Kisah Husain yang Hafal 30 Juz Al-Qur'an, Tembus Biologi UNY dan Terima KIP Kuliah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menerima sejumlah siswa berprestasi sebagai mahasiswa barunya. Salah satunya adalah Ahmad Husain Arridho, penghafal 30 juz Al-Qur-an yang diterima melalui jalur seleksi mandiri .
Husain, panggilan akrabnya, adalah satu dari 10.501 siswa sekolah yang beruntung setelah bersaing dengan 173.965 orang yang ingin berkuliah di UNY. Dia kini menjadi mahasiswa program studi Biologi di Fakultas MIPA UNY.
Mahasiswa kelahiran Sleman 25 Mei 2005 itu mengungkapkan, awalnya dia ingin melanjutkan studi di luar Yogyakarta. “Namun orang tua saya melarang karena takut aqidahnya terganggu. Oleh karenanya disuruh kuliah di DIY saja,” katanya, dikutip dari laman UNY, Senin (14/8/2023).
Baca juga: Terinspirasi Nama Diri, Siswi Kelas 5 SD Ini Berhasil Mencapai Puncak Gunung Rinjani
Atas doa dan restu kedua orang tuanya, Husain akhirnya diterima di UNY melalui jalur Seleksi Mandiri CBT. Bahkan Husain pun bisa kuliah gratis karena dia terdata sebagai penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah. Dengan KIP Kuliah, Husain berharap bisa meringankan beban orang tuanya yang harus menghidupi kelima anaknya.
Anak kedua pasangan Arosin Suryanto dan Ade Rokayah yang berprofesi sebagai pembuat roti itu terlahir dari pasangan yang kelima anaknya menjadi penghafal Al Qur’an.
Kakak sulung Husain, Ahmad Kian Santang yang kuliah di prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Hukum dan Ilmu Politik hafal 30 juz Al Qur’an. Ahmad Husain Arridho adalah anak kedua yang juga hafal 30 juz.
Sementara anak ketiga, keempat, dan kelima keluarga Arosin Suryanto yaitu Ektada Benabi Muhammad El Amin kelas 2 SMA, Fatimah Lu'lu Unisa El Arifah kelas 3 SMP dan Muhammad Seta Hadiwijaya kelas 6 SD sedang berproses menjadi penghafal Al Qur’an.
Baca juga: 12 Kampus Ramai-ramai Siap Buka Fakultas Kedokteran, Apa Saja Persyaratannya?
Saat ini Ektada Benabi sudah hafal 2 juz, Fatimah hafal 10 juz, dan Muhammad Seta baru hafal juz 30 beserta beberapa surat saja.
Keinginan menghafalkan kitab suci umat Islam itu bermula saat kakak kandungnya telah khatam Al-Qur’an dan mendorongnya ikut program tahfidz di MTs Al Imdad Bantul. “Saya menghafal Al-Qur’an selama 4,5 tahun dan selesai pada awal kelas 12,” tuturnya.
Kendala yang dihadapi dalam menghafal Al-Qur’an ini adalah konsistensinya dan tantangan terberat adalah saat mencapai juz 10. “Saya tanyakan pada kakak tingkat yang juga penghafal bahwa biasanya setelah juz 10 banyak tantangannya seperti rasa malas, kesibukan berkegiatan dan sebagainya” ujar alumnus Madrasah Aliyah Unggulan Al Imdad ini.
Orang tuanya mendukung penuh keinginan Husain untuk menghafal Al-Qur’an. “Misalnya ada semaan Al-Qur’an maka orang tua akan support dana iuran untuk kegiatan itu, baik semaan pondok 6 juz, 12 juz, atau lebih banyak,” ujarnya yang mengaku pernah mengikuti semaan Al-Qur’an terbanyak 12 juz.
Warga Sempol Hargobinangun Pakem Sleman tersebut mengatakan, pondok pesantren Al Imdad tempatnya menuntut ilmu memberi fasilitas bagi para penghafal Al-Qur’an, dengan cara membedakan jadwal belajarnya.
Contohnya saat belajar mengaji kitab maka santri penghafal jadwalnya diganti dengan tadarus untuk menghafal, agar fokus pada hafalannya dan tidak terbebani dengan membaca kitab.
“Santri biasa jadwal mengaji secara sorogan lebih padat, sedangkan santri penghafal punya waktu sendiri. Jadi jam sorogan diganti jam tadarus” ungkap Husain.
Bahkan pondok pesantren akan membiayai apabila ada kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) atau Musabaqah Hifzhil Qur’an (MHQ) agar santri tahfidz juga bisa berprestasi.
