Cerita Wayan, Anak Penjual Telur Keliling dari Bali Diterima di UGM Tanpa Tes

Kamis, 27 Juni 2024 - 07:27 WIB
loading...
A A A
“Waktu itu ada bule lewat, beli lima tapi dia bayar Rp50 ribu. Saya jadi semangat untuk berjualan,” kenangnya.

Nazar Sang Ibunda


Selain dari penghasilan dari berjualan telur, keluarga ini juga mengandalkan dari pekerjaan sang ibu yang menjadi pengrajin tenun kain gringsing. Untuk satu kain dikerjakan sekitar 1 hingga 1,5 bulan tergantung dari ukuran kain yang dipesan. “Untuk satu kain, saya dapat 600 ribu rupiah,” kata Ni Luh.

Penghasilan dari berjualan telur dan menjadi pengrajin tenun, bagi Ni Luh sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari dan membayar kontrakan.

Karenanya tidak terbesit dibenaknya untuk menguliahkan Wayan ke universitas. Yang terpikirkan olehnya adalah besarnya biaya yang harus mereka keluarkan nantinya.

Meski berat untuk melepaskan anak mendaftarkan kuliah di Jawa, namun Ni LUh mengaku dirinya luluh saat melihat kegigihan anak sulungya tersebut. Yang bisa ia lakukan adalah dengan berdoa di setiap waktu sembahyang.

Bahkan Ni Luh sempat bernazar, jika Wayan lulus, ia akan membawa sesaji pejati dalam tradisi Hindu untuk dibawa ke pura.
“Karena sudah janji saya. Itu pun saya laksanakan pas hari odalan, kurang lebih satu bulan saat sembahyang setelah Wayan dapat pengumuman (kuliah) di UGM. Saya sendiri ke sana (Pura), bapak tidak tahu. Saya bawa ayam, pisang, jajan, buah-buahan. Saya antar ke pura,” pungkasnya.
(nnz)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1463 seconds (0.1#10.140)