Wisuda, Universitas Pertamina Siapkan Lulusan dengan Skill Siap Kerja
loading...
A
A
A
JAKARTA - Universitas Pertamina (UP) berkomitmen untuk terus mencetak sarjana atau lulusan siap kerja agar bisa berkontribusi bagi bangsa dan negara. Salah satunya dengan memberikan para mahasiswa dua mata kuliah yang dapat membantu mereka menjadi sumber daya manusia (SDM) unggul yang siap bersaing.
Rektor UP Prof. Akhmaloka mengatakan, kedua mata Kuliah tersebut adalah Creative Problem Solving dan Critical Thinking. Menurutnya, melalui kedua mata kuliah ini, diharapkan para lulusan dari UP dapat berfikir secara kreatif dan kritis dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di dunia kerja.
“Bangsa Indonesia menunggu karya inovatif dari para sarjana untuk bangkit menjadi bangsa yang besar. Jangan lupa untuk selalu mengedepankan karakter yang berkemampuan dan berkebiasaan memberikan yang terbaik (giving the best) yang dijiwai oleh akhlak dan budi pekerti yang mulia,” kata Akhmaloka dalam keterangannya yang diterima SINDOnews, Kamis (27/8/2020). (Baca juga: Gandeng PTN, Kemendikbud Dukung Pengembangan SDM Infrastruktur )
Dijelaskannya, saat wawancara daring usai pelaksanaan kegiatan Wisuda ke-2 UP Tahun Akademik 2019/2020, pada Rabu (26/8), bahwa seorang sarjana juga harus memiliki tanggung jawab sosial yang sama besar dengan ipteks yang mereka miliki. "Ipteks adalah kekuatan intelektual manusia. Kekuatan ini akan menjadi bernilai tinggi bila digunakan untuk kepentingan kemanusiaan dan kemaslahatan masyarakat," ujarnya.
Dari 97 wisudawan UP, terdapat 46 wisudawan yang meraih gelar cumlaude pada Wisuda ke-2 Universitas Pertamina. 77 persen dari wisudawan merupakan lulusan program studi sainstek khususnya program studi dari Fakultas Teknologi Eksplorasi dan Produksi. Ia mengharapkan para wisudawan dapat menjadi harapan baru bagi keberlangsungan dan ketahanan energi nasional di masa depan.
Seperti diketahui, dunia hari ini sedang mengalami fenomena disrupsi (disruption) dan VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, Ambigue). Pergerakan dunia industri dan persaingan kerja tidak lagi linear. Perubahan ini terjadi secara cepat dan menciptakan tatanan baru. Bahkan saat ini kita sudah terbiasa menggunakan kosa kata “New Normal” atau normal baru untuk menjelaskan kondisi hari ini. (Baca juga: 15 Perguruan Tinggi Masuk Klaster 1, Ini Harapan Kemendikbud )
Di era disrupsi dan VUCA seperti saat ini, perguruan tinggi dituntut untuk berkontribusi lebih besar dalam memberikan pelayanan publik melalui berbagai penelitian yang menghasilkan inovasi dan teknologi tepat guna sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Terdapat tiga persoalan yang sedang dihadapi oleh Bangsa Indonesia saat ini, yaitu: jumlah peneliti yang masih kurang, riset nasional yang belum fokus, dan pendanaan riset yang masih rendah.
Di tengah kondisi ini, World Economic Forum mengatakan bahwa setidaknya terdapat 10 keterampilan kerja yang harus dimiliki oleh setiap orang untuk dapat menembus persaingan kerja.
Sepuluh keterampilan tersebut adalah pemecahan masalah yang rumit (complex problem solving), berpikir kritis (critical thinking), kreativitas, manajemen manusia, koordinasi dengan orang lain, kecerdasan emosional, pengambilan keputusan, orientasi layanan, negosiasi, dan cognitive flexibility. (Baca juga: Menristek: Pentingnya Kolaborasi Riset Ekonomi Berbasis Inovasi Teknologi )
Kreativitas yang pada tahun 2015 berada pada posisi 10, melesat ke posisi tiga teratas dalam deretan keterampilan kerja yang paling dibutuhkan pada tahun 2020, bersama dengan complex problem solving dan critical thinking. Ketiga keterampilan tersebut sangat diperlukan untuk menghadapi perubahan dunia yang semakin tidak bisa diprediksi.
