Edukasi Minim, Ini Penjelasan Ahli soal Gempa Kuat di Zona Megathrust

Sabtu, 26 September 2020 - 19:36 WIB
loading...
Edukasi Minim, Ini Penjelasan...
Zona megathrust sebenarnya sekadar istilah untuk menyebutkan sumber gempa tumbukan lempeng di kedalaman dangkal. Foto/ist
A A A
JAKARTA - Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Daryono menyoroti ramainya perbincangan mengenai potensi gempa kuat di zona megathrust. Perbincangan ini menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.

Menurut Daryono, masih banyak masyarakat yang belum memahami gempa megathrust. Gempa megathrust dipahami sebagai sesuatu yang baru dan segera akan terjadi dalam waktu dekat, berkekuatan sangat besar, dan menimbulkan kerusakan dan tsunami dahsyat.

"Pemahaman seperti ini tentu saja kurang tepat," kata Daryono melalui keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Sabtu (26/9/2020). (Baca juga: Mahasiswa ITS Asal Kebumen Ciptakan Aplikasi Tukar Sampah NUKERTRASH )

Daryono menjelaskan, zona megathrust sebenarnya sekadar istilah untuk menyebutkan sumber gempa tumbukan lempeng di kedalaman dangkal. Dalam hal ini, lempeng samudra yang menunjam ke bawah lempeng benua membentuk medan tegangan (stress) pada bidang kontak antar lempeng yang kemudian dapat bergeser secara tiba-tiba memicu gempa.

"Jika terjadi gempa, maka bagian lempeng benua yang berada di atas lempeng samudra bergerak terdorong naik (thrusting)," tuturnya. (Baca juga: UGM Ciptakan GeNose, Alat Deteksi COVID-19 Kurang dari 2 Menit )

Jalur subduksi lempeng umumnya sangat panjang dengan kedalaman dangkal mencakup bidang kontak antar lempeng. Dalam perkembangannya, zona subduksi diasumsikan sebagai 'patahan naik yang besar', yang kini populer disebut sebagai zona megathrust.

Ia menekankan, zona megathrust bukan hal baru. Di Indonesia, zona sumber gempa ini sudah ada sejak jutaan tahun lalu saat terbentuknya rangkaian busur kepulauan Indonesia.

Zona megathrust berada di zona subduksi aktif, seperti subduksi Sunda mencakup Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba. Kemudian, subduksi Banda, subduksi Lempeng Laut Maluku, subduksi Sulawesi, subduksi Lempeng Laut Filipina, dan subduksi Utara Papua. (Baca juga: Mahasiswa ITS Buat Aplikasi Pemantau Kondisi Manula )

"Saat ini segmen zona megathrust Indonesia sudah dapat dikenali potensinya," ujarnya.

Seluruh aktivitas gempa yang bersumber di zona megathrust disebut sebagai gempa megathrust dan tidak selalu berkekuatan besar. Sebagai sumber gempa, kata dia, zona megathrust dapat membangkitkan gempa berbagai magnitudo dan kedalaman.

"Data hasil monitoring BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) menunjukkan, justru 'gempa kecil' yang lebih banyak terjadi di zona megathrust, meskipun zona megathrust dapat memicu gempa besar," ungkapnya.

Megathrust Selatan Jawa

Dalam buku Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017 disebutkan, di Samudra Hindia selatan Jawa terdapat tiga segmentasi megathrust, yaitu Segmen Jawa Timur, Segmen Jawa Tengah-Jawa Barat, dan Segmen Banten-Selat Sunda. Ketiga segmen megathrust ini memiliki magnitudo tertarget M8,7.

"Namun demikian, jika skenario model dibuat dengan asumsi dua segmen megathrust yang 'bergerak' secara simultan maka magnitudo gempa yang dihasilkan bisa lebih besar dari 8,7," paparnya.

Besarnya magnitudo gempa yang disampaikan tersebut adalah potensi skenario terburuk (worst case) bukan prediksi yang akan terjadi dalam waktu dekat. Dengan begitu, tak ada yang tahu kapan terjadinya gempa megathrust.

"Untuk itu, dalam ketidakpastian kapan terjadinya, kita semua harus melakukan upaya mitigasi," ungkapnya.

Hasil monitoring BMKG menunjukkan, zona megathrust selatan Jawa memang sangat aktif yang tampak dalam peta aktivitas kegempaannya (seismisitas). Dalam catatan sejarah, sejak 1700, zona megathrust selatan Jawa sudah beberapa kali terjadi aktivitas gempa besar (major earthquake) dan dahsyat (great earthquake).

Gempa besar dengan magnitudo antara 7,0 dan 7,9 yang bersumber di zona megathrust selatan Jawa sudah terjadi sebanyak 8 kali, yaitu pada 1903 (M7,9), 1921 (M7,5), 1937 (M7,2), 1981 (M7,0), 1994 (M7,6), 2006 (M7,8) dan 2009 (M7,3).

