Kemendikbudristek Jelaskan Alasan Penting Indonesia Ikut PISA 2022
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia mengikuti PISA sejak tahun 2000 hingga survei terakhir yang dilakukan 2022. Kemendikbudristek menjelaskan alasan penting di balik keikutsertaan Indonesia di survei yang dilakukan di negara Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) ini.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek Anindito Aditomo mengatakan, pada 2022 ini Kemendikbudristek tetap mengikuti PISA meski hasilnya akan jelek akibat dampak pandemi Covid-19 sehingga sekolah ditutup dan menyebabkan learning loss.
"2022 kita tetap ikut meski sudah bukan kejutan lagi hasil PISA kita turun karena kita sudah tahu sejak awal pasti turun," katanya pada diskusi di Jakarta, dikutip Jumat (8/12/2023).
Nino mengatakan, namun jika Indonesia tidak mengikuti PISA 2022 maka pemerintah tidak mempunyai data berapa turunnya skor PISA Indonesia dibandingkan dengan negara lain.
Baca juga: Dihantam Pandemi Covid-19, Peringkat Indonesia di PISA 2022 Naik
"Value dari PISA adalah kita bisa membandingkan dengan negara-negara lain dan bisa memantau perkembangannya sejak tahun 2000," lanjut Nino.
Nino mengatakan, mengikuti PISA itu sebetulnya sebuah pilihan dan tetap mengikuti PISA 2022 adalah sebagai komitmen Kemendikbudristek untuk perencanaan pendidikan di Tanah Air yang berbasis data.
"Ini komitmen kita terhadap pentingnya evaluasi sistem pendidikan berdasarkan kualitas hasil belajar meski kita tahu saat diumumkan akan dikritik karena skornya turun," imbuhnya.
Oleh karena, dia mengatakan, alasan Indonesia tetap mengikuti PISA 2022 ini adalah sebagai komitmen Kemendikbudristek terhadap pentingnya data tentang hasil belajar, kualitas pembelajaran sebagai evaluasi, dan juga umpan balik untuk sistem kebijakan pendidikan.
Selain itu dia menuturkan, keikutsertaan Indonesia di PISA sudah tertuang dalam draft UU tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) yang memerlukan hasil PISA untuk mengukur capaian pembangunan di Indonesia dari lembaga lain yang bereputasi.
Baca juga: Kemenag Latih 54.036 Guru Madrasah untuk Tingkatkan Hasil PISA Indonesia
"Kita perlu evaluasi objektif untuk melihat seberapa baik dan kurang baik sistem penidikan kita dari tahun ke tahunu dilakukan oleh pihak eksternal," tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, peringkat hasil belajar literasi Indonesia berhasil naik 5 sampai 6 posisi dibanding hasil PISA 2018. Untuk literasi matematika, peringkat Indonesia di PISA 2022 juga naik 5 posisi, sedangkan untuk literasi sains naik 6 posisi.
PISA diselenggarakan setiap tiga tahun oleh OECD untuk mengukur literasi membaca, matematika, dan sains pada murid berusia 15 tahun. Pada 2022, PISA diikuti oleh 81 negara, yang terdiri dari 37 negara OECD dan 44 negara mitra.
Selain menggunakan PISA, sejak 2021 Indonesia telah melaksanakan Asesmen Nasional (AN) untuk memetakan kualitas pendidikan di setiap sekolah dan daerah secara lebih komprehensif.
Selain itu, Nino mengatakan, hasil PISA 2022 belum bisa dikaitkan dengan implementasi Kurikulum Merdeka. Hal ini karena, ujar Nino, survei PISA dilakukan pada pertengahan 2022 sementara Kurikulum Merdeka baru diluncurkan 201 dan berjaalan di 3.000 sekolah.
"Ini baru satu persen sekolah kita menerapkan (Kurikulum Merdeka di tahun 2022) satu persen dari 140 ribu. Jadi, PISA Tahun 2022 itu belum ada dampak Kurikulum Merdeka-nya," ungkapnya.
Apalagi, kata dia, sampel PISA sangat kecil, hanya 400 sekolah. "Jadi, kalau ada postingan-postingan yang bilang 'wah, turunnya PISA 2022 itu karena Kurikulum Merdeka', itu enggak logis sama sekali, tolong dimengerti itu," kata Nino.
Dia mengatakan Kurikulum Merdeka mulai bisa menunjukkan dampak paling cepat setelah penerapan tiga tahun. Dengan asumsi tersebut, evaluasi Kurikulum Merdeka baru bisa dilakukan saat melihat skor PISA 2025.
