GMNI dan HMI, Organisasi Ekstra Kampus yang Diikuti Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan, Kamu Gabung Mana?
loading...
A
A
A
Saat ini organisasi ekstra kampus ini bisa ditemui hampir di seluruh kota dan kabupaten yang memiliki perguruan tinggi. Ganjar Pranowo sendiri tergabung dalam GMNI ketika berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM).
Foto/Ist
Asal muasal Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) adalah Persyerikataan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) pada 1946. PMY terdiri dari tiga perguruan tinggi yakni Sekolah Tinggi Teknik (STT), Sekolah Tinggi Islam (STI) dan Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada yang pada waktu itu hanya memiliki Fakultas Hukum dan Fakultas Sastra.
Kondisi politik saat itu,khususnya di Ibu Kota Yogyakarta terpolarisasi antara Partai Sosialis yang dipimpin Syahrir-Amir dan pihak oposisi yang dipelopori Masyumi pimpinan pimpinan Soekiman – Wali Al-Fatah, PNI pimpinan Ki Sarmidi Mangunsarkoro – Suyono Hadinoto, serta Persatuan Perjuangan pimpinan Tan Malaka.
Baca juga:PB HMI Apresiasi Kinerja Kapolri dalam Mengatasi Pandemi
Polarisasi itu berdampak pada PMY karena kebanyakan pengurusnya berorientasi pada Partai Sosialis. Sementaa mahasiswa lain yang masih idealis menolak keras polarisasi itu masuk ke dunia mahasiswa. Hal ini mendorong beberapa orang membentuk organisasi baru, termasuk dari mahasiswa-mahasiswa yang memegang nilai Islam.
HMI diprakarsai oleh H Lafran Pane, seorang mahasiswa tingkat I Fakultas Hukum Sekolah Tinggi Islam (sekarang Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH-UII). Rapat-rapat dilakukan, tapi tidak menghasilkan kesepakatan. Hingga pada akhirnya pada 5 Februari 1947 digelarlah rapat pembentukan HMI di Sekolah Tinggi Islam di Jalan Suryodiningratan 30 Yogyakarta yang sekarang bernama Jalan Senopati.
HMI terus berkembang hingga saat ini memiliki 20 Badan Koordinasi, 233 cabang, dan 51 komisariat.Salah satunya Anies Baswedan yang aktif ketika ia menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Sekadar catatan, HMI terpecah menjadi dua yakni HMI-MPO dan HMI Himpunan Mahasiswa Islam Diponegoro (HMI-DIPO).
Pada kongres tahun 1999, PB HMI yang dikenal sebagai HMI-DIPO mengembalikan asas organisasi menjadi berlandaskan Islam.
Dalam kongres HMI tahun 2008, dibacakan komitmen islah HMI-DIPO dan HMI-MPO dengan disaksikan Wakil Presiden HM Jusuf Kalla (JK) dan mantan Ketua DPR Rl Akbar Tandjung. Namun, hingga kini masing-masing HMI tetap memiliki sistem dan kepengurusan organisasi yang berbeda.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Foto/Ist
Asal muasal Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) adalah Persyerikataan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) pada 1946. PMY terdiri dari tiga perguruan tinggi yakni Sekolah Tinggi Teknik (STT), Sekolah Tinggi Islam (STI) dan Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada yang pada waktu itu hanya memiliki Fakultas Hukum dan Fakultas Sastra.
Kondisi politik saat itu,khususnya di Ibu Kota Yogyakarta terpolarisasi antara Partai Sosialis yang dipimpin Syahrir-Amir dan pihak oposisi yang dipelopori Masyumi pimpinan pimpinan Soekiman – Wali Al-Fatah, PNI pimpinan Ki Sarmidi Mangunsarkoro – Suyono Hadinoto, serta Persatuan Perjuangan pimpinan Tan Malaka.
Baca juga:PB HMI Apresiasi Kinerja Kapolri dalam Mengatasi Pandemi
Polarisasi itu berdampak pada PMY karena kebanyakan pengurusnya berorientasi pada Partai Sosialis. Sementaa mahasiswa lain yang masih idealis menolak keras polarisasi itu masuk ke dunia mahasiswa. Hal ini mendorong beberapa orang membentuk organisasi baru, termasuk dari mahasiswa-mahasiswa yang memegang nilai Islam.
HMI diprakarsai oleh H Lafran Pane, seorang mahasiswa tingkat I Fakultas Hukum Sekolah Tinggi Islam (sekarang Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH-UII). Rapat-rapat dilakukan, tapi tidak menghasilkan kesepakatan. Hingga pada akhirnya pada 5 Februari 1947 digelarlah rapat pembentukan HMI di Sekolah Tinggi Islam di Jalan Suryodiningratan 30 Yogyakarta yang sekarang bernama Jalan Senopati.
HMI terus berkembang hingga saat ini memiliki 20 Badan Koordinasi, 233 cabang, dan 51 komisariat.Salah satunya Anies Baswedan yang aktif ketika ia menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Sekadar catatan, HMI terpecah menjadi dua yakni HMI-MPO dan HMI Himpunan Mahasiswa Islam Diponegoro (HMI-DIPO).
Pada kongres tahun 1999, PB HMI yang dikenal sebagai HMI-DIPO mengembalikan asas organisasi menjadi berlandaskan Islam.
Dalam kongres HMI tahun 2008, dibacakan komitmen islah HMI-DIPO dan HMI-MPO dengan disaksikan Wakil Presiden HM Jusuf Kalla (JK) dan mantan Ketua DPR Rl Akbar Tandjung. Namun, hingga kini masing-masing HMI tetap memiliki sistem dan kepengurusan organisasi yang berbeda.
(wyn)