Trobosan Baru, Kemendikbud Perluas Kemitraan Pendidikan Tinggi Vokasi dengan UMKM
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ingin memperluas kemitraan pendidikan tinggi vokasi (PTV). Jika sebelumnya kemitraan fokus pada dunia usaha dan insustri, Kemendikbud kini membuka peluang kemitraan pendidikan tinggi vokasi dengan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Dit Mitras DUDI) Kemendikbud, Ahmad Saufi mengatakan, UMKM berkontribusi menyerap hampir 97 persen lapangan pekerjaan. Sedangkan, ada lebih dari 2.200 pendidikan tinggi vokasi yang setiap tahun menghasilkan angkatan kerja baru. (Baca juga: Edukasi Minim, Ini Penjelasan Ahli soal Gempa Kuat di Zona Megathrust )
"Para lulusan pendidikan vokasi ini harus bisa diterima sebagai tenaga kerja di dunia usaha dan dunia industri. Sedangkan kita punya peluang besar di UMKM sebagai bagian dari unit usaha. UMKM bahkan menyumbang 60,34 persen PDB nasional. Artinya, jika kita membangun UMKM, maka kita juga ikut membangun ekonomi nasional," tutur Saufi melalui keterangan elektronik yang diterima SINDOnews, Sabtu (26/9/2020).
Menurut Saufi, peluang kemitraan dengan UMKM masih belum secara masif diterapkan oleh pendidikan tinggi vokasi. Tahun ini, Dit Mitras DUDI telah meluncurkan Program Penguatan Kemitraan Pendidikan Tinggi Vokasi dengan Industri, Dunia Usaha, dan Dunia Kerja (IDUKA). (Baca juga: UGM Ciptakan GeNose, Alat Deteksi COVID-19 Kurang dari 2 Menit )
Melalui program ini, pendidikan tinggi vokasi penerima program akan mendapatkan dana yang harus dimanfaatkan untuk pengembangan dan pendampingan UMKM. Beberapa kemitraan yang dilakukan, di antaranya transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, pengembangan produk, penyelesaian masalah di UMKM, serta peningkatan kompetensi SDM di UMKM dan pendidikan tinggi vokasi.
Saufi menjelaskan, kemitraan pendidikan tinggi vokasi dengan UMKM berbasis pada konsep keterkaitan dan kecocokan (link and match), sehingga kedua belah pihak sama-sama mendapatkan keuntungan. Pendidikan tinggi vokasi bertugas untuk berbagi ilmu dan pengetahuan serta mendampingi usaha mikro dan kecil. Sedangkan, di level usaha menengah dan besar dapat dimanfaatkan PTV sebagai tempat magang bagi para mahasiswa.
"Kami sebagai katalisator dan fasilitator dalam kemitraan dan penyelarasan memberikan pendanaan kepada pendidikan tinggi untuk berpikir bersama memecahkan masalah yang dialami UMKM. Pendidikan tinggi vokasi memiliki sumber daya keilmuan dalam bidang pengolahan, pengemasan, pengawetan, hingga pendistribusian produk yang bisa dibagikan kepada UMKM," papar Saufi.
Politeknik Negeri Bali (PNB), kata Saufi, menjadi salah satu politeknik yang memiliki pola kemitraan, baik dengan UMKM maupun industri besar. Pada sektor UMKM, PNB mengembangkan kemitraan dengan berbagai UMKM dengan menggandeng Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Sedangkan, pada industri besar, saat ini PNB membangun kerja sama dengan Hotel Kempinski dalam pengembangan kurikulum, magang, hingga perekrutan lulusan.
Selain PNB, Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor (SV IPB) yang merupakan penerima Program Penguatan Kemitraan Pendidikan Tinggi Vokasi dengan IDUKA turut menggandeng UMKM sebagai mitra. Kemitraan dalam bentuk modernisasi fasilitas praktik, capacity building sumber daya manusia vokasi dan UMKM, penguatan kelembagaan UMKM, dan pemanfaatan digital marketing pada pemasaran produk ternak unggas di Kabupaten Bogor. IPB memiliki inkubator bisnis untuk mempercepat hilirisasi produk ke pasar.
Tahun depan, Direktorat Mitras DUDI merencanakan program penguatan riset terapan dan inkubator bisnis. Dengan program ini, pendidikan tinggi vokasi diharapkan mampu memiliki satu entitas organisasi yang berperan sebagai akselerator ekonomi, baik bagi pendidikan tinggi vokasi, IDUKA, dan yang terpenting bagi masyarakat.
Wakil Kepala Lembaga STP IPB, Rokhani Hasibullah mengungkapkan, inkubator bisnis berperan dalam memfasilitasi pelaku usaha agar produk siap dipasarkan. Adapun yang dilakukan adalah merancang dan mengimplementasikan program inkubasi bisnis dan program akselerasi bisnis untuk mempercepat pengembangan bisnis tenant dan pelaku UMKM.
Rokhani mengapresiasi Direktorat Mitras DUDI terhadap program pengembangan kemitraan pendidikan tinggi vokasi dengan Vokasi. Pasalnya, keberadaan inkubator bisnis saat ini masih fokus kepada produk yang dikembangkan oleh perguruan tinggi itu sendiri sehingga belum mencakup pelaku usaha yang luas.
