Bangun Kapasitas untuk Dorong Inovasi: Rekapreneur dan Kedaireka Academy sebagai Katalis Ekosistem Inovasi Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia sedang berada di titik di mana kolaborasi inovasi antara akademisi dan industri semakin penting. Dalam konteks ini, dua program penting, Rekapreneur dan Kedaireka Academy, muncul sebagai inisiatif yang menjembatani kesenjangan antara perguruan tinggi dan dunia industri.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Diktiristek) Abdul Haris mengatakan, penting bagi kita untuk membangun kapasitas yang kuat di seluruh komponen ekosistem inovasi.
“Program seperti Rekapreneur dan Kedaireka Academy dirancang untuk memberdayakan para akademisi dan praktisi industri agar dapat bekerja sama lebih efektif. Dengan kapasitas yang tepat, kita bisa memastikan bahwa kolaborasi ini tidak hanya menghasilkan ide-ide brilian, tetapi juga solusi yang dapat diterapkan dan berdampak nyata pada kemajuan Indonesia," tuturnya.
Namun, keberhasilan program-program ini sangat bergantung pada upaya membangun kapasitas yang memadai bagi para insan perguruan tinggi dan industri untuk berkolaborasi. Apa yang membuat kapasitas ini begitu penting, dan bagaimana hal ini dapat memperkuat ekosistem inovasi di Indonesia?
Membangun Pemahaman dan Keterampilan Kolaboratif
Rekapreneur, sebagai program yang menyediakan kegiatan mentoring antara calon pengusul dari perguruan tinggi dengan calon mitra bisnis dan industri, memiliki tujuan utama menciptakan pemahaman bersama. Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah kurangnya pengalaman praktis para akademisi dalam menjalin kemitraan yang efektif dengan industri.
Matrissya Hermita, Direktur PMO Kedaireka 2024, menjelaskan, program ini tidak hanya tentang mempertemukan akademisi dengan industri, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalin kemitraan yang sukses.
Demikian pula, Kedaireka Academy, yang menawarkan pelatihan dan mentoring mendalam, menghadapi tantangan kompleksitas proses pengajuan Matching Fund atau Program Dana Padanan (PDP). Proses ini membutuhkan pemahaman yang kuat tentang strategi kolaborasi, kepatuhan terhadap regulasi, dan penyesuaian dengan standar DIKTI.
"Di Kedaireka Academy, kami memastikan peserta memahami setiap tahapan proses dan memiliki panduan yang jelas untuk mencapai tujuan mereka," kata Matrissya menambahkan.
Kolaborasi yang sukses membutuhkan pemahaman dan kesepahaman yang mendalam antara semua pihak yang terlibat. Di sinilah kapasitas menjadi kunci. Rekapreneur membantu menjembatani kesenjangan ini dengan membangun komunikasi yang efektif dan menyelaraskan tujuan antara akademisi dan mitra industri sebelum terjalinnya kesepakatan atau kolaborasi.
"Keselarasan tujuan antara akademisi dan industri adalah fondasi dari kolaborasi yang sukses. Ini adalah hal yang selalu kami tekankan dalam setiap sesi mentoring," ujar Matrissya Hermita.
Kedaireka Academy, di sisi lain, memastikan bahwa baik mitra perguruan tinggi maupun bisnis berada pada jalur yang sama dalam hal harapan, jadwal, dan hasil proyek. Hal ini sangat penting mengingat bahwa kolaborasi yang tidak sejalan dapat menyebabkan kegagalan proyek dan hilangnya peluang pendanaan.
Meningkatkan Tingkat Keberhasilan Proposal
Keberhasilan dalam memperoleh pendanaan melalui program Matching Fund atau Program Dana Padanan (PDP) sangat bergantung pada kualitas proposal yang diajukan. Untuk membantu akademisi dan mitra industri menyusun proposal yang kompetitif, program seperti Rekapreneur dan Kedaireka Academy memberikan pendampingan intensif dan pelatihan yang mendalam. Dalam Rekapreneur, peserta diajarkan untuk menyelaraskan tujuan akademis dengan kebutuhan industri sejak awal proses, memastikan bahwa proposal mereka relevan dan memiliki potensi untuk diterapkan secara praktis.
Kedaireka Academy, di sisi lain, berfokus pada strategi penulisan proposal yang efektif. Peserta diberi pemahaman mendalam tentang struktur dan komponen penting dalam proposal, seperti bagaimana menyusun argumen yang kuat dan merancang rencana anggaran yang realistis. Selain itu, pelatihan ini juga menekankan pentingnya memahami kriteria penilaian yang digunakan oleh DIKTI, sehingga peserta dapat menyesuaikan proposal mereka dengan standar yang diharapkan.
Program-program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri para peserta dalam mengajukan proposal. Banyak akademisi yang merasa kurang yakin dalam menjalin kemitraan dengan industri atau dalam menyusun proposal yang memenuhi standar pemerintah. Melalui bimbingan yang komprehensif, peserta didorong untuk percaya pada kemampuan mereka, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas proposal yang diajukan.
