Ketum PBNU Lantik 4 Rektor Perguruan Tinggi NU, Ini Pesan Said Aqil

Rabu, 27 Januari 2021 - 01:20 WIB
loading...
Ketum PBNU Lantik 4 Rektor Perguruan Tinggi NU, Ini Pesan Said Aqil
Ketua Umum PBNU Prof DR KH Said Aqil Siradj melantik 4 Rektor Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) secara virtual, Selasa (26/1). Foto/Dok/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof DR KH Said Aqil Siradj melantik 4 Rektor Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) yang tersebar di sejumlah Provinsi dan digelar secara virtual, Selasa (26/1).

Keempat rektor PTNU yang dilantik yaitu, Rektor Universitas Maarif Nahdlatul Ulama (UMNU) Kebumen, Jawa Tengah, Dr H Imam Satibi MPdI; Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Sumbar Prof. Dr. Yunia Wardi, M.Si; Rektor Institut Teknologi dan Sains (ITS) NU Jambi, Prof. Dr. Lias Hasibuan, dan Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri (UNU Giri) Bojonegoro, Jawa Timur, Drs.M. Jauharul Ma’arif, M.Pd.I. Keempatnya menjabat untuk masa khidmat 2021-2025.

"Alhamdulillah, siang ini kita telah melantik 4 rektor PTNU secara virtual, karena memang kondisi belum mengizinkan secara offline. Saya harapkan, perguruan tinggi NU yang rektornya baru saya lantik, menjadi pusat peradaban, pusat kemajuan, pusat kajian intelektual bagi para nahdliyin khususnya," kata Said Aqil saat memberikan sambutan pelantikan 4 rektor PTNU, Selasa (26/1/2021).

Menurut Said, amanat yang diemban para rektor yang baru dilantik merupakan amanat yang berat. Akan tetapi, amanat tersebut merupakan amanat yang mulia, bersifat membangun persadaban dan budaya, membangun karakter, membangun kemanusiaan serta membangun akhlak. Setelah itu, baru membangun skill dan ilmu pengetahuan.

"Ingat, ilmu itu setelah membangun karakter dan akhlak. Teknologi setelah kepribadian terbangun. Jangan dibalik, ilmu dulu baru karakter, pasti akan gagal nantinya. Martabat sebuah bangsa tergantung budayanya, bukan tergantung agamanya," ungkap Said.

Untuk itu, Said mengajak seluruh warga NU untuk mempertahankan budaya, karakter dan akhlak ketika hidup di era apapun. Amanah yang harus dilakukan oleh warga NU saat ini, yaitu tsaqofah dan hadharah. Setelah mencapai dua hal itu, maka umat Islam, khususnya warga NU akan menjadi umat yang mutamaddin atau masyarakat yang beradab.

"Apalagi saat ini sudah di era IT, era medsos yang penuh dengan fitnah. Kita harus punya ciri khas, yaitu kelompok umat Islam yang berbudaya, yang mengharmoniskan antara teologi, tsaqofah dan hadharah. Bahkan, tsaqofah dan hadharah itu jadikan pondasi insfrastruktur agama. Maka agamanya kuat, budayanya langgeng. Jangan sampai sesekali kita mempertentangkan antara agama dan budaya," tegas Said.

Said mengajak seluruh warga NU mengharmoniskan nilai-nilai agama dari Allah yang sakral dengan kreativitas manusia yang bersifat capaian-capaian kehidupan masyarakat. Kecuali, kalau itu bertentangan dengan syariat-syariat Islam, seperti hubungan seks bebas, minuman keras, maka harus ditolak.

"Selama tidak bertentangan dengan syariat Islam, mari budaya dilestarikan. Silahkan sekolah ke Arab, tapi pulang haus bawa ilmu, bukan pulang bawa budaya Arab. Silahkan kuliah ke negara mana saja, tapi pulang bawa teknologi, jangan bawa budayanya. Begitu dalam rangka menjaga NKRI," terangnya.

Hal itulah, lanjut Said, yang menjadi dasar dirinya menyebut dengan istilah 'Islam Nusantara'. Menurutnya, Teologinya tetap dari Arab, Bacaan Al Quran tetap Bahasa Arab, Bacaan Shalat tetap Arab, tetapi budaya arab tidak cocok jika dibawa ke Indonesia. jika betul betul mencintai tanah air Indonesia, maka lestarikanlah budaya yang ada di Indonesia.

"Terakhir, saya mengucapkan selamat kepada 4 rektor yang baru dilantik, semoga Allah memberikan kekuatan lahir dan bathin, dalam rangka menjalankan amanat dan kewajiban, walaupun saya tahu, pastilah tantangannya sangat berat, sementara honornya kecil. tapi saya yakin, Allah akan membalas jasa jasanya," pungkas Said.
(mpw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2386 seconds (0.1#10.140)