Dosen Universitas Paramadina: Indonesia Perlu Antisipasi Perlambatan Ekonomi China

Jum'at, 29 Desember 2023 - 13:17 WIB
loading...
A A A
Mereka memilih untuk menjalani hidup santai atau bahkan menjadi ‘anak penuh waktu.’ Dalam pandangannya, fenomena yang muncul di sebagian kalangan anak muda China ini merupakan akibat dari kejenuhan mereka terhadap dunia kerja di China yang cenderung menerapkan waktu kerja yang panjang.

“Sebagian anak-anak muda di China nampaknya mengalami kejenuhan dengan tren bekerja yang dikenal sebagai budaya kerja ‘996,’ yang mengharuskan mereka bekerja dari pukul 9 hingga pukul 21 selama 6 hari dalam satu minggu,” tutur Johanes.

Senada dengan Iksan, Johanes pun berpandangan bahwa perlambatan ekonomi yang menerpa China perlu menjadi bahan refleksi bagi negara-negara tersebut. “Sebagai langkah antisipasi, penting bagi Indonesia untuk memastikan tersedianya mitra-mitra dagang maupun sumber-sumber investasi alternative,” tutur Johanes.

Selain isu ekonomi, dalam refleksinya mengenai perkembangan terkait China sepanjang tahun 2023 itu, Johanes juga menyoroti permasalahan mengenai keamanan kawasan Asia Timur dan Tenggara.

Menurutnya, ketegangan di Selat Taiwan adalah salah satu isu yang penting untuk diperhatikan. Berdasarkan pemaparannya, sejak di tahun 2022, terdapat kekhawatiran di kalangan pemerhati China dan Hubungan Internasional terhadap kemungkinan China mengambil alih Taiwan, pulau yang oleh China dianggap sebagai miliknya, dengan jalan kekerasan.

Kekhawatiran tersebut, lanjut Johanes, masih berkembang hingga di sepanjang tahun 2023. Salah satu penyebab bertahannya kekhawatiran itu adalah karena dalam pidatonya di Kongres Nasional PKC ke 20 pada bulan Oktober 2022, Presiden RRC Xi Jinping menyatakan bahwa meski China akan mengupayakan reunifikasi Taiwan dengan China secara damai, namun Xi tidak berjanji untuk mengesampingkan penggunaan kekuatan.

“Xi Jinping menyatakan akan menggunakan cara apapun yang diperlukan untuk melaksanakan reunifikasi tersebut,” pungkasnya. Ia juga menyatakan bahwa kekhawatiran di atas makin merebak seiring dengan munculnya berbagai ketegangan yang terjadi di Selat Taiwan, yang terkait dengan peristiwa saling mengunjungi antara petinggi-petinggi Taiwan dan anggota-anggota parlemen Amerika Serikat (AS).

“Ketegangan yang masih berlangsung di tahun 2023 itu tentu berpotensi merambat ke kawasan Asia Tenggara,” pungkasnya. Namun menurut Johanes, di sepanjang 2023, kawasan Asia Tenggara sendiri pun dilanda ketegangan terkait sengketa antara China dan beberapa negara Asia Tenggara di Laut China Selatan (LCS).

“Sepanjang tahun 2023, RRC tidak mengurangi tindakan agresifnya di Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) milik beberapa negara-negara Asia Tenggara. Bahkan dalam kasus antara China dan Filipina, ketegangan semakin meningkat, sebagai akibat dari berbagai tindakan provokatif yang dilakukan oleh kapal-kapal penjaga pantai China, bersama dengan milisi maritime mereka, terhadap pihak Filipina,” tuturnya.

Ia menilai bahwa ketegangan bahkan berkembang semakin tajam lagi seiring dengan keputusan Filipina untuk bekerja sama dengan kekuatan-kekuatan dari luar kawasan, antara lain dengan kekuatan laut AS dan Australia, untuk melakukan patroli demi mencegah tindakan agresif China.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2292 seconds (0.1#10.140)