Gedung Arsip Nasional Jadi Lokasi Deklarasi Ganjar-Mahfud, Ini Sejarah di Balik Pendiriannya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gedung Arsip Nasional RI akan menjadi lokasi deklarasi Bacapres Ganjar Pranowo dan Bacawapres Mahfud MD. Pemilihan gedung ini pun menarik karena dalam sejarahnya museum ANRI sudah berdiri sejak zaman penjajahan Belanda.
Ganjar Pranowo, Bakal Calon Presiden (Bacapres) yang diusung PDI Perjuangan, Partai Perindo, PPP, dan Hanura bersama dengan Cawapres Mahfud MD beserta Tim Pemenangan Nasional (TPN) akan menggelar deklarasi di hadapan kalangan milenial di gedung yang berlokasi di Jalan Gajah Mada, Taman Sari, Jakarta Barat, Rabu (18/10/2023).
Baca juga: Mahfud MD Resmi Jadi Cawapres Ganjar Pranowo, Ini Jejak Karier dan Prestasinya
Dengan berlatar belakang gedung bersejarah dengan nuansa historis yang kental, Ketua Umum (Ketum) PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Ketum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo, Plt Ketum PPP Mardiono, Ketum Hanura Oesman Sapta Odang akan menjadi saksi dari momen yang penting ini.
Dikutip dari berbagai sumber, gedung Arsip Nasional dulunya adalah tempat tinggal yang digunakan oleh Reiner De Klerk, dia adalah Gubernur Jenderal Batavia pada abad ke 18 yang menggunakan tempat tersebut sebagai rumah peristirahatan.
Pada zaman penjajahan Belanda, Kota Batavia semakin berkembang dan di sekitar Jalan Gajah Mada, Jalan Hayam Wuruk hingga Ancol pun dibangun menjadi kawasan tempat tinggal elite di Batavia.
Rumah yang dihuni de Klerk ini sangat luas, dengan lebar 57 meter dan panjang 164 meter bahkan dulu lahan tempat ini lebih luas lagi hingga bisa diukur sampai ke kali krukut.
Baca juga: HT: Ganjar dan Mahfud MD Saling Melengkapi Maju di Pilpres 2024
Rumah de Klerk sempat berpindah kepemilikan. Bahkan pada abad ke-19 rumah yang awalnya menjadi rumah peristirahatan itu berubah menjadi panti asuhan.
Pada tahun 1900, ada rencana untuk membongkar rumah tersebut untuk dijadikan pertokoan. De Klerk dan perhimpunan Batavia untuk seni dan ilmu pun turun tangan untuk menyelamatkan gedung bersejarah tersebut.
De Klerk memakai rumah tersebut selama 20 tahun. Pada tahun 1925, departemen pertambangan pemerintah kolonial Belanda memakai gedung ini. Kemudian, tempat tersebut dijadikan Lands archief (arsip negeri), yang setelah kemerdekaan Republik Indonesia menjadi gedung arsip nasional.
Tahun 1974, arsip nasional dipindahkan ke gedung baru di Jalan Ampera, Jakarta Selatan. Setelah pemindahan selesai tahun 1979, gedung ini tidak digunakan sama sekali dan kondisinya semakin memburuk menjelang tahun 1990-an.
Kemudian pada tahun 1995, para pengusaha Belanda di Indonesia mengumpulkan dana untuk pemugaran rumah de Klerk yang sudah dalam keadaan rusak sebagai hadiah ulang tahun ke-50 kemerdekaan Indonesia dari bangsa Belanda ke bangsa Indonesia. Pemugaran selesai akhir tahun 1998.
Baca juga: Angela Tanoesoedibjo Sebut Mahfud MD Pendekar Hukum: Positif di Kalangan Milenial
Bangunan Museum Arsip Nasional berbentuk U dengan bangunan tambahan di bagian belakangnya. Bangunan utama berlantai 2, dibangun dengan bata merah dengan atap yang tinggi. Denah bangunannya mencerminkan denah rumah yang besar dan klasik dengan aksis utama barat-timur dan aksis kedua utara-selatan. Lantai dasarnya luas. Pintu utamanya tinggi dihiasi lubang ventilasi yang indah di atasnya.