"Memang untuk UMKM dari luar masih terbatas. Maka dari itu, strateginya adalah melalui program Kementerian, sehingga inkubator bisnis dapat mendampingi pelaku UMKM. Mahasiswa bisa terjun, membantu segala persoalan di UMKM, tetapi dananya sudah difasilitasi oleh kementerian," ujar Rokhani.
Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Dit Mitras DUDI) Kemendikbud, Ahmad Saufi mengatakan, UMKM berkontribusi menyerap hampir 97 persen lapangan pekerjaan. Sedangkan, ada lebih dari 2.200 pendidikan tinggi vokasi yang setiap tahun menghasilkan angkatan kerja baru. (Baca juga: Edukasi Minim, Ini Penjelasan Ahli soal Gempa Kuat di Zona Megathrust )
"Para lulusan pendidikan vokasi ini harus bisa diterima sebagai tenaga kerja di dunia usaha dan dunia industri. Sedangkan kita punya peluang besar di UMKM sebagai bagian dari unit usaha. UMKM bahkan menyumbang 60,34 persen PDB nasional. Artinya, jika kita membangun UMKM, maka kita juga ikut membangun ekonomi nasional," tutur Saufi melalui keterangan elektronik yang diterima SINDOnews, Sabtu (26/9/2020).
Menurut Saufi, peluang kemitraan dengan UMKM masih belum secara masif diterapkan oleh pendidikan tinggi vokasi. Tahun ini, Dit Mitras DUDI telah meluncurkan Program Penguatan Kemitraan Pendidikan Tinggi Vokasi dengan Industri, Dunia Usaha, dan Dunia Kerja (IDUKA). (Baca juga: UGM Ciptakan GeNose, Alat Deteksi COVID-19 Kurang dari 2 Menit )
Melalui program ini, pendidikan tinggi vokasi penerima program akan mendapatkan dana yang harus dimanfaatkan untuk pengembangan dan pendampingan UMKM. Beberapa kemitraan yang dilakukan, di antaranya transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, pengembangan produk, penyelesaian masalah di UMKM, serta peningkatan kompetensi SDM di UMKM dan pendidikan tinggi vokasi.
Saufi menjelaskan, kemitraan pendidikan tinggi vokasi dengan UMKM berbasis pada konsep keterkaitan dan kecocokan (link and match), sehingga kedua belah pihak sama-sama mendapatkan keuntungan. Pendidikan tinggi vokasi bertugas untuk berbagi ilmu dan pengetahuan serta mendampingi usaha mikro dan kecil. Sedangkan, di level usaha menengah dan besar dapat dimanfaatkan PTV sebagai tempat magang bagi para mahasiswa.
"Kami sebagai katalisator dan fasilitator dalam kemitraan dan penyelarasan memberikan pendanaan kepada pendidikan tinggi untuk berpikir bersama memecahkan masalah yang dialami UMKM. Pendidikan tinggi vokasi memiliki sumber daya keilmuan dalam bidang pengolahan, pengemasan, pengawetan, hingga pendistribusian produk yang bisa dibagikan kepada UMKM," papar Saufi.
Politeknik Negeri Bali (PNB), kata Saufi, menjadi salah satu politeknik yang memiliki pola kemitraan, baik dengan UMKM maupun industri besar. Pada sektor UMKM, PNB mengembangkan kemitraan dengan berbagai UMKM dengan menggandeng Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Sedangkan, pada industri besar, saat ini PNB membangun kerja sama dengan Hotel Kempinski dalam pengembangan kurikulum, magang, hingga perekrutan lulusan.
Selain PNB, Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor (SV IPB) yang merupakan penerima Program Penguatan Kemitraan Pendidikan Tinggi Vokasi dengan IDUKA turut menggandeng UMKM sebagai mitra. Kemitraan dalam bentuk modernisasi fasilitas praktik, capacity building sumber daya manusia vokasi dan UMKM, penguatan kelembagaan UMKM, dan pemanfaatan digital marketing pada pemasaran produk ternak unggas di Kabupaten Bogor. IPB memiliki inkubator bisnis untuk mempercepat hilirisasi produk ke pasar.
Tahun depan, Direktorat Mitras DUDI merencanakan program penguatan riset terapan dan inkubator bisnis. Dengan program ini, pendidikan tinggi vokasi diharapkan mampu memiliki satu entitas organisasi yang berperan sebagai akselerator ekonomi, baik bagi pendidikan tinggi vokasi, IDUKA, dan yang terpenting bagi masyarakat.
Wakil Kepala Lembaga STP IPB, Rokhani Hasibullah mengungkapkan, inkubator bisnis berperan dalam memfasilitasi pelaku usaha agar produk siap dipasarkan. Adapun yang dilakukan adalah merancang dan mengimplementasikan program inkubasi bisnis dan program akselerasi bisnis untuk mempercepat pengembangan bisnis tenant dan pelaku UMKM.
Rokhani mengapresiasi Direktorat Mitras DUDI terhadap program pengembangan kemitraan pendidikan tinggi vokasi dengan Vokasi. Pasalnya, keberadaan inkubator bisnis saat ini masih fokus kepada produk yang dikembangkan oleh perguruan tinggi itu sendiri sehingga belum mencakup pelaku usaha yang luas.
"Memang untuk UMKM dari luar masih terbatas. Maka dari itu, strateginya adalah melalui program Kementerian, sehingga inkubator bisnis dapat mendampingi pelaku UMKM. Mahasiswa bisa terjun, membantu segala persoalan di UMKM, tetapi dananya sudah difasilitasi oleh kementerian," ujar Rokhani.
(mpw)