Inovasi Keren! Teknologi SPAH SIL UI Mengubah Air Hujan Menjadi Air Layak Minum

Senin, 23 Januari 2023 - 12:36 WIB
loading...
A A A
Tim SIL UI membangun instalasi SPAH di dua kampung nelayan Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, yaitu RW/01 dan RW/15. Kegiatan ini berlangsung selama Oktober–Desember 2021 dan diresmikan pada Rabu (22/12).

Program ini disambut baik oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, meliputi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Lingkungan Hidup, Wali Kota Jakarta Utara, dan SDGs Center Jakarta. Dalam program tersebut, turut terlibat mahasiswa SIL UI yang melaksanakan pengabdian masyarakat (pengmas) berupa edukasi rain water harvesting (RWH) yang didanai UI.

SPAH dipilih sebagai upaya pemenuhan air bersih karena dapat dilakukan dengan mudah menggunakan bahan dan alat yang terjangkau. Alat dan bahan yang digunakan secara komunal meliputi tangki air atau tandon 2000 L, pipa, talang, stop kran, bola plastic, serta dakron atau kertas penyaring.

SPAH juga dapat dilakukan secara individu dalam skala rumah tangga dengan menggunakan alat dan bahan sederhana, seperti galon air minum ataupun ember sebagai wadah penampung air hujan.

Dalam proses memanen air hujan, kebersihan tandon perlu diperhatikan. Jika melewati musim kemarau, harus dilakukan pembuangan air pertama selama 15–20 menit untuk membersihkan saluran pipa dari kotoran di atas atap.

"Jika curah hujan sedikit, pengguna harus membersihkan atap dan mengecek kondisi dakron. Pemeliharaan dan perawatan SPAH ini dilakukan secara berkala bergantung pada musim hujan,” kata Sari.

Sari berharap pemanfaatan SPAH di Cilincing dapat menggantikan kebutuhan warga akan pipa air karena air hujan memiliki banyak manfaat. Selain memenuhi kebutuhan air bersih, pengmas SIL UI juga berupaya menurunkan angka stunting pada warga di pesisir Cilincing.

“Air hujan memiliki manfaat untuk kesehatan bagi masyarakat karena membatu regenerasi sel. Penggunaan air hujan juga mengurangi biaya air berbayar dan penggunaan air tanah. SPAH juga diharapkan memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat nelayan sehingga air bersih yang dikonsumsi dapat menurunkan angka stunting di Kalibaru,” katanya.

Riset yang ditelitinya dibimbing Prof. Ignatius Sutapa selaku Koordinator PRN Stunting BRIN dan Dr. Gunawan Pratama Yoga selaku reviewer PRN BRIN.

Salah satu ancaman serius terhadap pembangunan kesehatan, khususnya pada kualitas generasi mendatang, adalah stunting. Rata-rata angka stunting di Indonesia sebesar 37,2%. Menurut standar WHO (World Health Organization), persentase ini termasuk kategori berat.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2728 seconds (0.1#10.140)