Di lantai kedua ini terdapat beberapa ruangan besar, mulai dari ruang makan, lukisan peta dunia, peta Batavia, kamar tidur Reiner de Klerk, lengkap dengan tempat tidurnya.
Selain gedung utama, ada bangunan tambahan di samping bangunan utama yang berfungsi sebagai rumah budak dan tempat penyimpanan barang. Di halaman belakang ada lonceng yang dulunya dipakai untuk membangunkan para budak untuk mulai bekerja.
Gedung Arsip Nasional telah dikategorikan sebagai cagar budaya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan &
Kebudayaan No. 140/M/1998 dan dilindungi berdasarkan surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta No. 475 Tahun 1993.
Saat ini gedung tersebut difungsikan kembali sebagai kantor Pusat Studi Arsip Statis Kepresidenan, Arsip Nasional Republik Indonesia. Di bagian depan yang merupakan bangunan Cagar Budaya difungsikan sebagai lokasi pameran berkala, sedangkan di bagian belakang yang merupakan gedung baru difungsikan sebagai diorama arsip kepresidenan.
Pada 12 September 2023, Presiden ke-5 Republik Indonesia yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Megawati Soekarnoputri, telah meresmikan dan menandatangani prasasti Pusat Studi Arsip Statis Kepresidenan yang di dalamnya terdapat Pameran Tetap Presiden Pertama RI Ir. Sukarno di Gedung Arsip Nasional.
Pusat Studi Arsip Presiden Pertama RI Ir. Sukarno ini terdiri dari empat hall yang menampilkan pameran tetap arsip Sukarno sebagai Bapak Bangsa Indonesia, yaitu:
- Hall 1 Aku Indonesia (kisah Sukarno dari lahir hingga berpulang)
- Hall 2 Jalan Politik (perjuangan dan dedikasi politik)
- Hall 3 Patron Budaya (estetika dan peradaban)
- Hall 4 Kesejahteraan dan Kerakyatan (ekonomi dan kemandirian).
Ganjar Pranowo, Bakal Calon Presiden (Bacapres) yang diusung PDI Perjuangan, Partai Perindo, PPP, dan Hanura bersama dengan Cawapres Mahfud MD beserta Tim Pemenangan Nasional (TPN) akan menggelar deklarasi di hadapan kalangan milenial di gedung yang berlokasi di Jalan Gajah Mada, Taman Sari, Jakarta Barat, Rabu (18/10/2023).
Baca juga: Mahfud MD Resmi Jadi Cawapres Ganjar Pranowo, Ini Jejak Karier dan Prestasinya
Dengan berlatar belakang gedung bersejarah dengan nuansa historis yang kental, Ketua Umum (Ketum) PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Ketum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo, Plt Ketum PPP Mardiono, Ketum Hanura Oesman Sapta Odang akan menjadi saksi dari momen yang penting ini.
Dikutip dari berbagai sumber, gedung Arsip Nasional dulunya adalah tempat tinggal yang digunakan oleh Reiner De Klerk, dia adalah Gubernur Jenderal Batavia pada abad ke 18 yang menggunakan tempat tersebut sebagai rumah peristirahatan.
Pada zaman penjajahan Belanda, Kota Batavia semakin berkembang dan di sekitar Jalan Gajah Mada, Jalan Hayam Wuruk hingga Ancol pun dibangun menjadi kawasan tempat tinggal elite di Batavia.
Rumah yang dihuni de Klerk ini sangat luas, dengan lebar 57 meter dan panjang 164 meter bahkan dulu lahan tempat ini lebih luas lagi hingga bisa diukur sampai ke kali krukut.