Rektor UP Prof. Akhmaloka mengatakan, kedua mata Kuliah tersebut adalah Creative Problem Solving dan Critical Thinking. Menurutnya, melalui kedua mata kuliah ini, diharapkan para lulusan dari UP dapat berfikir secara kreatif dan kritis dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di dunia kerja.
“Bangsa Indonesia menunggu karya inovatif dari para sarjana untuk bangkit menjadi bangsa yang besar. Jangan lupa untuk selalu mengedepankan karakter yang berkemampuan dan berkebiasaan memberikan yang terbaik (giving the best) yang dijiwai oleh akhlak dan budi pekerti yang mulia,” kata Akhmaloka dalam keterangannya yang diterima SINDOnews, Kamis (27/8/2020). (Baca juga: Gandeng PTN, Kemendikbud Dukung Pengembangan SDM Infrastruktur )
Dijelaskannya, saat wawancara daring usai pelaksanaan kegiatan Wisuda ke-2 UP Tahun Akademik 2019/2020, pada Rabu (26/8), bahwa seorang sarjana juga harus memiliki tanggung jawab sosial yang sama besar dengan ipteks yang mereka miliki. "Ipteks adalah kekuatan intelektual manusia. Kekuatan ini akan menjadi bernilai tinggi bila digunakan untuk kepentingan kemanusiaan dan kemaslahatan masyarakat," ujarnya.
Dari 97 wisudawan UP, terdapat 46 wisudawan yang meraih gelar cumlaude pada Wisuda ke-2 Universitas Pertamina. 77 persen dari wisudawan merupakan lulusan program studi sainstek khususnya program studi dari Fakultas Teknologi Eksplorasi dan Produksi. Ia mengharapkan para wisudawan dapat menjadi harapan baru bagi keberlangsungan dan ketahanan energi nasional di masa depan.
Seperti diketahui, dunia hari ini sedang mengalami fenomena disrupsi (disruption) dan VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, Ambigue). Pergerakan dunia industri dan persaingan kerja tidak lagi linear. Perubahan ini terjadi secara cepat dan menciptakan tatanan baru. Bahkan saat ini kita sudah terbiasa menggunakan kosa kata “New Normal” atau normal baru untuk menjelaskan kondisi hari ini. (Baca juga: 15 Perguruan Tinggi Masuk Klaster 1, Ini Harapan Kemendikbud )
Di era disrupsi dan VUCA seperti saat ini, perguruan tinggi dituntut untuk berkontribusi lebih besar dalam memberikan pelayanan publik melalui berbagai penelitian yang menghasilkan inovasi dan teknologi tepat guna sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Terdapat tiga persoalan yang sedang dihadapi oleh Bangsa Indonesia saat ini, yaitu: jumlah peneliti yang masih kurang, riset nasional yang belum fokus, dan pendanaan riset yang masih rendah.
Di tengah kondisi ini, World Economic Forum mengatakan bahwa setidaknya terdapat 10 keterampilan kerja yang harus dimiliki oleh setiap orang untuk dapat menembus persaingan kerja.
Sepuluh keterampilan tersebut adalah pemecahan masalah yang rumit (complex problem solving), berpikir kritis (critical thinking), kreativitas, manajemen manusia, koordinasi dengan orang lain, kecerdasan emosional, pengambilan keputusan, orientasi layanan, negosiasi, dan cognitive flexibility. (Baca juga: Menristek: Pentingnya Kolaborasi Riset Ekonomi Berbasis Inovasi Teknologi )
Kreativitas yang pada tahun 2015 berada pada posisi 10, melesat ke posisi tiga teratas dalam deretan keterampilan kerja yang paling dibutuhkan pada tahun 2020, bersama dengan complex problem solving dan critical thinking. Ketiga keterampilan tersebut sangat diperlukan untuk menghadapi perubahan dunia yang semakin tidak bisa diprediksi.
(mpw)