Santri Diminta Bersiap Hadapi Tantangan Transformasi Digital

Senin, 25 September 2023 - 09:10 WIB
loading...
Santri Diminta Bersiap Hadapi Tantangan Transformasi Digital
Sebanyak 16 wisudawan mahasantri di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Depok berhasil menyelesaikan belajarnya di pesantren. Foto/Istimewa.
A A A
JAKARTA - Sebanyak 16 wisudawan mahasantri di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Depok berhasil menyelesaikan belajarnya di pesantren . Diharapkan wisudawan mampu menyebarkan kebermanfaatan sesuai dengan profesi serta keahliannya di masyarakat.

"Lulus dari Al-Hikam bukan berarti selesai menjadi santri. Wisuda bukan berarti berhenti menjadi santri, wisuda ini hanya menyimbolkan selesai belajar di Al-Hikam tetapi harus tetap dilanjutkan belajar di tempat lain," kata Pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Depok Yusron Shidqi, Minggu, (24/09/2023).

Gus Yus, sapaan akrab Yusron Shidqi mengatakan, rata-rata umat Islam melihat dunia ini hanya membaca mikrokosmos yang di dalam Al-Quran baru membaca makrokosmos.

Baca juga: Momen Kompak Ayah dan Anak Wisuda Bareng dari Jurusan Teknik Elektro ITS

Sayangnya yang kita khawatirkan adalah orang-orang yang kuliah di kampus-kampus dikatakan dengan kampus non agama atau umum hanya berhenti untuk melihat agama ini dari makrokosmos kemudian tidak membaca Al-Quran. Kemudian bagaimana orang yang hafal Al-Quran ini berhenti hanya membaca Al-Quran tapi tidak mau membaca kehidupan?.

"Pesantren mahasiswa Al-Hikam hadir sebagai salah satu upaya untuk menjawab pertanyaan tersebut. Mengingat, tujuan utama didirikannya pesantren yaitu untuk menjembatani mahasiswa yang belajar ilmu-ilmu umum agar tetap bisa belajar agama di tengah kota," terang Gus Yus.

Sementara, Direktur Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia, Athor Subroto dalam orasinya mengambil tema "Santri Berkontribusi di Kancah Internasional: Menjaga Tradisi, Mengembangkan Inovasi".

Baca juga: 10 Prospek Kerja Menjanjikan Lulusan Bahasa dan Sastra Inggris, Ada yang Digaji Ratusan Juta

Athor Subroto mengatakan, disrupsi teknologi dan mega disrupsi pandemi menjadi tantangan dunia internasional kini.

“Adanya efek Geopolitik, Geoekonomi, dan Geostrategi yang membuat kehidupan kadang tidak seimbang. Belum lagi pemanasan global dan perubahan iklim yang hingga saat ini menjadi perhatian utama masyarakat dunia," kata Athor.

Athor bilang, tanpa mengenal tradisi yang baik maka transformasi ini bisa menjadi sesuatu yang membahayakan. Ia menambahkan, pintar secara akademik saja tidak cukup mendapatkan kesiapan dalam hal perubahan transformasi digital yang sangat cepat. Akan tetapi, dengan adanya penguatan ilmu agama yang didapatkan di pesantren menjadi pondasi baik untuk menyambut segala bentuk perubahan.

"Saya kira Anda akan lebih siap, karena mental dari pesantren saya kira akan lebih cepat bisa beradaptasi dan memiliki tradisi yang membuat sesuatu itu jauh lebih smooth ketika terjadi perubahan dan ini yang tidak didapatkan oleh banyak mahasiswa lain yang tidak melengkapi dirinya dengan ilmu agama," kata Athor.

Menurut Athor, ada hal yang harus dilakukan sebagai santri untuk terus menjaga yang sudah ada dengan menerima yang baik dan yang baru. Selain itu, lanjut ia, inovasi berjalan natural sesuai kondisi yang dihadapi seiring dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan.

Athor berpesan agar para santri maupun wisudawan dapat terus merawat tradisi dan melakukan inovasi, karena inovasi akan muncul untuk menghilangkan keluhan pada proses.

“Mudah-mudahan tradisi selama ini yang telah kita junjung mendorong inovasi dan membuat kehidupan menjadi positif," pungkas Athor.
(nnz)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5617 seconds (0.1#10.140)