"Paling cepat Tahun 2025 karena Kurikulum Merdeka diterapkan setelah PISA 2022, PISA 2022 enggak bisa mengevaluasi Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka baru diterapkan 2022, 2023, 2024, dan ya 2025 lumayanlah ada tiga tahun, sudah mulai bisa dipakai (PISA) untuk ngecek," pungkasnya.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek Anindito Aditomo mengatakan, pada 2022 ini Kemendikbudristek tetap mengikuti PISA meski hasilnya akan jelek akibat dampak pandemi Covid-19 sehingga sekolah ditutup dan menyebabkan learning loss.
"2022 kita tetap ikut meski sudah bukan kejutan lagi hasil PISA kita turun karena kita sudah tahu sejak awal pasti turun," katanya pada diskusi di Jakarta, dikutip Jumat (8/12/2023).
Nino mengatakan, namun jika Indonesia tidak mengikuti PISA 2022 maka pemerintah tidak mempunyai data berapa turunnya skor PISA Indonesia dibandingkan dengan negara lain.
Baca juga: Dihantam Pandemi Covid-19, Peringkat Indonesia di PISA 2022 Naik
"Value dari PISA adalah kita bisa membandingkan dengan negara-negara lain dan bisa memantau perkembangannya sejak tahun 2000," lanjut Nino.
Nino mengatakan, mengikuti PISA itu sebetulnya sebuah pilihan dan tetap mengikuti PISA 2022 adalah sebagai komitmen Kemendikbudristek untuk perencanaan pendidikan di Tanah Air yang berbasis data.
"Ini komitmen kita terhadap pentingnya evaluasi sistem pendidikan berdasarkan kualitas hasil belajar meski kita tahu saat diumumkan akan dikritik karena skornya turun," imbuhnya.
Oleh karena, dia mengatakan, alasan Indonesia tetap mengikuti PISA 2022 ini adalah sebagai komitmen Kemendikbudristek terhadap pentingnya data tentang hasil belajar, kualitas pembelajaran sebagai evaluasi, dan juga umpan balik untuk sistem kebijakan pendidikan.
Selain itu dia menuturkan, keikutsertaan Indonesia di PISA sudah tertuang dalam draft UU tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) yang memerlukan hasil PISA untuk mengukur capaian pembangunan di Indonesia dari lembaga lain yang bereputasi.
Baca juga: Kemenag Latih 54.036 Guru Madrasah untuk Tingkatkan Hasil PISA Indonesia
"Kita perlu evaluasi objektif untuk melihat seberapa baik dan kurang baik sistem penidikan kita dari tahun ke tahunu dilakukan oleh pihak eksternal," tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, peringkat hasil belajar literasi Indonesia berhasil naik 5 sampai 6 posisi dibanding hasil PISA 2018. Untuk literasi matematika, peringkat Indonesia di PISA 2022 juga naik 5 posisi, sedangkan untuk literasi sains naik 6 posisi.
PISA diselenggarakan setiap tiga tahun oleh OECD untuk mengukur literasi membaca, matematika, dan sains pada murid berusia 15 tahun. Pada 2022, PISA diikuti oleh 81 negara, yang terdiri dari 37 negara OECD dan 44 negara mitra.
Selain menggunakan PISA, sejak 2021 Indonesia telah melaksanakan Asesmen Nasional (AN) untuk memetakan kualitas pendidikan di setiap sekolah dan daerah secara lebih komprehensif.
Selain itu, Nino mengatakan, hasil PISA 2022 belum bisa dikaitkan dengan implementasi Kurikulum Merdeka. Hal ini karena, ujar Nino, survei PISA dilakukan pada pertengahan 2022 sementara Kurikulum Merdeka baru diluncurkan 201 dan berjaalan di 3.000 sekolah.
"Ini baru satu persen sekolah kita menerapkan (Kurikulum Merdeka di tahun 2022) satu persen dari 140 ribu. Jadi, PISA Tahun 2022 itu belum ada dampak Kurikulum Merdeka-nya," ungkapnya.
Apalagi, kata dia, sampel PISA sangat kecil, hanya 400 sekolah. "Jadi, kalau ada postingan-postingan yang bilang 'wah, turunnya PISA 2022 itu karena Kurikulum Merdeka', itu enggak logis sama sekali, tolong dimengerti itu," kata Nino.
Dia mengatakan Kurikulum Merdeka mulai bisa menunjukkan dampak paling cepat setelah penerapan tiga tahun. Dengan asumsi tersebut, evaluasi Kurikulum Merdeka baru bisa dilakukan saat melihat skor PISA 2025.
"Paling cepat Tahun 2025 karena Kurikulum Merdeka diterapkan setelah PISA 2022, PISA 2022 enggak bisa mengevaluasi Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka baru diterapkan 2022, 2023, 2024, dan ya 2025 lumayanlah ada tiga tahun, sudah mulai bisa dipakai (PISA) untuk ngecek," pungkasnya.
(nnz)