Magister HI UPH Gelar Konferensi Indo-Pasifik Pertama di Dunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Menteri Perdagangan Indonesia Kabinet Indonesia Maju, Jerry Sambuaga dan Duta Besar Perancis untuk Indonesia dan Timor Leste, H.E. Mr. Olivier Chambard, membuka Konferensi Indo-Pasifik Pertama di Dunia , yang diadakan oleh program Magister Hubungan Internasional Universitas Pelita Harapan (MHI UPH) Semanggi, Jakarta pada Jumat (4/12).
Konferensi bertaraf internasional ini merupakan hasil kerja sama MHI UPH dengan Kementerian Perdagangan dan Kedutaan Besar Perancis untuk Indonesia, yang mendapatkan dukungan penuh dari American Institute for Indonesia Studies (AIFIS), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), International Federation of Social Science Organizations (IFSSO) dan Center for Southeast Asian Studies (CSEAS). (Baca juga: Tahap Uji Klinis, UGM dan PT FAI Kembangkan Obat Antivirus Covid-19 )
“Saya sangat gembira sekali UPH mengadakan acara ini, karena isu Indo-Pasifik sangat penting. Secara geografis, Perancis juga memiliki teritori yang juga berada di kawasan Indo-Pasifik sehingga bagi Perancis, isu ini juga sangat penting baik dari segi budaya, strategi maupun ekonomi. Kami mengembangkan strategi Indo-Pasifik karena secara fundamental, kawasan ini sangat penting bagi keamanan dunia,” ucap H.E. Olivier Chambard, Duta Besar Perancis untuk Indonesia & Timor Leste, dalam keterangan pers yang diterima SINDOnews, Jumat (4/12/2020).
Berjudul “Indo-Pacific: Outlooks, Opportunities and Challenges”, konferensi ini mengusung pembicara dari pelbagai universitas terkemuka di dunia, yang akan memberikan hasil observasi dan analisa mereka pada berbagai dimensi Indo-Pasifik. Sejumlah pembicara: Prof. Donald K. Emmerson, (Director Southeast Asia Program, Walter H. Shorenstein Asia-Pacific Research Center, Stanford University),
Selanjutnya, Prof. Ann Marie Murphy, (Director of the Center for Emerging Powers & Transnational Trends, School of Diplomacy and International Relations, Seton Hall University). Lainnya, Prof. Rory Medcalf (Head of National Security College, Australian National University), Prof. Aleksius Jemadu, PhD. (Professor of International Politics, Universitas Pelita Harapan), dan Gautam Kumar Jha (Assistant Professor, Centre for Chinese & Southeast Asian Studies, Jawaharlal Nehru University). (Baca juga: Tim Mahasiswa ITS Rancang Pelabuhan Terintegrasi Berkonsep National Hub )
Konferensi ini bertujuan untuk menganalisis berbagai pandangan Indo-Pasifik dan menyelidiki peluang serta tantangan yang disajikan oleh kawasan Indo-Pasifik. Konferensi ini juga berupaya untuk memperdalam pemahaman Kawasan Indo-Pasifik dari perspektif lintas disiplin ilmu, termasuk namun tidak terbatas, pada politik dan keamanan, ekonomi dan perdagangan internasional, serta dimensi sosial budaya.
“Tatanan geo-politik yang baru, akan memiliki implikasi yang mendalam bagi kawasan ini, yang mana dampaknya juga akan dirasakan oleh seluruh dunia. Indonesia yang berlokasi di pusat kawasan Indo-Pasifik, sangat tepat untuk mengadakan konferensi ini, karena Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan mendalam akan pertukaran kontak budaya dan komersial dengan negara-negara lain yang berlokasi di kawasan tersebut.
Dapat dipastikan bahwa Indonesia akan memainkan peran penting dan sangat menentukan bagi masa depan kawasan Indo-Pasifik ini,” ujar Prof. Siddharth Chandra, Presiden Direktur AIFIS, dari Michigan State University. (Baca juga: 30 Universitas Terbaik di Indonesia versi QS Asia University Rangking 2021 )
“Indo-Pasifik telah menjadi pemain utama dari perputaran ekonomi dunia saat ini, dan sebagai kawasan yang menjanjikan dalam ranah geo-ekonomi dan geo-strategi, masih banyak hal yang perlu diketahui tentang Indo-Pasifik”, tambah Ganewati Wulandari, Kepala Pusat Penelitian Kajian Wilayah, LIPI.
“Indo-Pasifik telah menjadi fokus penelitian utama kami dari MHI UPH selama tahun akademik 2020-2021 ini, dan faktanya, lautan sudah menjadi penghubung antar negara sejak berabad-abad lamanya. Saya meyakini bahwa kawasan Indo-Pasifik yang bebas, terbuka dan inklusif dan tentunya dengan tetap menghormati supremasi hukum yang ada, akan mendorong kerja sama dan kolaborasi antara pemerintah ataupun organisasi internasional lainnya, guna membentuk Indo-Pasifik yang damai dan sejahtera, ” imbuh Amelia Joan Liwe, Ketua Program Studi MHI UPH.
