Kisah Ricky Elson, Doktor Lulusan Jepang Pembuat Mobil Listrik Pertama di Indonesia
loading...
A
A
A
Mobil tersebut memiliki fitur pintu model sliding door, gear box dalam sistem transmisi, dan kapasitas baterai yang cukup untuk menempuh jarak 200 km dengan kecepatan maksimal 120 km/jam.
Selain Tucuxi dan Selo, Ricky Elson juga terlibat dalam pembuatan mobil listrik lainnya, seperti Gendhis, yang merupakan mobil listrik premium jenis MPV yang memiliki kapasitas penumpang 7 orang.
Mobil-mobil listrik ini menjadi pelopor industri mobil listrik di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa anak bangsa mampu bersaing dengan produsen mobil listrik dunia.
Namun, nasib mobil listrik buatan Ricky Elson dan tim tidak berjalan mulus. Salah satu kendalanya adalah kurangnya dukungan dari pemerintah dan masyarakat, yang masih skeptis terhadap mobil listrik.
Selain itu, ada juga masalah hukum yang menimpa Dahlan Iskan, yang diduga melakukan korupsi terkait proyek mobil listrik. Ricky Elson sendiri mengaku tidak mendapatkan keuntungan finansial dari pembuatan mobil listrik.
Dia bahkan menghabiskan sebagian besar tabungannya untuk membiayai riset dan pengembangan mobil listrik. Ricky juga mengaku pernah mendapat tawaran dana riset dari rekannya dari negara seberang, namun dia menolaknya karena ingin mobil listriknya tetap diproduksi di Indonesia.
Saat ini, Ricky Elson menetap dan membuka sebuah tempat yang disebut Lentera Bumi Nusantara di sebuah desa di ujung selatan Tasikmalaya, yaitu Ciheras. Di desa ini, dia mencoba membuat berbagai riset dengan bantuan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) yang dibuat sendiri.
Ricky juga beternak sapi dan kambing, serta berkebun, untuk mengembangkan potensi sumber daya alam di desa tersebut. Meski namanya seakan tak mencuat lagi dengan mobil listriknya, Ricky Elson tetap menjadi sosok yang menginspirasi banyak orang, khususnya generasi muda Indonesia, untuk terus berkarya dan berinovasi.
Selain Tucuxi dan Selo, Ricky Elson juga terlibat dalam pembuatan mobil listrik lainnya, seperti Gendhis, yang merupakan mobil listrik premium jenis MPV yang memiliki kapasitas penumpang 7 orang.
Mobil-mobil listrik ini menjadi pelopor industri mobil listrik di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa anak bangsa mampu bersaing dengan produsen mobil listrik dunia.
Namun, nasib mobil listrik buatan Ricky Elson dan tim tidak berjalan mulus. Salah satu kendalanya adalah kurangnya dukungan dari pemerintah dan masyarakat, yang masih skeptis terhadap mobil listrik.
Selain itu, ada juga masalah hukum yang menimpa Dahlan Iskan, yang diduga melakukan korupsi terkait proyek mobil listrik. Ricky Elson sendiri mengaku tidak mendapatkan keuntungan finansial dari pembuatan mobil listrik.
Dia bahkan menghabiskan sebagian besar tabungannya untuk membiayai riset dan pengembangan mobil listrik. Ricky juga mengaku pernah mendapat tawaran dana riset dari rekannya dari negara seberang, namun dia menolaknya karena ingin mobil listriknya tetap diproduksi di Indonesia.
Saat ini, Ricky Elson menetap dan membuka sebuah tempat yang disebut Lentera Bumi Nusantara di sebuah desa di ujung selatan Tasikmalaya, yaitu Ciheras. Di desa ini, dia mencoba membuat berbagai riset dengan bantuan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) yang dibuat sendiri.
Ricky juga beternak sapi dan kambing, serta berkebun, untuk mengembangkan potensi sumber daya alam di desa tersebut. Meski namanya seakan tak mencuat lagi dengan mobil listriknya, Ricky Elson tetap menjadi sosok yang menginspirasi banyak orang, khususnya generasi muda Indonesia, untuk terus berkarya dan berinovasi.
(okt)