Baca juga: HT: Ganjar dan Mahfud MD Saling Melengkapi Maju di Pilpres 2024
Rumah de Klerk sempat berpindah kepemilikan. Bahkan pada abad ke-19 rumah yang awalnya menjadi rumah peristirahatan itu berubah menjadi panti asuhan.
Pada tahun 1900, ada rencana untuk membongkar rumah tersebut untuk dijadikan pertokoan. De Klerk dan perhimpunan Batavia untuk seni dan ilmu pun turun tangan untuk menyelamatkan gedung bersejarah tersebut.
De Klerk memakai rumah tersebut selama 20 tahun. Pada tahun 1925, departemen pertambangan pemerintah kolonial Belanda memakai gedung ini. Kemudian, tempat tersebut dijadikan Lands archief (arsip negeri), yang setelah kemerdekaan Republik Indonesia menjadi gedung arsip nasional.
Tahun 1974, arsip nasional dipindahkan ke gedung baru di Jalan Ampera, Jakarta Selatan. Setelah pemindahan selesai tahun 1979, gedung ini tidak digunakan sama sekali dan kondisinya semakin memburuk menjelang tahun 1990-an.
Kemudian pada tahun 1995, para pengusaha Belanda di Indonesia mengumpulkan dana untuk pemugaran rumah de Klerk yang sudah dalam keadaan rusak sebagai hadiah ulang tahun ke-50 kemerdekaan Indonesia dari bangsa Belanda ke bangsa Indonesia. Pemugaran selesai akhir tahun 1998.
Baca juga: Angela Tanoesoedibjo Sebut Mahfud MD Pendekar Hukum: Positif di Kalangan Milenial
Bangunan Museum Arsip Nasional berbentuk U dengan bangunan tambahan di bagian belakangnya. Bangunan utama berlantai 2, dibangun dengan bata merah dengan atap yang tinggi. Denah bangunannya mencerminkan denah rumah yang besar dan klasik dengan aksis utama barat-timur dan aksis kedua utara-selatan. Lantai dasarnya luas. Pintu utamanya tinggi dihiasi lubang ventilasi yang indah di atasnya.
Di lantai kedua ini terdapat beberapa ruangan besar, mulai dari ruang makan, lukisan peta dunia, peta Batavia, kamar tidur Reiner de Klerk, lengkap dengan tempat tidurnya.
Selain gedung utama, ada bangunan tambahan di samping bangunan utama yang berfungsi sebagai rumah budak dan tempat penyimpanan barang. Di halaman belakang ada lonceng yang dulunya dipakai untuk membangunkan para budak untuk mulai bekerja.
Gedung Arsip Nasional telah dikategorikan sebagai cagar budaya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan &
Kebudayaan No. 140/M/1998 dan dilindungi berdasarkan surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta No. 475 Tahun 1993.
Saat ini gedung tersebut difungsikan kembali sebagai kantor Pusat Studi Arsip Statis Kepresidenan, Arsip Nasional Republik Indonesia. Di bagian depan yang merupakan bangunan Cagar Budaya difungsikan sebagai lokasi pameran berkala, sedangkan di bagian belakang yang merupakan gedung baru difungsikan sebagai diorama arsip kepresidenan.
Pada 12 September 2023, Presiden ke-5 Republik Indonesia yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Megawati Soekarnoputri, telah meresmikan dan menandatangani prasasti Pusat Studi Arsip Statis Kepresidenan yang di dalamnya terdapat Pameran Tetap Presiden Pertama RI Ir. Sukarno di Gedung Arsip Nasional.
Pusat Studi Arsip Presiden Pertama RI Ir. Sukarno ini terdiri dari empat hall yang menampilkan pameran tetap arsip Sukarno sebagai Bapak Bangsa Indonesia, yaitu:
- Hall 1 Aku Indonesia (kisah Sukarno dari lahir hingga berpulang)
- Hall 2 Jalan Politik (perjuangan dan dedikasi politik)
- Hall 3 Patron Budaya (estetika dan peradaban)
- Hall 4 Kesejahteraan dan Kerakyatan (ekonomi dan kemandirian).
(nnz)