Kurikulum Pandemi Kapan?

Jum'at, 17 Juli 2020 - 06:03 WIB
loading...
Kurikulum Pandemi Kapan?
Foto/Koran SINDO
A A A
JAKARTA - Amalia tampak bersungut-sungut. Raut lelah dan bingung begitu kentara di wajah ibu empat anak yang tinggal di Ciputat, Kota Tangerang Selatan ini. Empat hari di rumah mendampingi tiga putrinya sekolah online, pikiran dan tenaganya seolah terkuras habis.

Kepusingan Amalia bertambah karena masing-masing anaknya menjalani pola pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang berbeda. Anak sulung yang kini di kelas IX SMP mengikuti PJJ sejak pukul 07.30 WIB hingga pukul 12.30 WIB.

Selain waktunya lama, PJJ dengan memanfaatkan aplikasi zoom tersebut bersifat massal, yakni dikuti seluruh siswa kelas IX yang mencapai 300-an anak. Lantaran terlalu banyak peserta, anaknya kerap enggan mengikuti secara menyeluruh. “Seringkali zoom tetap dihidupkan, tapi dia tidur di samping laptop,” keluhnya.

Tugas online anak keduanya juga tak kalah membuat dia repot. Sejak Senin (13/7/2020), anaknya yang duduk di kelas 5 SD sudah mendapat dua tugas dari guru untuk membuat video. “Masalahnya video itu mewajibkan orang tua ikut terekam. Lha kan tidak semua orang tua paham dan punya waktu,” ujarnya. (Baca: Kemendikbud Diminta Tinjau Ulang Semua Regulasi yang Bisa Hambat PJJ)

Di saat ponsel dan laptop terpakai dua anaknya, dia juga bingung karena anak ketiganya yang masuk TK juga mulai sekolah PJJ. “Kuota menjadi cepat habis dan ini membuat kita sebagai orang tua semakin terbebani,” katanya.

Kerepotan serupa juga dialami Rarasati, warga Pondok Aren, Tangerang Selatan. Rarasati yang juga memiliki empat anak ini dibuat bingung membagi penggunaan gadget. Beberapa kali mendampingi anaknya PJJ, dia melihat ada beberapa siswa yang sulit meng-update alamat situs pertemuan karena tidak mendapat pendampingan dari orangtua yang harus bekerja.

Tak sedikit pula siswa mengeluhkan apa yang harus dipelajari dalam pertemuan hari itu akibat akses zoom yang terputus-putus lantaran sekolah mengandalkan aplikasi gratis selama 40 menit. Seringkali siswa harus menyimak pertemuan sambungan melalui ruang Instagram (IG) live.

PJJ yang belum dipayungi kurikulum khusus kala pandemi Covid memang menyisakan banyak persoalan. Kebijakan-kebijakan yang selama ini diberlakukan justru menyebabkan masalah sosial yang lain. Di Surabaya, LT (11) siswi kelas 5 SD dua hari lalu nekat kabur dari rumahnya gara-gara dimarahi ibunya lantaran dianggap menghabiskan pulsa dan kuota internet untuk tugas sekolah. Beruntung setelah sekitar 1,5 jam dicari, LT berhasil ditemukan. (Baca juga: Protes Sanksi Terkait Hong Kong, China Panggil Dubes AS)

Desakan agar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melonggarkan beban kurikulum pembelajaran di masa pandemi telah lama disuarakan berbagai kalangan. Kendati demikian hingga saat ini janji Kemendikbud untuk mengembangkan kurikulum baru yang sesuai dengan masa darurat kesehatan tak kunjung terealisasi.

Kurikulum 2013 sebagai acuan pendidikan di Indonesia saat ini dinilai sudah kurang sesuai dengan kondisi siswa, guru, dan penyelenggara sekolah. Kurikulum 2013 dinilai terlalu padat konten yang memberatkan para siswa di kala harus melakukan PJJ. Harusnya dengan situasi tersebut maka ada harus ada revisi terhadap target capaian kompetensi literasi dan numerasi siswa, beban pembelajaran, hingga lamanya waktu belajar. Dengan demikian para siswa, guru, maupun penyelenggara sekolah mempunyai acuan pendidikan yang lebih membumi dan sesuai dengan situasi kedaruratan. “PGRI mengusulkan agar pemerintah merancang 'Kurikulum Sekolah Era Pandemi (KSEP)' yang praktis dan aplikatif dengan target pembelajaran yang rasional," ujar Ketua Umum PGRI Unifah Rosyidi.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1614 seconds (0.1#10.140)