Dihadapan Mahasiswa, Alumni IPB Ini Berkisah saat Jualan Kaset sampai Jadi Pejabat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sekretaris Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Kemaritiman dan Investasi, Ir Agung Kuswandono, membagikan pengalaman perjalanan karirnya kepada mahasiswa IPB University , (11/11). “Mau jadi apapun, harus fokus. Kalau sudah memilih, harus konsisten dan dalami. Tidak ada yang instan. Karena proses kehidupan pastinya panjang,” ujarnya mengawali.
Alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University ini mengawali karirnya di pemerintahan sebagai pegawai bea dan cukai. Butuh waktu hingga dua puluh tahun, dari 1991 sampai 2011, hingga dirinya diangkat sebagai Direktur Jenderal Bea dan Cukai. (Baca juga: Ini Aplikasi Rancangan Mahasiswa ITS yang Banyak Raih Penghargaan )
“Tetapi prosesnya tidak singkat. Sebelum masuk ke sana, saya pernah dua minggu keliling Bogor jadi penjual kaset karena belum ada pekerjaan. Kemudian saya melamar kerja ke puluhan perusahaan. Jadi setiap Sabtu dan Minggu, kerjaan saya adalah membuat surat lamaran,” kenangnya.
Agung bahkan menceritakan pengalaman lucu sekaligus menyedihkan yang sempat ia alami dalam berjuang mencari pekerjaan. Ia menuturkan bahwa ia sempat lolos seleksi di sebuah perusahaan swasta, namun ketika duduk di lobby gedung sebelum kembali ke rumah, ada seorang ibu-ibu muda yang mendatanginya.
“Ibu muda tersebut menegur saya, mas mau kerja disini ya? Iya bu, kata saya. Jangan mas, perusahaan ini mau bangkrut, katanya. Suami saya sudah tiga bulan tidak digaji. Jadi bayangkan, pagi itu saya diterima, sorenya saya pulang dengan tangan hampa lagi,” katanya. (Baca juga: Puncak Bukit Lurah Dalam, Saksi Bisu Suri Kuliah dan Lulus S2 dari UGM )
Menurutnya, tiga faktor paling berpengaruh dalam mendukung keberhasilan dalam hidupnya adalah doa orang tua, doa istri tercinta dan doa serta usaha pribadi. “Istri saya lulusan IPB University juga, jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMSK). Bagaimanapun IPB University itu akan selalu menjadi bagian dari hidup saya, karena saya bertemu jodoh saya di kampus.” ujarnya.
Tak lupa, Agung kembali mengingatkan untuk tidak mudah patah semangat jika kelak dalam proses meniti karir menemukan kegagalan. Jangan sampai prinsip hidup kita mudah dibelokkan oleh tantangan yang dialami.
“Di sektor swasta atau pun pemerintah, silahkan, yang penting kita fokus. Di IPB University yang saya rasakan, teman-teman yang the best itu bukan IQ-nya saja yang tinggi, tetapi EQ (Emotional Quotient) dan SQ (Spiritual Quotient) juga tinggi. Berdasarkan pengalaman, sepintar apapun jika perilakunya tidak baik, tidak akan bisa berhasil,” kata Agung mewanti-wanti. (Baca juga: Mahasiswa FTUI Juara 1 dan 2 Lomba Desain Inovasi Kapal Kesehatan )
Terakhir, Agung membagikan filosofi layang-layang dalam era Industri 4.0. Ia menggambarkan knowledge, skill dan attitude sebagai orang yang memainkan layang-layang. Ia melambangkan benang yang ditiup angin sebagai tantangan cuaca, kemudian layang-layang sebagai gagasan revolusi industri 4.0.
"Artinya adalah bahwa di dalam mencapai tujuan utama revolusi industri 4.0, kita akan menjumpai banyak halangan dan tantangan yang dalam tayangan dilambangkan dengan benang yang terancam kondisi cuaca. Namun ilmu pengetahuan, ketarampilan, dan sikap yang baik lah yang akan membantu kita untuk mampu mengendalikan layang-layang.
Alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University ini mengawali karirnya di pemerintahan sebagai pegawai bea dan cukai. Butuh waktu hingga dua puluh tahun, dari 1991 sampai 2011, hingga dirinya diangkat sebagai Direktur Jenderal Bea dan Cukai. (Baca juga: Ini Aplikasi Rancangan Mahasiswa ITS yang Banyak Raih Penghargaan )
“Tetapi prosesnya tidak singkat. Sebelum masuk ke sana, saya pernah dua minggu keliling Bogor jadi penjual kaset karena belum ada pekerjaan. Kemudian saya melamar kerja ke puluhan perusahaan. Jadi setiap Sabtu dan Minggu, kerjaan saya adalah membuat surat lamaran,” kenangnya.
Agung bahkan menceritakan pengalaman lucu sekaligus menyedihkan yang sempat ia alami dalam berjuang mencari pekerjaan. Ia menuturkan bahwa ia sempat lolos seleksi di sebuah perusahaan swasta, namun ketika duduk di lobby gedung sebelum kembali ke rumah, ada seorang ibu-ibu muda yang mendatanginya.
“Ibu muda tersebut menegur saya, mas mau kerja disini ya? Iya bu, kata saya. Jangan mas, perusahaan ini mau bangkrut, katanya. Suami saya sudah tiga bulan tidak digaji. Jadi bayangkan, pagi itu saya diterima, sorenya saya pulang dengan tangan hampa lagi,” katanya. (Baca juga: Puncak Bukit Lurah Dalam, Saksi Bisu Suri Kuliah dan Lulus S2 dari UGM )
Menurutnya, tiga faktor paling berpengaruh dalam mendukung keberhasilan dalam hidupnya adalah doa orang tua, doa istri tercinta dan doa serta usaha pribadi. “Istri saya lulusan IPB University juga, jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMSK). Bagaimanapun IPB University itu akan selalu menjadi bagian dari hidup saya, karena saya bertemu jodoh saya di kampus.” ujarnya.
Tak lupa, Agung kembali mengingatkan untuk tidak mudah patah semangat jika kelak dalam proses meniti karir menemukan kegagalan. Jangan sampai prinsip hidup kita mudah dibelokkan oleh tantangan yang dialami.
“Di sektor swasta atau pun pemerintah, silahkan, yang penting kita fokus. Di IPB University yang saya rasakan, teman-teman yang the best itu bukan IQ-nya saja yang tinggi, tetapi EQ (Emotional Quotient) dan SQ (Spiritual Quotient) juga tinggi. Berdasarkan pengalaman, sepintar apapun jika perilakunya tidak baik, tidak akan bisa berhasil,” kata Agung mewanti-wanti. (Baca juga: Mahasiswa FTUI Juara 1 dan 2 Lomba Desain Inovasi Kapal Kesehatan )
Terakhir, Agung membagikan filosofi layang-layang dalam era Industri 4.0. Ia menggambarkan knowledge, skill dan attitude sebagai orang yang memainkan layang-layang. Ia melambangkan benang yang ditiup angin sebagai tantangan cuaca, kemudian layang-layang sebagai gagasan revolusi industri 4.0.
"Artinya adalah bahwa di dalam mencapai tujuan utama revolusi industri 4.0, kita akan menjumpai banyak halangan dan tantangan yang dalam tayangan dilambangkan dengan benang yang terancam kondisi cuaca. Namun ilmu pengetahuan, ketarampilan, dan sikap yang baik lah yang akan membantu kita untuk mampu mengendalikan layang-layang.
(mpw)