap situasi geopolitik dunia berdasarkan teori Neoliberalisme dan korelasinya terhadap kondisi resesi ekonomi 2023.



Ketertarikan mereka terhadap situasi riil yang terjadi di dunia hubungan internasional ini berbuah manis. Mereka berhasil mendapatkan juara 3 dalam kompetisi Paper Presentation (PP) pada agenda rutin tahunan Pertemuan Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia (PNMHII) pada 14 hingga 18 November di Universitas Udayana, Bali.

“Isu resesi ekonomi 2023 yang banyak diberitakan membuat kebanyakan masyarakat Indonesia mengalami ketakutan. Hal ini yang mendasari kami untuk meneliti lebih lanjut dengan cara menganalisis keterkaitan antara opini para ahli mengenai resesi tahun 2023 dan krisis-krisis sebelumnya (seperti Asian Financial Crisis, The Great Recession dan lainnya) dan menghubungkan dengan kondisi ekonomi saat ini berlandaskan teori Neoliberalisme, Balance of Power atau Keseimbangan Kekuasaan merupakan upaya untuk menyeimbangkan kekuatan dan kekuasaan agar mencegah salah satu negara menjadi paling kuat (dominan) bagi negara lain,” papar Gloria.

Dalam karya tulisan ilmiahnya, inflasi global tahun 2022 diprediksi akan meningkat hingga 8,8% dan 6,5% pada 2023. Berkaitan dengan ini, International Monetary Fund (IMF) melihat tiga peristiwa besar yang menghambat pertumbuhan ekonomi saat ini, yaitu invasi Rusia ke Ukraina, krisis biaya hidup, dan perlambatan ekonomi Tiongkok.

Lebih lanjut, Hanna menjelaskan bahwa mereka berhasil menganalisis dan menyimpulkan bahwa resesi 2023 diprediksikan tidak akan separah resesi yang terjadi sebelumnya. Hal ini diperkuat melalui analisis tentang krisis serupa yang pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya.

“Terdapat pola sederhana yang dapat diamati dari resesi tahun sebelumnya, yaitu adanya hiperinflasi. Faktor lainnya adalah adanya pemberontakan dan ketegangan geopolitik yang berkontribusi pada kondisi saat ini, sehingga masalah bercampur aduk menjadi satu dan sulit untuk dipisahkan. Kesimpulannya, setiap negara pada akhirnya akan menemukan cara mereka sendiri untuk bertahan hidup dengan menyeimbangkan satu sama lain, baik melalui perdagangan ataupun peluang lain (kesehatan, politik, ekonomi),” jelas Hanna.

Gloria dan Hanna mengatakan bahwa pencapaian ini merupakan sebuah pengalaman yang luar biasa dan tidak mungkin tercapai tanpa kerja sama tim dan dukungan dari para dosen dan sesama mahasiswa UPH.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More