Ganjar Pranowo Bahas Infrastruktur Pendidikan di Papua: Ternyata Masih Ada 600 Ribu Anak Tidak Sekolah
loading...
A
A
A
"Terima kasih atas kedatangan Bapak. Saya mewakili masyarakat Kokoda mendukung Bapak di Pilpres yang akan datang," tandas Ibrahim.
Permasalahan Infrastruktur pendidikan di Papua masih menjadi penyebab dari masalah besar. Dilansir dari salah satu media nasional, lebih dari 620 ribu anak di jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK di Papua tidak bersekolah atau tidak menyelesaikan pendidikannya.
Baca juga: Ganjar Pranowo: Fokus Utama Saya Pendidikan dan Kesehatan
Penyebabnya kompleks, dan solusi yang tepat harus dicari dengan hati-hati karena adanya berbagai keterbatasan.
Menurut pakar pendidikan dari Universitas Papua, Dr. Agus Irianto Sumule, kekurangan tenaga guru menjadi masalah mendasar.
"Problem mendasarnya itu, kalau saya melihatnya, adalah kekurangan tenaga guru. Kita menyelesaikan masalah pendidikan, itu harus dimulai dari ketersediaan tenaga guru, baik tenaga guru untuk tingkat PAUD, SD, SMP, SMA, dan SMK," kata Agus.
Data yang dikirimkan Agus mencatat lebih dari 244 ribu anak di jenjang SD, lebih dari 224 ribu di jenjang SMP, dan lebih dari 151 ribu di jenjang SMA/SMK tidak bersekolah.
Kekurangan lebih dari 20 ribu guru di seluruh Papua menjadi salah satu tantangan utama.
Langkah mengatasi masalah ini antara lain dengan merekrut guru melalui skema Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Namun, proses tersebut menghadapi kendala di beberapa provinsi Papua, yang tergolong lamban dalam menutupi kebutuhan guru.
Derek Hegemur, Pelaksana Harian Sekretaris Daerah Papua, memastikan bahwa proses tersebut akan selesai pada bulan Juni.
Selain kekurangan guru, Papua juga dihadapkan pada persoalan geografis yang menyulitkan akses anak-anak ke sekolah. Solusi seperti konsep asrama tengah diwacanakan untuk mengatasi jarak tempuh yang jauh.
Tantangan lainnya adalah kesadaran orang tua di Papua untuk melihat pendidikan sebagai kebutuhan penting bagi anak-anak mereka.
Infrastruktur Pendidikan di Papua dan 600 Ribu Anak Papua Putus Sekolah
Permasalahan Infrastruktur pendidikan di Papua masih menjadi penyebab dari masalah besar. Dilansir dari salah satu media nasional, lebih dari 620 ribu anak di jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK di Papua tidak bersekolah atau tidak menyelesaikan pendidikannya.
Baca juga: Ganjar Pranowo: Fokus Utama Saya Pendidikan dan Kesehatan
Penyebabnya kompleks, dan solusi yang tepat harus dicari dengan hati-hati karena adanya berbagai keterbatasan.
Menurut pakar pendidikan dari Universitas Papua, Dr. Agus Irianto Sumule, kekurangan tenaga guru menjadi masalah mendasar.
"Problem mendasarnya itu, kalau saya melihatnya, adalah kekurangan tenaga guru. Kita menyelesaikan masalah pendidikan, itu harus dimulai dari ketersediaan tenaga guru, baik tenaga guru untuk tingkat PAUD, SD, SMP, SMA, dan SMK," kata Agus.
Data yang dikirimkan Agus mencatat lebih dari 244 ribu anak di jenjang SD, lebih dari 224 ribu di jenjang SMP, dan lebih dari 151 ribu di jenjang SMA/SMK tidak bersekolah.
Kekurangan lebih dari 20 ribu guru di seluruh Papua menjadi salah satu tantangan utama.
Langkah mengatasi masalah ini antara lain dengan merekrut guru melalui skema Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Namun, proses tersebut menghadapi kendala di beberapa provinsi Papua, yang tergolong lamban dalam menutupi kebutuhan guru.
Derek Hegemur, Pelaksana Harian Sekretaris Daerah Papua, memastikan bahwa proses tersebut akan selesai pada bulan Juni.
Selain kekurangan guru, Papua juga dihadapkan pada persoalan geografis yang menyulitkan akses anak-anak ke sekolah. Solusi seperti konsep asrama tengah diwacanakan untuk mengatasi jarak tempuh yang jauh.
Tantangan lainnya adalah kesadaran orang tua di Papua untuk melihat pendidikan sebagai kebutuhan penting bagi anak-anak mereka.