IBS Gelar Webinar Riset dan Inovasi selama Masa New Normal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi-Indonesia Banking School (STIE-IBS) kembali menyelenggarakan Webinar kuliah umum bertajuk Riset dan Inovasi Selama Masa New Normal, Jumat (4/9/2020).
Hadir sebagai pembicara Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Bambang Brodjonegoro, dengan moderator Surachman Surjaatmadja, dosen Program Studi Magister Manajemen STIE IBS. (Baca juga: Mendikbud Apresiasi UT, 36 Tahun Gelar PJJ dengan 1,7 Juta Lulusan )
Webinar dibuka oleh Ketua STIE-IBS Dr.Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono. Dalam sambutannya, dia menyatakan bahwa Pandemi Covid-19 mengakibatkan penurunan ekonomi dan sosial secara signifikan yang berdampak pada seluruh aspek kehidupan, termasuk didalamnya adalah sektor pendidikan. Salah satu, implikasinya terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi di semester pertama tahun 2020
Mengatasi Pandemi COVID-19, Pendidikan Tinggi yang mengemban amanah Tri Darma Perguruan Tinggi didalamnya termasuk kegiatan Penelitian atau Riset tak tinggal diam. Perguruan tinggi terus bergerak melakukan riset dan mencari inovasi.
Menurut Kusumaningtuti, konsep riset adalah mencari sesuatu yang baru yang selama ini belum ada. Sedangkan konsep inovasi adalah sebagai penemuan sesuatu yang baru dan relevan. "Jadi riset dan inovasi sebenarnya dua hal yang tidak bisa dielakkan terutama bagi civitas academica di perguruan tinggi dan lembaga riset lainnya," jelas Kusumaningtuti. (Baca juga: Kemendikbud Anggarkan Rp4,4 T untuk Kampus Merdeka Tahun Depan )
Sementara itu, Bambang Brodjonegoro menyebutkan sebelum COVID-19 terjadi telah menujukan pelemahan ekonomi global yang disebabkan perang dagang antar Amerika dan Cina sehingga menimbulkan ketidakpastian di berbagai dunia. Kemudian wabah COVID-19 juga menimbulkan pelemahan ekonomi.
"Ekonomi yang konvensional membutuhkan interaksi tatap muka dan komunikasi langsung antar manusia. Karena adanya pandemi menjadi terintruksi, otomatis ketika terjadi kontraksi ekonomi, dunia dihadapkan pada kenyataan bahwa resesi global harus segera diatasi," jelasnya.
Untuk mengatasi pelemahan ekonomi ini, harus menempuh dua cara. Dari segi kesehatan, dimana serangan COVID-19 harus segera ditangani, maupun dari segi ekonominya. Untuk mengatasi COVID-19 tidak mudah, karena merupakan virus baru dan belum ada obat secara resmi yang datang mengatasinya.
"Pengembangan vaksi berpacu dengan waktu dan berhadapan dengan ketidakpastian, karena tidak ada yang menjamin bahwa vaksin yang dikembangkan saat ini bisa manjur meningkatkan daya tahan tubuh dalam menghadapi Covid-19," katanya.
Menurut dia, Pandemi akan tetap berlangsung. Sehingga adaptasi kebiasaan baru menjadi solusi, dimana pihaknya harus bisa melakukan kegiatan secara sehat dan produktif. "Protokol kesehatan covid harus diterapkan secara disiplin. Hanya itu cara kita untuk memutus penyebaran wabah tersebut. Harapannya, dengan menjaga kesehatan dengan protokol yang ketat maka ekonomi bisa berjalan," tegasnya.
Hadir sebagai pembicara Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Bambang Brodjonegoro, dengan moderator Surachman Surjaatmadja, dosen Program Studi Magister Manajemen STIE IBS. (Baca juga: Mendikbud Apresiasi UT, 36 Tahun Gelar PJJ dengan 1,7 Juta Lulusan )
Webinar dibuka oleh Ketua STIE-IBS Dr.Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono. Dalam sambutannya, dia menyatakan bahwa Pandemi Covid-19 mengakibatkan penurunan ekonomi dan sosial secara signifikan yang berdampak pada seluruh aspek kehidupan, termasuk didalamnya adalah sektor pendidikan. Salah satu, implikasinya terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi di semester pertama tahun 2020
Mengatasi Pandemi COVID-19, Pendidikan Tinggi yang mengemban amanah Tri Darma Perguruan Tinggi didalamnya termasuk kegiatan Penelitian atau Riset tak tinggal diam. Perguruan tinggi terus bergerak melakukan riset dan mencari inovasi.
Menurut Kusumaningtuti, konsep riset adalah mencari sesuatu yang baru yang selama ini belum ada. Sedangkan konsep inovasi adalah sebagai penemuan sesuatu yang baru dan relevan. "Jadi riset dan inovasi sebenarnya dua hal yang tidak bisa dielakkan terutama bagi civitas academica di perguruan tinggi dan lembaga riset lainnya," jelas Kusumaningtuti. (Baca juga: Kemendikbud Anggarkan Rp4,4 T untuk Kampus Merdeka Tahun Depan )
Sementara itu, Bambang Brodjonegoro menyebutkan sebelum COVID-19 terjadi telah menujukan pelemahan ekonomi global yang disebabkan perang dagang antar Amerika dan Cina sehingga menimbulkan ketidakpastian di berbagai dunia. Kemudian wabah COVID-19 juga menimbulkan pelemahan ekonomi.
"Ekonomi yang konvensional membutuhkan interaksi tatap muka dan komunikasi langsung antar manusia. Karena adanya pandemi menjadi terintruksi, otomatis ketika terjadi kontraksi ekonomi, dunia dihadapkan pada kenyataan bahwa resesi global harus segera diatasi," jelasnya.
Untuk mengatasi pelemahan ekonomi ini, harus menempuh dua cara. Dari segi kesehatan, dimana serangan COVID-19 harus segera ditangani, maupun dari segi ekonominya. Untuk mengatasi COVID-19 tidak mudah, karena merupakan virus baru dan belum ada obat secara resmi yang datang mengatasinya.
"Pengembangan vaksi berpacu dengan waktu dan berhadapan dengan ketidakpastian, karena tidak ada yang menjamin bahwa vaksin yang dikembangkan saat ini bisa manjur meningkatkan daya tahan tubuh dalam menghadapi Covid-19," katanya.
Menurut dia, Pandemi akan tetap berlangsung. Sehingga adaptasi kebiasaan baru menjadi solusi, dimana pihaknya harus bisa melakukan kegiatan secara sehat dan produktif. "Protokol kesehatan covid harus diterapkan secara disiplin. Hanya itu cara kita untuk memutus penyebaran wabah tersebut. Harapannya, dengan menjaga kesehatan dengan protokol yang ketat maka ekonomi bisa berjalan," tegasnya.