UIII Kenalkan Khazanah Kultural Intelektual Indonesia ke Mahasiswa dan Peneliti Asing
loading...
A
A
A
JAKARTA - Universitas Islam Internasional Indonesia ( UIII ) ingin mengenalkan khazanah kultural intelektual Indonesia kepada dunia. Salah satunya dengan mengundang Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ( PBNU ) KH Yahya Cholil Staquf untuk memberikan kuliah umum di kampusnya.
Rektor UIII Prof Komaruddin Hidayat menyampaikan, UIII ingin menggali dan memperkenalkan khazanah kultural intelektual Indonesia kepada dunia. Terutama melalui para peneliti dan juga mahasiswa asing yang ada di sini.
“Oleh karena itu kami sangat berkepentingan kerja sama dengan berbagai ormas-ormas besar yang ada di Indonesia. Baik itu NU, Muhammadiyah, dan organisasi non muslim seperti KWI, PGI,” katanya.
Baca juga: Stafsus Kemenag Wibowo Prasetyo Ajak UIN Walisongo Ramaikan Dakwah Dunia Maya
Hal ini disampaikan Prof Komaruddin pada Kuliah Umum oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf, di kampus UIII, Depok, Jawa Barat, Senin (31/1/2023).
Dia menyampaikan, Indonesia dikenal sebagai masyarakat muslim yang mempunyai tradisi toleran. NU dan Muhammadiyah, ujarnya, menjadi salah satu pengawal kehidupan beragama yang toleran, inklusif, dan modern tersebut.
“Oleh karena itu, tamu-tamu, dosen-dosen dan juga ormas NU dan Muhammadiyah penting kita undang kesini agar didengar langsung oleh mahasiswa. Tidak dengar dari kami tapi dari tokohnya langsung,” ucapnya.
Prof Komaruddin menyampaikan, salah satu ciri NU adalah kedekatannya dengan local culture. Yaitu yang menghargai tradisi lokal dan bagaimana tradisi lokal itu juga menjadi instrumen dakwahnya. Hal ini pun penting untuk dikenalkan kepada dunia karena Indonesia kaya akan tradisi plural tersebut.
Baca juga: 10 Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri Terbaik Versi Webometrics 2023, Bisa Jadi Referensi
Hal ini, katanya, berbeda situasinya dengan di Timur Tengah yang kebudayaannya tidak sekaya di Tanah Air. Ketika Islam datang, Indonesia sudah kaya peradabannya. Budaya lokal ini diberkahi agama dan memperkaya ekspresi agama. “Jadi kalau disebut Islam Nusantara itu Islam yang berkembang diekspresikan dengan local context,” jelasnya.
Menurutnya, Muhammadiyah juga menjadi satu gerakan Islam kemasyarakatan yang aktif membangun dunia pendidikan dan juga membangun rumah sakit di Indonesia. Gerakan seperti ini yang tidak ditemukan di Timur Tengah.
“Dua ormas ini lahir sebelum Indonesia merdeka. Ini pengalaman baru bagi mahasiswa asing bahwa negara didirikan dilahirkan oleh gerakan sosial dan topik ini menarik sekali bagi mahasiswa asing yg ada di Indonesia,” pungkasnya.
Rektor UIII Prof Komaruddin Hidayat menyampaikan, UIII ingin menggali dan memperkenalkan khazanah kultural intelektual Indonesia kepada dunia. Terutama melalui para peneliti dan juga mahasiswa asing yang ada di sini.
“Oleh karena itu kami sangat berkepentingan kerja sama dengan berbagai ormas-ormas besar yang ada di Indonesia. Baik itu NU, Muhammadiyah, dan organisasi non muslim seperti KWI, PGI,” katanya.
Baca juga: Stafsus Kemenag Wibowo Prasetyo Ajak UIN Walisongo Ramaikan Dakwah Dunia Maya
Hal ini disampaikan Prof Komaruddin pada Kuliah Umum oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf, di kampus UIII, Depok, Jawa Barat, Senin (31/1/2023).
Dia menyampaikan, Indonesia dikenal sebagai masyarakat muslim yang mempunyai tradisi toleran. NU dan Muhammadiyah, ujarnya, menjadi salah satu pengawal kehidupan beragama yang toleran, inklusif, dan modern tersebut.
“Oleh karena itu, tamu-tamu, dosen-dosen dan juga ormas NU dan Muhammadiyah penting kita undang kesini agar didengar langsung oleh mahasiswa. Tidak dengar dari kami tapi dari tokohnya langsung,” ucapnya.
Prof Komaruddin menyampaikan, salah satu ciri NU adalah kedekatannya dengan local culture. Yaitu yang menghargai tradisi lokal dan bagaimana tradisi lokal itu juga menjadi instrumen dakwahnya. Hal ini pun penting untuk dikenalkan kepada dunia karena Indonesia kaya akan tradisi plural tersebut.
Baca juga: 10 Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri Terbaik Versi Webometrics 2023, Bisa Jadi Referensi
Hal ini, katanya, berbeda situasinya dengan di Timur Tengah yang kebudayaannya tidak sekaya di Tanah Air. Ketika Islam datang, Indonesia sudah kaya peradabannya. Budaya lokal ini diberkahi agama dan memperkaya ekspresi agama. “Jadi kalau disebut Islam Nusantara itu Islam yang berkembang diekspresikan dengan local context,” jelasnya.
Menurutnya, Muhammadiyah juga menjadi satu gerakan Islam kemasyarakatan yang aktif membangun dunia pendidikan dan juga membangun rumah sakit di Indonesia. Gerakan seperti ini yang tidak ditemukan di Timur Tengah.
“Dua ormas ini lahir sebelum Indonesia merdeka. Ini pengalaman baru bagi mahasiswa asing bahwa negara didirikan dilahirkan oleh gerakan sosial dan topik ini menarik sekali bagi mahasiswa asing yg ada di Indonesia,” pungkasnya.
(nnz)