Rektor UIN Jakarta Prof Asep Saepudin Jahar Ingin Wujudkan Integrasi Islam, Sains, dan Teknologi
loading...
A
A
A
Jadi, integrasi Islam, sains, dan teknologi. Dan, bagaimana itu menjadi perhatian besar dunia. Poin saya, bagaimana kajian-kajian studi itu di Timur Tengah dan di mana, di sinilah menjadi tempatnya. Yang kedua, kalau untuk merespon modernitas, ini bagaimana di dalam merespon isu-isu sosial, politik, dan ekonomi Islam yang memang diramu di UIN Jakarta.
Yang sudah dirintis tapi belum selesai (oleh rektor-rektor sebelumnya), formulasinya seperti apa di dalam konteks kurikulum, kajian, dan teaching. Ibaratnya dalam kaidah usul fikih “maa laa yudraku kulluhu laa yutraku kulluhu”. Karena itulah bagaimana kita melakukan integrasi Islam, sains, dan teknologi.
Maka, kalau dinarasikan secara singkat adalah kita ingin menghadirkan UIN Jakarta ini sebagai suatu universitas yang unggul di dunia global dalam kajian Islam, sains, dan teknologi atau integrasi Islam, sains, dan teknologi. Itu secara core academic-nya.
Namun, tetap di dalamnya ya itu tadi dia menjadi poros, menjadi kiblat, menjadi pusat kajian, yang memang dari Asia, Eropa, dan Timur Tengah. Sehingga, kalau ingin melihat potret Islam, ingin melihat potret masyarakat untuk bagaimana mensinergikan dan bagaimana mendialogkan Islam dengan perubahan-perubahan ya ke UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Memang harus kerja keras. Karena, budaya yang sudah ada harus kita rombak lagi dan itulah tantangannya. Tapi harus kita ubah dan itu butuh keberanian. Insya Allah kita bersinergi dengan para pimpinan (fakultas dan sekolah pascasarjana) untuk melakukan itu. Kita juga ubah bagian-bagian di biro yang men-support-nya. Karena, untuk perubahan itu butuh pemahaman.
Apakah sinergi yang Bapak maksud tadi karena selama ini belum maksimal upaya memajukan potret Islam dan masyarakat maupun dalam mensinergikan Islam dengan perubahan-perubahan?
Artinya, kita mereaktualisasikan dan aktualisasikan pemikiran, supaya ini bisa menjadi kebutuhan dunia. Itu salah satunya ya. Nah, seperti itulah UIN Jakarta, ingin menghadirkan harmoni. Maka itulah, untuk kajian-kajian yang sains, kemudian sosial, kemudian islamic studies kita tekankan, tentu core islamic studies harus dijaga walaupun secara kapitalisasi dalam konteks payment itu kan tidak sama dengan kedokteran dan sebagainya.
Tetapi dia (islamic studies) adalah menjadi tradisi UIN yang harus kita subsidi karena ini (islamic studies) yang menjadi distingtif-nya, menjadi nilai tambahnya. Ya kita melanjutkan apa yang sudah dirintis oleh Harun Nasution, oleh Azyumardi Azra, oleh seluruh yang lain, oleh para pemimpin (rektor) sebelumnya. Kira-kira itu poin besarnya.
Bagaimana cara mewujudkan visi-misi tersebut?
Untuk implementasinya, paling mendasar adalah tentu kita melakukan restrukturisasi di dalam sistem. Supaya dikenal tentu teknologi informasi harus bagus. Tentu semuanya harus diisi di website dan jaringan supaya bisa terdeteksi oleh orang.
Yang sudah dirintis tapi belum selesai (oleh rektor-rektor sebelumnya), formulasinya seperti apa di dalam konteks kurikulum, kajian, dan teaching. Ibaratnya dalam kaidah usul fikih “maa laa yudraku kulluhu laa yutraku kulluhu”. Karena itulah bagaimana kita melakukan integrasi Islam, sains, dan teknologi.
Maka, kalau dinarasikan secara singkat adalah kita ingin menghadirkan UIN Jakarta ini sebagai suatu universitas yang unggul di dunia global dalam kajian Islam, sains, dan teknologi atau integrasi Islam, sains, dan teknologi. Itu secara core academic-nya.
Namun, tetap di dalamnya ya itu tadi dia menjadi poros, menjadi kiblat, menjadi pusat kajian, yang memang dari Asia, Eropa, dan Timur Tengah. Sehingga, kalau ingin melihat potret Islam, ingin melihat potret masyarakat untuk bagaimana mensinergikan dan bagaimana mendialogkan Islam dengan perubahan-perubahan ya ke UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Memang harus kerja keras. Karena, budaya yang sudah ada harus kita rombak lagi dan itulah tantangannya. Tapi harus kita ubah dan itu butuh keberanian. Insya Allah kita bersinergi dengan para pimpinan (fakultas dan sekolah pascasarjana) untuk melakukan itu. Kita juga ubah bagian-bagian di biro yang men-support-nya. Karena, untuk perubahan itu butuh pemahaman.
Apakah sinergi yang Bapak maksud tadi karena selama ini belum maksimal upaya memajukan potret Islam dan masyarakat maupun dalam mensinergikan Islam dengan perubahan-perubahan?
Artinya, kita mereaktualisasikan dan aktualisasikan pemikiran, supaya ini bisa menjadi kebutuhan dunia. Itu salah satunya ya. Nah, seperti itulah UIN Jakarta, ingin menghadirkan harmoni. Maka itulah, untuk kajian-kajian yang sains, kemudian sosial, kemudian islamic studies kita tekankan, tentu core islamic studies harus dijaga walaupun secara kapitalisasi dalam konteks payment itu kan tidak sama dengan kedokteran dan sebagainya.
Tetapi dia (islamic studies) adalah menjadi tradisi UIN yang harus kita subsidi karena ini (islamic studies) yang menjadi distingtif-nya, menjadi nilai tambahnya. Ya kita melanjutkan apa yang sudah dirintis oleh Harun Nasution, oleh Azyumardi Azra, oleh seluruh yang lain, oleh para pemimpin (rektor) sebelumnya. Kira-kira itu poin besarnya.
Bagaimana cara mewujudkan visi-misi tersebut?
Untuk implementasinya, paling mendasar adalah tentu kita melakukan restrukturisasi di dalam sistem. Supaya dikenal tentu teknologi informasi harus bagus. Tentu semuanya harus diisi di website dan jaringan supaya bisa terdeteksi oleh orang.