Dengan pendekatan yang tepat dalam penyusunan proposal, diharapkan tingkat keberhasilan dalam memperoleh pendanaan akan meningkat. Ini tidak hanya menguntungkan para pengusul, tetapi juga memberikan dampak positif yang lebih luas bagi ekosistem inovasi di Indonesia, memungkinkan lebih banyak proyek inovatif untuk direalisasikan dan memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan ekonomi dan sosial.
Plt. Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kemendikbud, Tjitjik Sri Tjahjandarie mengatakan, keberhasilan dalam memperoleh pendanaan, seperti melalui Program Dana Padanan, sangat bergantung pada kualitas proposal yang diajukan.
“Melalui program-program seperti Rekapreneur dan Kedaireka Academy, kami berkomitmen untuk membekali akademisi dan mitra industri dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menyusun proposal yang kompetitif dan relevan. Dengan pendampingan intensif dan pelatihan yang mendalam, kami berharap dapat meningkatkan kualitas proposal dan, pada gilirannya, mendukung keberhasilan inovasi yang berkontribusi pada pembangunan ekonomi dan sosial Indonesia," paparnya.
Kontribusi terhadap Ekosistem Inovasi Indonesia
Apa dampaknya terhadap ekosistem inovasi Indonesia secara keseluruhan? Jawabannya terletak pada kemampuan program-program ini untuk memfasilitasi inovasi yang berkelanjutan. Dengan membangun kapasitas, Rekapreneur dan Kedaireka Academy memberdayakan para peserta untuk berpikir kreatif dan mengembangkan solusi yang relevan dengan tantangan dunia nyata.
Menurut laporan Global Innovation Index 2023, Indonesia masih berada pada peringkat 87 dari 132 negara dalam hal inovasi. Namun, dengan inisiatif seperti Rekapreneur dan Kedaireka Academy, Indonesia memiliki peluang besar untuk memperbaiki posisi ini dengan menciptakan sinergi yang lebih baik antara akademisi dan industri.
Terakhir, program yang dikelola dengan baik akan lebih mungkin menghasilkan proyek yang berkelanjutan dan dapat menarik investasi jangka panjang. Dalam konteks ini, membangun kapasitas bukan hanya tentang peningkatan keterampilan, tetapi juga tentang menciptakan dasar yang kuat untuk pertumbuhan ekosistem inovasi yang lebih luas di Indonesia.
"Kami berharap program-program ini dapat menciptakan inovasi yang tidak hanya berdampak lokal, tetapi juga memiliki potensi global. Ini adalah perjalanan jangka panjang, dan kami berkomitmen untuk mendukung setiap langkahnya," tutur Matrissya Hermita.
Lihat Juga: Wahyudi, Guru Inspirator: Melampaui Keterbatasan, Menembus Segala Hambatan Menjadi Kemungkinan
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Diktiristek) Abdul Haris mengatakan, penting bagi kita untuk membangun kapasitas yang kuat di seluruh komponen ekosistem inovasi.
“Program seperti Rekapreneur dan Kedaireka Academy dirancang untuk memberdayakan para akademisi dan praktisi industri agar dapat bekerja sama lebih efektif. Dengan kapasitas yang tepat, kita bisa memastikan bahwa kolaborasi ini tidak hanya menghasilkan ide-ide brilian, tetapi juga solusi yang dapat diterapkan dan berdampak nyata pada kemajuan Indonesia," tuturnya.
Namun, keberhasilan program-program ini sangat bergantung pada upaya membangun kapasitas yang memadai bagi para insan perguruan tinggi dan industri untuk berkolaborasi. Apa yang membuat kapasitas ini begitu penting, dan bagaimana hal ini dapat memperkuat ekosistem inovasi di Indonesia?
Membangun Pemahaman dan Keterampilan Kolaboratif
Rekapreneur, sebagai program yang menyediakan kegiatan mentoring antara calon pengusul dari perguruan tinggi dengan calon mitra bisnis dan industri, memiliki tujuan utama menciptakan pemahaman bersama. Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah kurangnya pengalaman praktis para akademisi dalam menjalin kemitraan yang efektif dengan industri.
Matrissya Hermita, Direktur PMO Kedaireka 2024, menjelaskan, program ini tidak hanya tentang mempertemukan akademisi dengan industri, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalin kemitraan yang sukses.
Demikian pula, Kedaireka Academy, yang menawarkan pelatihan dan mentoring mendalam, menghadapi tantangan kompleksitas proses pengajuan Matching Fund atau Program Dana Padanan (PDP). Proses ini membutuhkan pemahaman yang kuat tentang strategi kolaborasi, kepatuhan terhadap regulasi, dan penyesuaian dengan standar DIKTI.
"Di Kedaireka Academy, kami memastikan peserta memahami setiap tahapan proses dan memiliki panduan yang jelas untuk mencapai tujuan mereka," kata Matrissya menambahkan.
Kolaborasi yang sukses membutuhkan pemahaman dan kesepahaman yang mendalam antara semua pihak yang terlibat. Di sinilah kapasitas menjadi kunci. Rekapreneur membantu menjembatani kesenjangan ini dengan membangun komunikasi yang efektif dan menyelaraskan tujuan antara akademisi dan mitra industri sebelum terjalinnya kesepakatan atau kolaborasi.
