Rektor UIN Jakarta Prof Asep Saepudin Jahar Ingin Wujudkan Integrasi Islam, Sains, dan Teknologi
loading...
A
A
A
Wawancara Khusus Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D
UNIVERSITAS Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta akan memasuki usia ke-66 pada 1 Juni mendatang. Perguruan tinggi keagamaan Islam negeri yang berdiri dengan nama awal Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) itu memiliki sejarah dan rekam jejak panjang dalam khazanah dunia pendidikan Indonesia.
Alumninya pun memiliki peran dan kontribusi signifikan di berbagai sektor dan bidang. Pun ada banyak tokoh dan intelegensia dari UIN Jakarta berkaliber nasional hingga memiliki nama mendunia.
Reputasi UIN Jakarta pun diakui oleh berbagai kalangan baik di level nasional maupun di kancah internasional. Karena itu, setiap Rektor yang memimpin UIN Jakarta memikul “tugas akbar”, yakni haruslah tetap mempertahankan rekognisi nasional dan global, serta terus mengembangkan dan memperkokoh kualitas, peran, dan kontribusi civitas akademika dan alumni UIN Jakarta.
Jumat (17/3) sore, tim KORAN SINDO berkesempatan mewawancarai Prof. Asep Saepudin Jahar, M.A. Ph.D., Rektor UIN Jakarta masa bakti 2023-2027 (Rektor ke-14). Alumnus Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo itu resmi menjabat per 1 Maret 2023 setelah dilantik oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. Asep yang juga lulusan Universitas McGill, Kanada dan Universitas Leipzig, Jerman.
Ihwal utama yang menjadi penekanan mantan Dekan Fakultas Syariah dan Hukum serta Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta itu adalah mengintegrasikan Islam, sains, dan teknologi sehingga mampu memperkokoh kiprah civitas akademika dan lulusan UIN Jakarta.
Sorot mata Asep tajam, penuturannya penuh optimisme, dan disertai pula tamsil, canda, dan tawa. Berikut petikan wawancara khusus KORAN SINDO dengan Rektor UIN Syarif Hidayatullah yang baru saja terpilih.
Apa visi-misi Bapak sebagai Rektor UIN Jakarta periode 2023-2027 agar UIN Jakarta menjadi barometer pendidikan Islam?
Tentu saya tetap menghadirkan UIN Jakarta sebagai poros keilmuan dari sebagaimana telah dihadirkan oleh Harun Nasution, kemudian Azyumardi Azra, Komaruddin Hidayat, dan seterusnya. Dan, dalam konteks ini UIN Jakarta adalah kiblat keilmuan, bagaimana positioning UIN dalam kajian Islam ini adalah sebagai core values dan core academic. Itu poin besar.
Tentu dua core ini yang ingin kita unggulkan di dalam konteks percaturan akademik, perhelatan global, yang akan kita kembangkan adalah bagaimana studi Islam yang bisa merespon perubahan-perubahan modern dalam konteks di dunia muslim dan internasional. Sehingga, inilah yang disebut integrasi.
UNIVERSITAS Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta akan memasuki usia ke-66 pada 1 Juni mendatang. Perguruan tinggi keagamaan Islam negeri yang berdiri dengan nama awal Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) itu memiliki sejarah dan rekam jejak panjang dalam khazanah dunia pendidikan Indonesia.
Alumninya pun memiliki peran dan kontribusi signifikan di berbagai sektor dan bidang. Pun ada banyak tokoh dan intelegensia dari UIN Jakarta berkaliber nasional hingga memiliki nama mendunia.
Reputasi UIN Jakarta pun diakui oleh berbagai kalangan baik di level nasional maupun di kancah internasional. Karena itu, setiap Rektor yang memimpin UIN Jakarta memikul “tugas akbar”, yakni haruslah tetap mempertahankan rekognisi nasional dan global, serta terus mengembangkan dan memperkokoh kualitas, peran, dan kontribusi civitas akademika dan alumni UIN Jakarta.
Jumat (17/3) sore, tim KORAN SINDO berkesempatan mewawancarai Prof. Asep Saepudin Jahar, M.A. Ph.D., Rektor UIN Jakarta masa bakti 2023-2027 (Rektor ke-14). Alumnus Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo itu resmi menjabat per 1 Maret 2023 setelah dilantik oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. Asep yang juga lulusan Universitas McGill, Kanada dan Universitas Leipzig, Jerman.
Ihwal utama yang menjadi penekanan mantan Dekan Fakultas Syariah dan Hukum serta Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta itu adalah mengintegrasikan Islam, sains, dan teknologi sehingga mampu memperkokoh kiprah civitas akademika dan lulusan UIN Jakarta.
Sorot mata Asep tajam, penuturannya penuh optimisme, dan disertai pula tamsil, canda, dan tawa. Berikut petikan wawancara khusus KORAN SINDO dengan Rektor UIN Syarif Hidayatullah yang baru saja terpilih.
Apa visi-misi Bapak sebagai Rektor UIN Jakarta periode 2023-2027 agar UIN Jakarta menjadi barometer pendidikan Islam?
Tentu saya tetap menghadirkan UIN Jakarta sebagai poros keilmuan dari sebagaimana telah dihadirkan oleh Harun Nasution, kemudian Azyumardi Azra, Komaruddin Hidayat, dan seterusnya. Dan, dalam konteks ini UIN Jakarta adalah kiblat keilmuan, bagaimana positioning UIN dalam kajian Islam ini adalah sebagai core values dan core academic. Itu poin besar.
Tentu dua core ini yang ingin kita unggulkan di dalam konteks percaturan akademik, perhelatan global, yang akan kita kembangkan adalah bagaimana studi Islam yang bisa merespon perubahan-perubahan modern dalam konteks di dunia muslim dan internasional. Sehingga, inilah yang disebut integrasi.