“Acara ini akan memberikan kontribusi secara produktif kepada komunitas akademis, para pembuat kebijakan dan semua yang berkepentingan, untuk meningkatkan kerjasama multilateral serta mempromosikan prinsip-prinsip inklusifitas, kemandirian, netralitas, bebas campur tangan, elemen bebas dan proaktif dalam kebijakan luar negeri, keamanan, serta ketertiban yang berbasiskan peraturan, yang merupakan kesamaan yang dimiliki oleh pemerintah maupun organisasi internasional lainnya secara global. Pentingnya kerja sama, perdamaian dan kemakmuran global semakin terbukti hari ini, terutama selama waktu tidak terduga yang kita hadapi saat ini, yakni ketika dunia mencoba untuk menaklukkan pandemi global COVID-19,” papar Abhiram Singh Yadav, Ketua Panitia Konferensi HI UPH 2020. (Baca juga: Universitas Pertamina Buka Seleksi Tanpa Tes dengan Nilai Rapor )
Lebih lanjut, Prof. Siddharth Chandra (AIFIS) dan Ganewati Wulandari (LIPI) menyatakan menyambut gembira terkait kolaborasi dengan UPH. “Saya berharap kolaborasi ini akan semakin meningkatkan hubungan dan kemitraan para akademisi baik dari Indonesia, Amerika maupun akademisi dari negara lainnya. Saya mengharapkan adanya kemajuan bidang pengetahuan dan penelitian yang memberi manfaat bagi semua orang di kawasan Indo-Pasifik dan membawa kita semua menuju masa depan yang cerah, damai, dan sejahtera. Kiranya kolaborasi ini dapat mengembangkan kapasitas penelitian di Indonesia dan kerjasama erat antara AIFIS dengan Kementerian Riset dan Teknologi Indonesia/Badan Riset dan Inovasi Nasional,” kata Prof. Siddharth Chandra.
“Kami menyambut gembira kolaborasi dengan UPH, sebagai universitas swasta terkemuka di Indonesia. Bekerja sama dengan UPH akan memberikan peluang yang sangat baik untuk penyebaran pengetahuan yang bermanfaat bagi daya saing akademik.” tutur Ganewati Wulandari.
Bekerja sama dengan Edutech UPH, konferensi ini dilakukan secara virtual 100% dan dihadiri oleh para Duta Besar, Diplomat, Pejabat Pemerintah, Sarjana, Peneliti, Pendidik, Mahasiswa, dan Pengamat dari dalam dan luar negeri. Konferensi ini juga mengadakan diskusi panel meliputi presentasi abstrak pilihan terbaik oleh para sarjana, peneliti, pendidik, pelajar, dan pengamat dari dalam dan luar negeri.
Konferensi bertaraf internasional ini merupakan hasil kerja sama MHI UPH dengan Kementerian Perdagangan dan Kedutaan Besar Perancis untuk Indonesia, yang mendapatkan dukungan penuh dari American Institute for Indonesia Studies (AIFIS), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), International Federation of Social Science Organizations (IFSSO) dan Center for Southeast Asian Studies (CSEAS). (Baca juga: Tahap Uji Klinis, UGM dan PT FAI Kembangkan Obat Antivirus Covid-19 )
“Saya sangat gembira sekali UPH mengadakan acara ini, karena isu Indo-Pasifik sangat penting. Secara geografis, Perancis juga memiliki teritori yang juga berada di kawasan Indo-Pasifik sehingga bagi Perancis, isu ini juga sangat penting baik dari segi budaya, strategi maupun ekonomi. Kami mengembangkan strategi Indo-Pasifik karena secara fundamental, kawasan ini sangat penting bagi keamanan dunia,” ucap H.E. Olivier Chambard, Duta Besar Perancis untuk Indonesia & Timor Leste, dalam keterangan pers yang diterima SINDOnews, Jumat (4/12/2020).
Berjudul “Indo-Pacific: Outlooks, Opportunities and Challenges”, konferensi ini mengusung pembicara dari pelbagai universitas terkemuka di dunia, yang akan memberikan hasil observasi dan analisa mereka pada berbagai dimensi Indo-Pasifik. Sejumlah pembicara: Prof. Donald K. Emmerson, (Director Southeast Asia Program, Walter H. Shorenstein Asia-Pacific Research Center, Stanford University),
Selanjutnya, Prof. Ann Marie Murphy, (Director of the Center for Emerging Powers & Transnational Trends, School of Diplomacy and International Relations, Seton Hall University). Lainnya, Prof. Rory Medcalf (Head of National Security College, Australian National University), Prof. Aleksius Jemadu, PhD. (Professor of International Politics, Universitas Pelita Harapan), dan Gautam Kumar Jha (Assistant Professor, Centre for Chinese & Southeast Asian Studies, Jawaharlal Nehru University). (Baca juga: Tim Mahasiswa ITS Rancang Pelabuhan Terintegrasi Berkonsep National Hub )
Konferensi ini bertujuan untuk menganalisis berbagai pandangan Indo-Pasifik dan menyelidiki peluang serta tantangan yang disajikan oleh kawasan Indo-Pasifik. Konferensi ini juga berupaya untuk memperdalam pemahaman Kawasan Indo-Pasifik dari perspektif lintas disiplin ilmu, termasuk namun tidak terbatas, pada politik dan keamanan, ekonomi dan perdagangan internasional, serta dimensi sosial budaya.