Husain, panggilan akrabnya, adalah satu dari 10.501 siswa sekolah yang beruntung setelah bersaing dengan 173.965 orang yang ingin berkuliah di UNY. Dia kini menjadi mahasiswa program studi Biologi di Fakultas MIPA UNY.
Diterima di Prodi Biologi dan Pemegang KIP Kuliah
Mahasiswa kelahiran Sleman 25 Mei 2005 itu mengungkapkan, awalnya dia ingin melanjutkan studi di luar Yogyakarta. “Namun orang tua saya melarang karena takut aqidahnya terganggu. Oleh karenanya disuruh kuliah di DIY saja,” katanya, dikutip dari laman UNY, Senin (14/8/2023).
Baca juga: Terinspirasi Nama Diri, Siswi Kelas 5 SD Ini Berhasil Mencapai Puncak Gunung Rinjani
Atas doa dan restu kedua orang tuanya, Husain akhirnya diterima di UNY melalui jalur Seleksi Mandiri CBT. Bahkan Husain pun bisa kuliah gratis karena dia terdata sebagai penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah. Dengan KIP Kuliah, Husain berharap bisa meringankan beban orang tuanya yang harus menghidupi kelima anaknya.
Keluarga Pembuat Roti yang Kelima Anaknya Penghafal Al-Qur’an
Anak kedua pasangan Arosin Suryanto dan Ade Rokayah yang berprofesi sebagai pembuat roti itu terlahir dari pasangan yang kelima anaknya menjadi penghafal Al Qur’an.
Kakak sulung Husain, Ahmad Kian Santang yang kuliah di prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Hukum dan Ilmu Politik hafal 30 juz Al Qur’an. Ahmad Husain Arridho adalah anak kedua yang juga hafal 30 juz.
Sementara anak ketiga, keempat, dan kelima keluarga Arosin Suryanto yaitu Ektada Benabi Muhammad El Amin kelas 2 SMA, Fatimah Lu'lu Unisa El Arifah kelas 3 SMP dan Muhammad Seta Hadiwijaya kelas 6 SD sedang berproses menjadi penghafal Al Qur’an.
Baca juga: 12 Kampus Ramai-ramai Siap Buka Fakultas Kedokteran, Apa Saja Persyaratannya?
Saat ini Ektada Benabi sudah hafal 2 juz, Fatimah hafal 10 juz, dan Muhammad Seta baru hafal juz 30 beserta beberapa surat saja.
Menjadi Hafiz karena Terinspirasi Sang Kakak
Keinginan menghafalkan kitab suci umat Islam itu bermula saat kakak kandungnya telah khatam Al-Qur’an dan mendorongnya ikut program tahfidz di MTs Al Imdad Bantul. “Saya menghafal Al-Qur’an selama 4,5 tahun dan selesai pada awal kelas 12,” tuturnya.
Kendala yang dihadapi dalam menghafal Al-Qur’an ini adalah konsistensinya dan tantangan terberat adalah saat mencapai juz 10. “Saya tanyakan pada kakak tingkat yang juga penghafal bahwa biasanya setelah juz 10 banyak tantangannya seperti rasa malas, kesibukan berkegiatan dan sebagainya” ujar alumnus Madrasah Aliyah Unggulan Al Imdad ini.
Orang tuanya mendukung penuh keinginan Husain untuk menghafal Al-Qur’an. “Misalnya ada semaan Al-Qur’an maka orang tua akan support dana iuran untuk kegiatan itu, baik semaan pondok 6 juz, 12 juz, atau lebih banyak,” ujarnya yang mengaku pernah mengikuti semaan Al-Qur’an terbanyak 12 juz.
Mendapat Dukungan Ponpes
Warga Sempol Hargobinangun Pakem Sleman tersebut mengatakan, pondok pesantren Al Imdad tempatnya menuntut ilmu memberi fasilitas bagi para penghafal Al-Qur’an, dengan cara membedakan jadwal belajarnya.
Contohnya saat belajar mengaji kitab maka santri penghafal jadwalnya diganti dengan tadarus untuk menghafal, agar fokus pada hafalannya dan tidak terbebani dengan membaca kitab.
“Santri biasa jadwal mengaji secara sorogan lebih padat, sedangkan santri penghafal punya waktu sendiri. Jadi jam sorogan diganti jam tadarus” ungkap Husain.
Bahkan pondok pesantren akan membiayai apabila ada kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) atau Musabaqah Hifzhil Qur’an (MHQ) agar santri tahfidz juga bisa berprestasi.
(nnz)