Kisah Mikael Gobai, Wujudkan Pesan Mendiang Orang Tua dan Ingin Jadi Guru di Papua
loading...
A
A
A
Baca juga: Kisah Agil, Anak Petani yang Bermimpi Kuliah di Luar Negeri Akhirnya Terwujud
“Saya juga belajar dan sering bertanya tentang bahasa Jawa dan mulai mencicipi makanan khas sini sehingga saya mulai terbiasa dan bisa menyesuaikan diri dengan budaya dan makanan di sini, “jelasnya.
Mikael bersyukur, teman-temannya yang mayoritas orang Jawa dan beragama Islam dan juga dosennya merespon dengan baik sehingga Mikael secara perlahan mengerti dan mulai terbiasa dengan budaya,bahasa, dan makanan di Magelang.
Mikael juga tidak pernah mengalami kendala dalam hal agama. Para dosen dan teman-temannya menerima Mikael dan teman-temannya sesama Papua penerima ADik apa adanya tanpa memandang SARA.
“Di kampus ada mata kuliah BTQ atau baca tulis Quran dan AIK, mata pelajaran yang dikhususkan buat yang beragama Islam dan buat kami yang beragama Non Islam diberi tugas yang bobotnya sesuai, “ tuturnya.
“Saya ingin bertugas di pedalaman Papua untuk membantu dan membangkitkan pendidikan yang tertinggal di pegunungan Papua. Almarhum ayah saya juga dulunya seorang guru perintis di pedalaman Papua," ungkapnya.
Mikael menitipkan pesan untuk sesama mahasiswa Papua penerima ADik untuk sukses kuliah di perantauan.
“Untuk teman-teman yang saat ini duduk di bangku SMA di Papua dan berniat memperoleh ADik, janganlah merasa takut dan malu soal bagaimana hidup di lingkungan kampus, dan bagaimana menyesuaikan diri," pesannya.
“Saya juga belajar dan sering bertanya tentang bahasa Jawa dan mulai mencicipi makanan khas sini sehingga saya mulai terbiasa dan bisa menyesuaikan diri dengan budaya dan makanan di sini, “jelasnya.
Mikael bersyukur, teman-temannya yang mayoritas orang Jawa dan beragama Islam dan juga dosennya merespon dengan baik sehingga Mikael secara perlahan mengerti dan mulai terbiasa dengan budaya,bahasa, dan makanan di Magelang.
Mikael juga tidak pernah mengalami kendala dalam hal agama. Para dosen dan teman-temannya menerima Mikael dan teman-temannya sesama Papua penerima ADik apa adanya tanpa memandang SARA.
“Di kampus ada mata kuliah BTQ atau baca tulis Quran dan AIK, mata pelajaran yang dikhususkan buat yang beragama Islam dan buat kami yang beragama Non Islam diberi tugas yang bobotnya sesuai, “ tuturnya.
Bercita-cita Jadi Guru Perintis di Papua
Ditanya soal rencananya kelak setelah lulus, Mikael berkomitmen untuk untuk kembali ke Papua dan menjadi guru perintis di pedalaman Papua.“Saya ingin bertugas di pedalaman Papua untuk membantu dan membangkitkan pendidikan yang tertinggal di pegunungan Papua. Almarhum ayah saya juga dulunya seorang guru perintis di pedalaman Papua," ungkapnya.
Mikael menitipkan pesan untuk sesama mahasiswa Papua penerima ADik untuk sukses kuliah di perantauan.
“Untuk teman-teman yang saat ini duduk di bangku SMA di Papua dan berniat memperoleh ADik, janganlah merasa takut dan malu soal bagaimana hidup di lingkungan kampus, dan bagaimana menyesuaikan diri," pesannya.
(nnz)