“Tatanan geo-politik yang baru, akan memiliki implikasi yang mendalam bagi kawasan ini, yang mana dampaknya juga akan dirasakan oleh seluruh dunia. Indonesia yang berlokasi di pusat kawasan Indo-Pasifik, sangat tepat untuk mengadakan konferensi ini, karena Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan mendalam akan pertukaran kontak budaya dan komersial dengan negara-negara lain yang berlokasi di kawasan tersebut.
Dapat dipastikan bahwa Indonesia akan memainkan peran penting dan sangat menentukan bagi masa depan kawasan Indo-Pasifik ini,” ujar Prof. Siddharth Chandra, Presiden Direktur AIFIS, dari Michigan State University. (Baca juga: 30 Universitas Terbaik di Indonesia versi QS Asia University Rangking 2021 )
“Indo-Pasifik telah menjadi pemain utama dari perputaran ekonomi dunia saat ini, dan sebagai kawasan yang menjanjikan dalam ranah geo-ekonomi dan geo-strategi, masih banyak hal yang perlu diketahui tentang Indo-Pasifik”, tambah Ganewati Wulandari, Kepala Pusat Penelitian Kajian Wilayah, LIPI.
“Indo-Pasifik telah menjadi fokus penelitian utama kami dari MHI UPH selama tahun akademik 2020-2021 ini, dan faktanya, lautan sudah menjadi penghubung antar negara sejak berabad-abad lamanya. Saya meyakini bahwa kawasan Indo-Pasifik yang bebas, terbuka dan inklusif dan tentunya dengan tetap menghormati supremasi hukum yang ada, akan mendorong kerja sama dan kolaborasi antara pemerintah ataupun organisasi internasional lainnya, guna membentuk Indo-Pasifik yang damai dan sejahtera, ” imbuh Amelia Joan Liwe, Ketua Program Studi MHI UPH.
“Acara ini akan memberikan kontribusi secara produktif kepada komunitas akademis, para pembuat kebijakan dan semua yang berkepentingan, untuk meningkatkan kerjasama multilateral serta mempromosikan prinsip-prinsip inklusifitas, kemandirian, netralitas, bebas campur tangan, elemen bebas dan proaktif dalam kebijakan luar negeri, keamanan, serta ketertiban yang berbasiskan peraturan, yang merupakan kesamaan yang dimiliki oleh pemerintah maupun organisasi internasional lainnya secara global. Pentingnya kerja sama, perdamaian dan kemakmuran global semakin terbukti hari ini, terutama selama waktu tidak terduga yang kita hadapi saat ini, yakni ketika dunia mencoba untuk menaklukkan pandemi global COVID-19,” papar Abhiram Singh Yadav, Ketua Panitia Konferensi HI UPH 2020. (Baca juga: Universitas Pertamina Buka Seleksi Tanpa Tes dengan Nilai Rapor )
Lebih lanjut, Prof. Siddharth Chandra (AIFIS) dan Ganewati Wulandari (LIPI) menyatakan menyambut gembira terkait kolaborasi dengan UPH. “Saya berharap kolaborasi ini akan semakin meningkatkan hubungan dan kemitraan para akademisi baik dari Indonesia, Amerika maupun akademisi dari negara lainnya. Saya mengharapkan adanya kemajuan bidang pengetahuan dan penelitian yang memberi manfaat bagi semua orang di kawasan Indo-Pasifik dan membawa kita semua menuju masa depan yang cerah, damai, dan sejahtera. Kiranya kolaborasi ini dapat mengembangkan kapasitas penelitian di Indonesia dan kerjasama erat antara AIFIS dengan Kementerian Riset dan Teknologi Indonesia/Badan Riset dan Inovasi Nasional,” kata Prof. Siddharth Chandra.
“Kami menyambut gembira kolaborasi dengan UPH, sebagai universitas swasta terkemuka di Indonesia. Bekerja sama dengan UPH akan memberikan peluang yang sangat baik untuk penyebaran pengetahuan yang bermanfaat bagi daya saing akademik.” tutur Ganewati Wulandari.
Bekerja sama dengan Edutech UPH, konferensi ini dilakukan secara virtual 100% dan dihadiri oleh para Duta Besar, Diplomat, Pejabat Pemerintah, Sarjana, Peneliti, Pendidik, Mahasiswa, dan Pengamat dari dalam dan luar negeri. Konferensi ini juga mengadakan diskusi panel meliputi presentasi abstrak pilihan terbaik oleh para sarjana, peneliti, pendidik, pelajar, dan pengamat dari dalam dan luar negeri.
(mpw)