"Keselarasan tujuan antara akademisi dan industri adalah fondasi dari kolaborasi yang sukses. Ini adalah hal yang selalu kami tekankan dalam setiap sesi mentoring," ujar Matrissya Hermita.
Kedaireka Academy, di sisi lain, memastikan bahwa baik mitra perguruan tinggi maupun bisnis berada pada jalur yang sama dalam hal harapan, jadwal, dan hasil proyek. Hal ini sangat penting mengingat bahwa kolaborasi yang tidak sejalan dapat menyebabkan kegagalan proyek dan hilangnya peluang pendanaan.
Meningkatkan Tingkat Keberhasilan Proposal
Keberhasilan dalam memperoleh pendanaan melalui program Matching Fund atau Program Dana Padanan (PDP) sangat bergantung pada kualitas proposal yang diajukan. Untuk membantu akademisi dan mitra industri menyusun proposal yang kompetitif, program seperti Rekapreneur dan Kedaireka Academy memberikan pendampingan intensif dan pelatihan yang mendalam. Dalam Rekapreneur, peserta diajarkan untuk menyelaraskan tujuan akademis dengan kebutuhan industri sejak awal proses, memastikan bahwa proposal mereka relevan dan memiliki potensi untuk diterapkan secara praktis.
Kedaireka Academy, di sisi lain, berfokus pada strategi penulisan proposal yang efektif. Peserta diberi pemahaman mendalam tentang struktur dan komponen penting dalam proposal, seperti bagaimana menyusun argumen yang kuat dan merancang rencana anggaran yang realistis. Selain itu, pelatihan ini juga menekankan pentingnya memahami kriteria penilaian yang digunakan oleh DIKTI, sehingga peserta dapat menyesuaikan proposal mereka dengan standar yang diharapkan.
Program-program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri para peserta dalam mengajukan proposal. Banyak akademisi yang merasa kurang yakin dalam menjalin kemitraan dengan industri atau dalam menyusun proposal yang memenuhi standar pemerintah. Melalui bimbingan yang komprehensif, peserta didorong untuk percaya pada kemampuan mereka, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas proposal yang diajukan.
Dengan pendekatan yang tepat dalam penyusunan proposal, diharapkan tingkat keberhasilan dalam memperoleh pendanaan akan meningkat. Ini tidak hanya menguntungkan para pengusul, tetapi juga memberikan dampak positif yang lebih luas bagi ekosistem inovasi di Indonesia, memungkinkan lebih banyak proyek inovatif untuk direalisasikan dan memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan ekonomi dan sosial.
Plt. Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kemendikbud, Tjitjik Sri Tjahjandarie mengatakan, keberhasilan dalam memperoleh pendanaan, seperti melalui Program Dana Padanan, sangat bergantung pada kualitas proposal yang diajukan.
“Melalui program-program seperti Rekapreneur dan Kedaireka Academy, kami berkomitmen untuk membekali akademisi dan mitra industri dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menyusun proposal yang kompetitif dan relevan. Dengan pendampingan intensif dan pelatihan yang mendalam, kami berharap dapat meningkatkan kualitas proposal dan, pada gilirannya, mendukung keberhasilan inovasi yang berkontribusi pada pembangunan ekonomi dan sosial Indonesia," paparnya.
Kontribusi terhadap Ekosistem Inovasi Indonesia
Apa dampaknya terhadap ekosistem inovasi Indonesia secara keseluruhan? Jawabannya terletak pada kemampuan program-program ini untuk memfasilitasi inovasi yang berkelanjutan. Dengan membangun kapasitas, Rekapreneur dan Kedaireka Academy memberdayakan para peserta untuk berpikir kreatif dan mengembangkan solusi yang relevan dengan tantangan dunia nyata.
Menurut laporan Global Innovation Index 2023, Indonesia masih berada pada peringkat 87 dari 132 negara dalam hal inovasi. Namun, dengan inisiatif seperti Rekapreneur dan Kedaireka Academy, Indonesia memiliki peluang besar untuk memperbaiki posisi ini dengan menciptakan sinergi yang lebih baik antara akademisi dan industri.
Terakhir, program yang dikelola dengan baik akan lebih mungkin menghasilkan proyek yang berkelanjutan dan dapat menarik investasi jangka panjang. Dalam konteks ini, membangun kapasitas bukan hanya tentang peningkatan keterampilan, tetapi juga tentang menciptakan dasar yang kuat untuk pertumbuhan ekosistem inovasi yang lebih luas di Indonesia.
"Kami berharap program-program ini dapat menciptakan inovasi yang tidak hanya berdampak lokal, tetapi juga memiliki potensi global. Ini adalah perjalanan jangka panjang, dan kami berkomitmen untuk mendukung setiap langkahnya," tutur Matrissya Hermita.
Lihat Juga: Wahyudi, Guru Inspirator: Melampaui Keterbatasan, Menembus Segala Hambatan Menjadi Kemungkinan
(ars)