Kisah Rahmat, Gagal Kuliah Kedokteran di China karena Pandemi Kini Raih Beasiswa ke Amerika
loading...
A
A
A
“Aku tidak berharap banyak sebetulnya, mengingat persiapanku tidak semaksimal biasanya. Berkat doa dan dukungan berbagai pihak, Alhamdulillah aku lulus dengan negara tujuan Amerika Serikat,” lanjutnya.
“Aku menangis. Karena Bapak meninggal sebulan sebelum kabar bahagia ini datang. Padahal dia adalah orang yang paling mendukungku untuk bisa berkuliah di luar negeri,” ucapnya terbata-bata.
“Alhamdulillah mama masih ada. Dia benar benar terharu. Air matanya berderai karena anak bungsunya bisa mewujudkan impiannya,” sambungnya.
Rahmat, pemuda desa itu bersyukur, karena akses kuliah di luar negeri kini demikian terbuka dan bisa diikuti siap saja. “Terima kasih Gus Men Yaqut Cholil Qoumas, terima kasih Kementrian Agama. Program MOSMA sangat luar biasa hingga bisa membukakan akses beasiswa bagi pemuda desa seperti saya,” sebutnya.
Rahmat berharap program ini tidak hanya memberikan manfaat untuk dirinya, tapi juga sesama generasi muda di seluruh daerah Indonesia.
“Dari mana kita berasal, di mana kita belajar, status ekonomi kita apa, semua itu tidaklah menjadi alasan bagi kita untuk tidak berprestasi. Sebab, sejatinya kitalah yang membangun batasan itu sendiri. Padahal kita belum mencoba sama sekali. Iya, akan ada masa di mana kita pasti menghadapi penolakan, kegagalan, tetapi itu semua hanyalah bagian atau satu kesatuan proses menuju keberhasilan,” pungkasnya.
Diterima MOSMA Bikin Heboh Kampus
Sontak kampus heboh mendengar salah satu mahasiswanya lulus seleksi beasiswa kuliah di Amerika. Para dosen dan teman seperti tidak percaya. Apalagi Rahmat mendapat beasiswa penuh untuk kuliah satu semester di Amerika. Kehebohan juga terjadi di desa. Banyak orang yang datang dan memberi ucapan selamat, penanda bangga ada anak daerah yang berhasil kuliah ke luar negeri.“Aku menangis. Karena Bapak meninggal sebulan sebelum kabar bahagia ini datang. Padahal dia adalah orang yang paling mendukungku untuk bisa berkuliah di luar negeri,” ucapnya terbata-bata.
“Alhamdulillah mama masih ada. Dia benar benar terharu. Air matanya berderai karena anak bungsunya bisa mewujudkan impiannya,” sambungnya.
Rahmat, pemuda desa itu bersyukur, karena akses kuliah di luar negeri kini demikian terbuka dan bisa diikuti siap saja. “Terima kasih Gus Men Yaqut Cholil Qoumas, terima kasih Kementrian Agama. Program MOSMA sangat luar biasa hingga bisa membukakan akses beasiswa bagi pemuda desa seperti saya,” sebutnya.
Rahmat berharap program ini tidak hanya memberikan manfaat untuk dirinya, tapi juga sesama generasi muda di seluruh daerah Indonesia.
“Dari mana kita berasal, di mana kita belajar, status ekonomi kita apa, semua itu tidaklah menjadi alasan bagi kita untuk tidak berprestasi. Sebab, sejatinya kitalah yang membangun batasan itu sendiri. Padahal kita belum mencoba sama sekali. Iya, akan ada masa di mana kita pasti menghadapi penolakan, kegagalan, tetapi itu semua hanyalah bagian atau satu kesatuan proses menuju keberhasilan,” pungkasnya.
(nnz)