Jalan Terjal Anak Panti Asuhan Asal Tasik Meraih Beasiswa LPDP di UI
loading...
A
A
A
JAKARTA - Anas Anwar Nasirin adalah pria asal Tasikmalaya yang berhasil meraih beasiswa LPDP untuk kuliah S2 di UI. Anas yang sedari kecil hidup di panti asuhan ini ingin menggapai citanya menjadi sejarawan.
Anas kuliah Magister Ilmu Sejarah di Universitas Indonesia dengan Beasiswa Prasejahtera LPDP. Ini adalah kisahnya yang menginspirasi dan memotivasi dari pria kelahiran 1997 asal kecamatan Cikalong, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Setelah ayahnya meninggal dunia, ibu Anas membesarkan ketiga anaknya seorang diri dengan menjadi buruh tani yang penghasilannya tidak menentu lantaran harus bergantung pada musim tanam saja.
Bahkan ibunya pun tidak maksimal bekerja karena terkena stroke ringan dan diabetes. Ibunya sempat ingin bekerja menjadi pekerja migran di Arab Saudi namun tidak jadi karena tidak tega meninggalkan anak-anaknya sendiri di Indonesia.
Sadar betul akan kondisi yang sulit dari keluarga prasejahtera, anak sulung dari empat bersaudara ini mengumpulkan tekad untuk bertarung dengan kesulitan yang ada.
“Pada saat itu semangat saya tidak berhenti, malah semakin tumbuh. Saya meminta bantuan kepada tetangga yang memiliki saudara yang bekerja di Panti Asuhan Al-Rasyid Subang. Saya minta untuk diizinkan untuk tinggal di Panti Asuhan Al-Rasyid Subang.” katanya, dikutip dari laman LPDP, Kamis (8/2/2024).
Baca juga: Kisah Rozikin, Lolos Beasiswa LPDP dalam Sekali Percobaaan, Siap Dedikasikan Ilmu di Daerah Asal
Berbekal uang Rp100 ribu sisa dari bantuan pemerintah untuk keluarga miskin, ia merantau ke Subang dan menghabiskan masa kecil hingga remajanya di panti asuhan.
Dengan tekad mau mengubah garis hidup, ia melahap banyak buku motivasi. Buku-buku tersebut berhasil membawanya menjadi siswa berprestasi di sekolah. Ia selalu masuk peringkat 3 besar hingga SMP.
Lepas SMP, ia harus kembali ke Tasik karena tuntutan membantu ekonomi keluarganya. Ia pun menjadi buruh konveksi. Namun Anas tidak betah karena motivasinya untuk mengangkat derajat keluarga hanya bisa diwujudkan melalui pendidikan.
Jalan keluar pun digali dengan mencari panti asuhan baru yang menyediakan fasilitas sekolah gratis dan menemukannya di Panti Asuhan Darul Inayah di Kabupaten Bandung Barat.
Prestasinya mempertahankan juara pertama atau kedua selama di SMA akhirnya menjadi modal berharga untuk mendaftar kampus melalui Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Ia diterima di jurusan Ilmu Sejarah Universitas Padjadjaran.
Anas kuliah Magister Ilmu Sejarah di Universitas Indonesia dengan Beasiswa Prasejahtera LPDP. Ini adalah kisahnya yang menginspirasi dan memotivasi dari pria kelahiran 1997 asal kecamatan Cikalong, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Ditinggal Ayah, Dibesarkan Ibu yang Berprofesi Buruh Tani
Setelah ayahnya meninggal dunia, ibu Anas membesarkan ketiga anaknya seorang diri dengan menjadi buruh tani yang penghasilannya tidak menentu lantaran harus bergantung pada musim tanam saja.
Bahkan ibunya pun tidak maksimal bekerja karena terkena stroke ringan dan diabetes. Ibunya sempat ingin bekerja menjadi pekerja migran di Arab Saudi namun tidak jadi karena tidak tega meninggalkan anak-anaknya sendiri di Indonesia.
Pergi Merantau dengan Uang Rp100 ribu, Hidup di Panti Asuhan
Sadar betul akan kondisi yang sulit dari keluarga prasejahtera, anak sulung dari empat bersaudara ini mengumpulkan tekad untuk bertarung dengan kesulitan yang ada.
“Pada saat itu semangat saya tidak berhenti, malah semakin tumbuh. Saya meminta bantuan kepada tetangga yang memiliki saudara yang bekerja di Panti Asuhan Al-Rasyid Subang. Saya minta untuk diizinkan untuk tinggal di Panti Asuhan Al-Rasyid Subang.” katanya, dikutip dari laman LPDP, Kamis (8/2/2024).
Baca juga: Kisah Rozikin, Lolos Beasiswa LPDP dalam Sekali Percobaaan, Siap Dedikasikan Ilmu di Daerah Asal
Berbekal uang Rp100 ribu sisa dari bantuan pemerintah untuk keluarga miskin, ia merantau ke Subang dan menghabiskan masa kecil hingga remajanya di panti asuhan.
Dengan tekad mau mengubah garis hidup, ia melahap banyak buku motivasi. Buku-buku tersebut berhasil membawanya menjadi siswa berprestasi di sekolah. Ia selalu masuk peringkat 3 besar hingga SMP.
Lepas SMP, ia harus kembali ke Tasik karena tuntutan membantu ekonomi keluarganya. Ia pun menjadi buruh konveksi. Namun Anas tidak betah karena motivasinya untuk mengangkat derajat keluarga hanya bisa diwujudkan melalui pendidikan.
Jalan keluar pun digali dengan mencari panti asuhan baru yang menyediakan fasilitas sekolah gratis dan menemukannya di Panti Asuhan Darul Inayah di Kabupaten Bandung Barat.
Prestasinya mempertahankan juara pertama atau kedua selama di SMA akhirnya menjadi modal berharga untuk mendaftar kampus melalui Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Ia diterima di jurusan Ilmu Sejarah Universitas Padjadjaran.