Sementara itu, gempa dahsyat dengan magnitudo 8,0 atau lebih besar yang bersumber di zona megathrust selatan Jawa sudah terjadi 3 kali, yaitu pafa 1780 (M8,5), 1859 (M8,5), dan 1943 (M8,1).

"Sedangkan untuk gempa dengan kekuatan 9,0 atau lebih besar di selatan Jawa belum tercatat dalam katalog sejarah gempa," ujarnya.

Daryono menambahkan, wilayah selatan Jawa sudah beberapa kali terjadi tsunami. Bukti adanya peristiwa tsunami selatan Jawa dapat dijumpai dalam katalog tsunami Indonesia BMKG. Tsunami pernah terjadi di antaranya pada 1840, 1859, 1921, 1921, 1994, dan 2006.

"Selain data tersebut, hasil penelitian paleotsunami juga mengonfirmasi adanya jejak tsunami yang berulang terjadi di selatan Jawa di masa lalu," ujarnya.

Seringnya zona selatan Jawa dilanda gempa dan tsunami adalah risiko yang harus dihadapi oleh masyarakat yang tinggal dan menumpang hidup di pertemuan batas lempeng tektonik. Namun, kondisi ini tak lantas haeus membuat masyarakat takut atau cemas.

"Karena dengan mewujudkan upaya mitigasi yang kongkrit maka kita dapat meminimalkan risiko, sehingga kita masih dapat hidup aman dan nyaman di daerah rawan bencana," ungkap dia.

Perbincangan mengenai gempa megathrust mengemuka setelah riset Sri Widyantoro mengenai tsunami menyedot perhatian. Guru Besar bidang Sesimologi ITB itu memprediksi tsunami setinggi 20 meter di Pantai Selatan Jawa Barat dan 12 meter di Selatan Jawa Timur.
(mpw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Temuan Teori Baru tentang...
Temuan Teori Baru tentang Gempa Bumi Dosen ITS Tembus Jurnal Internasional Bergengsi
Gempa Tuban, Peneliti...
Gempa Tuban, Peneliti ITS Sebut Peristiwa yang Jarang Terjadi
Belajar dari Cianjur,...
Belajar dari Cianjur, Peneliti Universitas Pertamina Petakan Potensi Bencana di Cisolok
Berikut 5 Istilah Kegempaan...
Berikut 5 Istilah Kegempaan yang Tercatat dalam KBBI
26 Sekolah Rusak Akibat...
26 Sekolah Rusak Akibat Gempa Cianjur, Disdik Jawa Barat Pastikan KBM Tetap Berjalan
Ahli Vulkanologi ITB...
Ahli Vulkanologi ITB Sebut Gunung Semeru Memiliki Interval Letusan 1-2 Tahun
Kepala BNPB: Waspadai...
Kepala BNPB: Waspadai Potensi Bencana Gempa Megathrust di Sumatera Barat
Terdeteksi, Fenomena...
Terdeteksi, Fenomena Alam Pemicu Ratusan Gempa Bumi per-Hari
Gempa M5,5 Guncang Bolaang...
Gempa M5,5 Guncang Bolaang Uki Sulawesi Utara
Rekomendasi
5 Alasan China Mendukung...
5 Alasan China Mendukung Pakistan dalam Perang dengan India
6 Mayjen Baru di TNI...
6 Mayjen Baru di TNI AD, Ada Kristomei Sianturi
Siapa Shivangi Singh?...
Siapa Shivangi Singh? Pilot Rafale Wanita Pertama India yang Dikabarkan Ditangkap Pakistan
Sinopsis Final Destination:...
Sinopsis Final Destination: Bloodlines, Alur Kematian yang Makin Mengerikan
Kisah Letusan Gunung...
Kisah Letusan Gunung Kelud Nyaris Tewaskan Tunggul Ametung Penguasa Tumapel yang Arogan
Lagi Perang, Pakistan...
Lagi Perang, Pakistan Mengamankan Pinjaman IMF Rp16,3 Triliun
Berita Terkini
Unair Buka 4 Jalur Mandiri...
Unair Buka 4 Jalur Mandiri 2025: Syarat, Jadwal, dan Tips Lolos Seleksi
Kelas Internasional...
Kelas Internasional IPB University 2025 Kembali Dibuka, Simak Syaratnya
35 Contoh Soal Penalaran...
35 Contoh Soal Penalaran Numerik Kepolisian 2025 Lengkap dengan Kunci Jawaban
Seleksi Mandiri ITB...
Seleksi Mandiri ITB 2025 Dibuka, Ada Jalur Beasiswa dan KIP Kuliah
Riwayat Pendidikan Prilly...
Riwayat Pendidikan Prilly Latuconsina, Pacar Omara Esteghlal yang Jadi Dosen di LSPR
Riwayat Pendidikan Jenderal...
Riwayat Pendidikan Jenderal Gatot Nurmantyo, Mantan Panglima TNI di Era Joko Widodo
Infografis
Ini Penjelasan Warna...
Ini Penjelasan Warna Singa Putih Ternyata Bukan Albino
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved